Chapter 6
[Xuan Feng]
[Sombong, boros, mesum]
Shin yang melihat sifat sifatnya itu meraasa jijik karena ternyata dia hanya seorang Tuan Muda yang sombong dan hanya bisa menggunakan kekuatan keluarganya untuk mengancam yang lemah agar dia bisa berkuasa dijalanan.
“Apa kau menatapku dengan tajam?”
“Kau hanya Tuan Muda yang sombong.” Ucapnya Shin.
Mendengar itu membuat Xuan naik pitam. Dia mulai menggerakan kekuasaannya. Dia menyuruh para pengikutnya untuk menghajar Shin, tapi sayang karena Shin kuat dan mantan pembunuh gerakannya juga cepat dan fleksible yang membuat mereka terjatuh dengan cepat.
Xuan yang melihat itu menganga tidak percaya dan segera kabur meninggalkan para pengikutnya.
“AWAS SAJA KAU NANTI AKAN KUBALAS.”
Teriaknya sambil berlari menjauh. Hua yang melihat kehebatan Shin semakin kagum, karena ucapan ayahnya ternyata benar. Lalu mereka mulai melanjutkan perjalanannya lagi,
Hua juga menyuarakan pendapatnya juga memuji tentang kehebatan Shin.
Shin yang mendengar bahwa Hua memuji pun tersipu tapi sayang Hua tidak menyadarinya.
Shin seketika berhenti mendadak, seperti di awal perjalanan tadi.
“Kenapa?”
“Sebentar, mari kesana.” Sambil menunjuk seorang pemuda yang sedang berjualan kayu bakar. Hua pun melihat ke arah yang ditunjuk Shin lalu bergegas mengikuti Shin. Shin yang dari tadi mengaktifkan kekuatan matanya pun tertarik dengan pemuda itu makanya berhenti dan mengajak Hua menghampirinya.
“Hallo.” ucap Shin menyapa.
Pemuda itu langsung melihat ke arah suara yang berasal dan membalasnya.
“H-hallo. Ada perlu apa? Butuh kayu bakar?” tanya nya.
“Tidak, aku membutuhkanmu.” Sontak membuat Hua dan pemuda itu kaget karena Shin membutuhkannya, mereka berpikir bahwa Shin punya kelainan.
“M-m-membutuhkanku? Aku ini pria Tuan, jangan salah aku ini normal.” Balasnya
“Aku membutuhkanmu bukan tentang hal aneh yang kau pikirkan.” Balas Shin yang membuat Hua dan pemuda itu mengelus dada dan menghela nafas lega.
“Membutuhkan apa Tuan?”
“Aku ingin kau menjadi wakilku.”
Pemuda itu bingung dengan ucapan Shin, maksud dari wakil itu wakil apa. Dia tidak tahu bahwa Shin seorang kapten dari sebuah kelompok kemiliteran.
“Aku ingin kau jadi wakil kapten kelompok prajuritku.”
“Aku tidak ada bakat dalam berperang.”
“Itu gampang aku akan melatihmu asalkan kau mau jadi wakilku.” Ucap Shin menegaskan karena dia sangat ingin dia menjadi wakilnya. Dia sangat menginginkannya karena dia sudah tau sifatnya.
[Huang]
[Berani, berbakat, setia, jujur, dapat dipercaya]
“Namamu siapa?” ucap Shin berpura pura tidak tau.
“Namaku Huang.”
“Baiklah, sekarang kau akan menjadi wakilku, dan kirimkan kayu bakar itu ke kediaman Fei.”
Shin meminjam uang dari Hua untuk membayar kayu bakar itu.
“Ini uangnya, kau kirimkan ke kediaman Fei.”
Dia langsung menerima uangnya dan pergi, sebelum pergi Shin juga mengingatkan untuk datang setiap pagi ke kediaman keluarga Fei untuk berlatih.
Shin dan Hua melanjutkan perjalanannya. Shin akhirnya mempunyai seorang wakil, sisanya tinggal menunggu dari kemiliteran yang akan memberikan pasukan berjumlah 500. Aku juga tidak tau sifat mereka seperti apa. Jika ada yang seperti Huang, aku akan membuat kelompok kecil yang bermanfaat nantinya.
1 jam kemudian mereka akhirnya sampai di rumah karena mereka sudah puas dengan jalan jalannya.
“Besok, aku akan menunggumu di taman. Kita harus sering mengobrol.” Ucap Hua yang malu malu lalu pergi meninggalkan Shin dengan berlari. Shin yang melihat itu tersenyum karena tingkah Hua yang seperti anak kecil.
Shin bergegas kekamarnya, dia melemparkan dirinya ke atas kasur dan menutup matanya untuk menenangkan diri. Setelah 5 menit dia lalu bangkit dan duduk dikasurnya.
“Aku harus bertambah kuat dan membangun wilayahku sendiri, tidak enak jika terus seperti ini." gumam Shin.
