Malam yang indah

Shin hanya bisa menuruti permintaan Hua yang dari tadi khawatir akan keadaan dirinya. Mereka pun berdekatan tapi mereka tidak sadar karena fokus untuk mengobati luka. Sekitar 10 menit telah berlalu, Hua selesai mengobati luka Shin.

Mereka pun saling menatap dan terdiam sangat lama. Setelah saling menatap dengan lama tiba tiba pipi mereke memerah.

“E-e-h sekarang apa lagi ya?”

“Kamu tidur saja dikasur aku di lantai.”ucap Shin.

“Tidak apa apa, diatas aja berdua.”

“Tidak, aku bukan siapa siapa kamu. Aku takut terjadi hal yang tidak diinginkan nantinya.”

Hua yang sadar dengan ucapan Shin mengarah kemana pun mukanya memerah lalu memalingkan wajahnya. Shin pun turun dari kasurnya dan mengambil 1 bantal. Ketika Hua memalingkan wajahnya lagi, dia melihat Shin sudah berada dilantai. Dia tidak tega tapi karena ini keinginan Shin, Hua pun harus menghormatinya. Hua pun tidur di kasur dan Shin dibawah.

Sekitar jam 2 malam, Hua terbangun dari

tidurnya karena takut akan ada orang yang masuk tanpa disadari Shin dan dirinya. Hua pun melihat kelantai dan ternyata Shin juga terbangun.

“Kau terbangun?”ucap Shin yang sadar Hua sedang menatapnya dari atas kasur. Hua pun hanya mengangguk dengan wajah takut tapi memasang wajah yang imut juga. Shin yang melihatnya tidak tahan dengan kelucuan raut wajah Hua.

“Kamu naiklah temani aku mengobrol.”

Shin pun tidak banyak bicara dan segera naik ke atas kasur karena melihat Hua yang sungguh sungguh seperti orang ketakutan.

“Apa yang harus diobrolkan ya?” tanya Hua dengan ekspresi bingung.

“Tak tau haha.” Balas Shin sambil tertawa.

“Bagaimana kalo bermain game?”

“Game seperti apa?”

“Kejujuran.”

“Seperti apa mainnya?”

“Tunggu, tolong carikan alat yang bisa berputar!”ucap Hua pada Shin.

Shin pun berdiri dan mencari sekitar kamar alat yang bisa berputar. Dia akhirnya mengambil sebuah gelas sisa tadi minum. Shin pun segera beranjak naik kekasur lagi dan memberikan gelasnya.

“Oke ini cukup. Jika orang yang terkena arah dari ujung gelas ini, mereka harus menjawab dengan jujur pertanyaan yang diajukan oleh lawan mainnya. Bagaimana?”

“Oh seperti truth or dare?”gumam Shin. Shin yang mengerti pun langsung mengangguk.

Hua memutarkan putaran pertama gelasnya. Tapi sayang yang harus menjawab pertama adalah Hua dan Shin harus mengajukan pertanyaan. Shin pun berpikir dengan keras dan tak lama dia akhirnya menemukan pertanyaan apa yang harus ditanyakan.

“Sekarang kau berumur 20 tahun, tapi kenapa belum menikah? Sampai sampai ayahmu khawatir denganmu.”

“A-aaku belum menemukan pria yang pasnya.”balasnya dengan terbata bata.

“Baiklah sekarang mari putar lagi.”lanjutnya dengan semangat, karena Hua yakin sekarang giliran dia yang bertanya. Tapi sayang harapan Hua pun pupus lagi.

“Apa kau berencana menikah dalam waktu dekat?”ucap Shin mengajukan pertanyaan.

“Mungkin, jika pria itu sudah datang dan melamarku aku takkan menolak.”balasnya sambil menatap Shin dengan serius. Hua pun tak menyadari bahwa dirinya sangat berharap kepada Shin.

“Baiklah, sekarang biar aku yang memutar gelasnya.”ucap Shin.

Sriririring, arah gelas itu menunjuk kepada Shin. Shin yang sekarang harus menjawab pun memegang kepalanya karena merasa sial. Dia juga takut dengan pertanyaan Hua yang akan menanyakan hal yang sama.

“Yapp, sekarang giliranku bertanya.” Timpal Hua dengan wajah senangnya.

“Apakah kau pernah melakukan hubungan intim?” ucapnya dengan polos.

Deggh

Shin terkejut jantungnya berdetak kencang, dia tidak menyangka Hua akan menanyakan hal seperti itu. Dia memikirkan kehidupan masa lalunya yang tidak pernah melakukan hubungan intim pun merasa menyesal karena dia tidak tahu menahu tentang hal seperti itu.

“T-tidak pernah, aku masih perjaka.”jawabnya dengan wajah yang malu. Seketika Hua memasang wajah senang karena pria yang dia suka tidak pernah melakukannya dengan wanita lain.

“Putar lagi putar lagi!”lanjut Hua bersemangat.

Sriririrng, gelas mengarah kepada Shin lagi, Shin langsung merebahkan badannya kekasur karena merasa dirinya sial. Dia juga takut dengan pertanyaan Hua yang akan menjurus ke hal itu lagi.

“Yapp aku lagii.” Dengan wajah gembira seperti anak kecil.

“Apakah kau menyukaiku?”

Deghh

Shin dibuat terkejut lagi detak jantungnya lebih cepat dari yang tadi.

“Bunuh saja aku Hua”gumam Shin mengutuk.

“Bagaimana aku menjelaskannya?”tanya Shin, yang malah balik bertanya.

“Terserah, jawab saja.”

“Sebenarnya aku tertarik denganmu sejak awal aku datang ke kediaman Jendral, aku sering memikirkanmu tapi aku sadar diri. Aku tidak mempunyai kekuatan dan kekuasaan. Aku takut membuat image keluargamu buruk, karena menikahkan putri dari seorang Jendral dengan pria yang identitasnya tidak diketahui pasti. Aku takut.”balas Shin dengan berani.

Hua yang mendengar itu pun senang. Dia tidak banyak bertanya dan tidak menanggapi ucapan Shin, yang penting dia sudah tau bahwa Shin menyukainya itu cukup baginya.

“Putaran terakhir.”

Shin pun memutarkannya dan dia pun merasa lega karena arahnya menunjuk Hua. Hua hanya menghela nafas.

“Apakah kau menyukaiku juga? Apa kau akan menerimaku jika aku mengajakmu menikah?”

Hua sebenarnya senang dengan pertanyaan Shin tapi dia tak mau menunjukan ekspresinya.

“Kau curang malah bertanya 2 pertanyaan.”

“Tak apa, anggap saja bonus haha.”

“Hmm baiklah.” Memasang wajah cemberut yang imut.

“Iyaa.”

“Apakah itu sudah cukup?”lanjut Hua.

Shin bingung dengan jawaban Hua yang hanya menjawab dengan IYA saja.

“Apa jawabanmu?”

“I-iyaa aku juga tertarik dan suka padamu hanya saja kamu selalu tidak mengerti aku.”

“Tidak mengerti kamu? Contohnya?”

“Tadi sebelum tidur, aku memintamu untuk tidur bersamaku tapi kamu menolaknya.” Menjawab dengan ekspresi cemberut.

“Haha baiklah, apakah tawarannya masih ada?”

Tak tau kenapa Shin mulai merasa bahwa dirinya berani untuk tidur bersama walaupun dia tidak tau tujuann Hua apa. Dia merasa bahwa dirinya harus bisa berinteraksi dengan wanita saja.

“Hmm baiklah mari tidur, 2 jam cukup.”

Tak terasa mereka bermain game menghabiskan waktu sangat lama karena banyak pertanyaan yang sulit dijawab.

“Yasudah mari tidur lagi!” timpal Hua yang senang.

Shin pun merebahkan badannya kekasur, Hua mengikutinya dan tertidur disampingnya dengan lengannya yang memeluk lengan Shin.

Shin tidak masalah dengan hal itu melainkan senang. Shin pun membalikan badannya ke arah Hua, Hua yang matanya masih terbuka pun ikut membalikkan badannya ke arah Shin supaya mereka saling berpandangan. Setelah lama saling bepandangan, Hua yang merasa suasana sangat nyaman memberanikan diri untuk mencium bibirnya Shin, mereka pun sedikit sedikit melakukan ciuman ciuman manis dan manja dan tidak melakukan hal yang berlebih dari itu. Setelah puas mereka pun tertidur sampai mereka bangun dengan suara ayam yang berkokok.

Untuk para pembaca yang terhormat dan berbudi luhur, mohon berikan sarannya dikolom komentar dan jika suka dengan cerita tolong di like, vote dan tekan tombol favorit supaya ketika saya update kalian tidak ketinggalan.

Saya meminta sarannya dikomen supaya saya bisa mengoreksi karya saya. Saya meminta like dan vote supaya saya tambah semangat dalam melanjutkan ceritanya.

Saya tidak bermaksud memaksa, hanya saja saya masih pemula yang masih memerlukan dukungan penuh kalian dalam memperbaiki diri.

Semoga para pembaca yang terhormat dan berbudi luhur ini menikmati karya saya.

Maaf bila banyak kesalahan, nanti akan saya betulkan supaya enak dibaca lagi. Terima kasih juga buat kalian yang sudah mendukung karya saya.

Salam hormat.

-cain-

Terpopuler

Comments

Mbah Gatot

Mbah Gatot

aih mantap sudah

2022-03-19

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!