Malam pun tiba, makan malam pun dilakukan di ruang makan. Shin yang terbiasa dengan suasana dan kebiasaan mereka pun harus mengikutinya karena jika dia menolak nanti akan mempersusah dirinya sendiri tinggal di kediaman Fei.
Esok paginya, sesuai dengan ucapan Shin kemarin. Huang datang untuk berlatih, Shin pun tersenyum bahwa dia benar benar dapat dipercaya sampai sampai orang yang baru dikenalnya pun dituruti perintahnya.
“Baiklah, kau ikuti gerakan tubuhku! Kita mulai dengan membangun tubuhmu dulu agar menjadi kuat.”
Mereka pun berlatih bersama, Shin yang melihat Huang cepat tanggap pun tersenyum.
Shin lalu melanjutkan latihan selanjutnya, mengajarkan cara berpedang dan lain lain.
Melihat kecepatan Huang yang mudah mengerti dengan ajaran Shin, Shin pun tersenyum lagi karena dia benar benar berbakat.
1 bulan kemudian, mereka berlatih bersama terus menerus. Sekarang kondisi tubuh dan fisik Huang sudah meningkat. Shin pun senang atas perkembangannya. Shin berjalan jalan ke daerah taman dan bertemu dengan Jendral.
“Selamat siang Jendral.”
“Siangg.”
“Jendral, aku ingin bertanya.”
“Aku tidak mempunyai senjata untuk berperang, apakah senjata nantinya akan diberi oleh pihak militer?”
“Sebenarnya akan diberi, tapi melihat dirimu yang kuat dan sering berlatih akhir akhir ini senjata itu tidak akan bertahan lama. Lebih baik kau membuatnya sendiri saja ke toko penempa dan memesan sesuai yang kamu mau.”
“Aku juga berpikir seperti itu, namun aku tidak punya uang dan bahannya.”
“Hahh, bukannya bilang. Ini akan kuberikan sebagai tanda awal kau akan jadi menantuku.” Ucapnya sambil tersenyum.
Shin yang mendengar itu menjadi malu.
“Apa apaan dengan ucapannya itu tadi?” gumam Shin.
Shin akhirnya menerima uang itu, uang yang diberikan sekitar 10.000 coin emas dari Jendral.
Note : 1 batang emas : 100.000 coin emas, 1 coin emas : 10 coin perak, 1 batang emas : 1 juta coin perak.
“Apakah Jendral tau penempa terbaik?”
“Penempa terbaik tidak ada dikota ini, adanya diibu kota kerajaan.”
“Apakah jauh disini? Aku tidak tau jalannya.” Balas Shin yang benar benar tidak tau karena jarang keluar.
“Lumayan, paling 5 km dari sini. Ajak saja Hua sebagai penunjuk jalan sekalian jalan jalan di ibukota juga sekalian mengakrabkan diri agar lebih dekat lagi.” Ucapnya terkekeh.
Shin yang tak kuat dengan sikap Jendral pun hanya terdiam karena dia harus terbiasa dengan sikapnya yang terus menjerumuskan putrinya untuk dekat dengannya.
“Baiklah, apakah Hua mau menemaniku?”
“Ajak saja dulu, jika menolak aku yang akan merayunya.”
“Yasudah, kalo begitu aku akan mencari Hua. Aku juga perlu cepat cepat punya senjata karena tidak tau kapan perang akan terjadi juga butuh waktu lama untuk proses pembuatan senjatanya.” Ucap Shin.
Jendral hanya mengangguk mengerti dengan ucapan Shin. Shin langsung pergi meninggalkan Jendral dan segera mencari Hua untuk berangkat hari ini selagi hari masih siang. Jika kesorean nanti akan bahaya untuk pulang di malam hari.
10 Menit kemudian
Shin bertemu dengan Hua yang sedang mengobrol dengan para pelayan. Hua baik hati sampai sampai membuat para pelayan nyaman dan bahagia berada didekatnya. Mereka juga menghormatinya, Hua pun menghargainya makanya mereka tampak akrab.
“Huaa?” sapa Shin.
Hua yang mendengar ada yang memanggilnya pun segera mencari arah suara itu dan dia mendapati Shin yang mendekatinya.
“Ada apa?”
“Apa aku bisa minta kau menemaniku ke ibukota?” ucap Shin.
Untuk para pembaca yang terhormat dan berbudi luhur, mohon berikan sarannya dikolom komentar dan jika suka dengan cerita tolong di like, vote dan tekan tombol favorit supaya ketika saya update kalian tidak ketinggalan.
Saya meminta sarannya dikomen supaya saya bisa mengoreksi karya saya. Saya meminta like dan vote supaya saya tambah semangat dalam melanjutkan ceritanya.
Saya tidak bermaksud memaksa, hanya saja saya masih pemula yang masih memerlukan dukungan penuh kalian dalam memperbaiki diri.
Semoga para pembaca yang terhormat dan berbudi luhur ini menikmati karya saya.
Maaf bila banyak kesalahan, nanti akan saya betulkan supaya enak dibaca lagi. Terima kasih juga buat kalian yang sudah mendukung karya saya.
Salam hormat.
-cain-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments