Chapter 4
Tiba tiba anak pria itu memasang muka sedih karena kasian dengan Shin. Dia juga tiba tiba menyemangati Shin supaya tidak sedih.
“Semangat kakak, jangan sedih ya.” Ucapnya.
Aku hanya bisa tersenyum sambil bergumam:
“Anak kecil yang penuh perhatian.” Gumam Shin.
Mereka lalu melanjutkan perjalanan menuju ke kamp, keramaian terus terjadi karena para warga menyingkir ke pinggir. Di setiap perjalanan mereka terus disoraki dan diucapkan selamat. Kita yang prajurit merasa senang dan bangga.
Setibanya di kamp, mereka langsung beristirahat. Berbeda denganku dan Jendral.
Aku dibawa oleh Jendral untuk masuk ke dalam, untuk membuat laporan. Aku juga tidak tau nanti harus berkata dari pasukan mana aku.
Aku juga tidak tau pasukanku berasal dari mana. Diperjalanan masuk aku hanya memikirkan apa jawaban yang pantas dan masuk akal untuk dilaporkan nantinya.
“Gimana nanti sajalah, purapura saja lupa ingatan.”gumamnya Shin.
Sesampainya di dalam, disana terdapat banyak meja dan kursi yang diduduki oleh para pria tua. Aku bisa mengetahui mereka pasti atasan militer atau para pejabat militer yang pangkatnya sudah sangat tinggi dan mempunyai kepintaran. Biasanya mereka pensiunan Jendral Perang, atau juga orang biasa tapi lulusan sekolah dengan kepintaran militer.
“Bagaimana keadaannya? Jelaskan!” ucap salah satu petinggi.
“Mereka dalam keadaan yang buruk sejak aku datang, pasukan pasukan kerjaan kita dari daerah yang dekat sana telah dibantai termasuk warga warganya.”
“Siapa pemuda disampingmu?”
“Dia prajurit yang berasal dari daerah sekitar medan perang sana, dia selamat karena tertindih para mayat rekan prajuritnya.”
“Kau berbohong, kau pasti kabur kan?”
“Tidakk, aku berani bersumpahnya.”ucapnya berbohong.
“Baiklah aku percaya, lanjutkan!” ucapnya
“Setibanya aku disana, pemuda ini sudah banyak membunuh prajurit musuh sendirian dengan cara menyerang diam diam.”
“Jadi ketika aku datang, aku hanya membereskan sisanya, dan membantu para warga yang masih selamat dan mengobatinya.”
Mendengar laporan itu para petinggi tercengang karena seorang pemuda membunuh banyak musuh sendirian. Mereka juga tidak percaya, tapi mereka berpikir dengan jernih mana mungkin seorang Jendral berbohong tentang laporannya.
“Baiklah laporan diterima, sekarang aku akan bertanya padamu pemuda.”
“Dari pasukan mana kamu berasal?”
Dugaanku benar ternyata mereka akan menanyakan ini, aku hanya bisa terdiam.
“..”
“Jawab!”
“Aku tidak tau, yang pasti benderanya berlambang elang dan berwarna merah.”
“Oh pasukan elang ternyata.”
“Apakah benar semua prajurit yang bersamamu semuanya mati?”
“Iya, ketika aku sadar aku hanya tertindih dan langsung bangun dan membersihkan mayat itu. Aku bisa tau karena seragamnya sama.”
“Baiklah, laporan diterima sekarang kembali keasalmu.”
“Maaf..”
“Biar aku yang membawanya ke kediamanku. Dia tidak mempunyai tempat untuk pulang.” Potong sang Jendral.
Aku senang Jendral membantuku dan menawarkan tempat tinggal padaku.
“Baiklah, aku juga memberikan promosi padamu karena telah membantu pasukan Jendral Fei membersihkan prajurit musuh.”
“Namamu siapa pemuda?” lanjutnya
“Shin.”
“Baiklah Shin. Kontribusimu terhadap perang ini sudah dibilang sangat bagus, sekarang aku mengangkatmu menjadi seorang kapten.”
“Kau bisa memimpin 500 pasukan.”
Shin yang mendengar itu terkejut, baru saja aku hidup kembali dan sekarang sudah disuguhi dengan banyak pasukan. Baiklah akan kuterima dan akan kugunakan kemampuan mataku, agar aku tau siapa yang setia dan pemberani.
“Terima kasih atas hadiahnya, saya akan terima. Saya akan terus mengabdi pada kerajaan dan juga menumpahkan darah para musuh untuk kejayaan Kerajaan kita.” Ucap Shin dengan bangga ditambah kalimat pujian supaya para petinggi senang.
“Haha baiklah sekarang kau kembalilah bersama Jendral, jika kau ingin punya wilayah segeralah naik pangkat lagi dengan kontribusimu. Mempunyai 1000 pasukan membuatmu diberi 1 wilayah untuk kau jaga.”
“Baik, terima kasih. Akan kuusahakan.”
Setelah memberi laporan dan pemberian hadiah pengangkatan Shin atas kontribusinya mereka segera keluar dan menuju ke kediaman Jendral.
“Baik ikuti aku, bawa kudamu.”
Shin hanya mengangguk dan mengikutinya dibelakang, tapi Jendral menyuruhnya untuk berjalan berdampingan supaya bisa mengobrol.
Diiperjalanan, Jendral tak henti hentinya mengajak mengobrol dan banyak menceritakan tentang situasi saat ini. Dia juga kadang kadang menceritakan tentang putrinya yang masih lajang.
Sesampainya di kediaman Jendral, Jendral disambut oleh keluarganya karena telah mengusir prajurit musuh dan meraih kemenangan. Tak lupa juga di salah satu keluarganya yang bersorak itu ada seorang kecantikan muda.
“Apakah itu putri Jendral yang diceritakan?”
Aku menatapnya terus karena wanita itu sungguh sungguh cantik, menarik dan masih muda apalagi sesuai cerita Jendral dia masih lajang. Aku yang dikehidupan sebelumnya kurang bersosialisasi dengan perempuan merasa menyesal karena tidak mempunyai pengalaman.
“Selamat ayah atas kemenangannya, dan selamat telah pulang dengan keadaan baik baik saja.” Ucap putrinya yang mendekat.
“Terima kasih putriku. Ohiya kenalkan dulu, pemuda di samping ayah adalah kontributor besar dalam pengusiran musuh tadi.” Berbicara sambil memegang bahu Shin, bertujuan agar anggota keluarganya tau dia sedang mengenalkan Shin. Shin hanya bisa tersenyum dan mengangguk, berbeda dengan putri sang Jendral.
“Pemuda ini bernama Shin.”lanjut Jendral.
Putri sang Jendral menatap Shin dengan teliti, dia lalu mendekatkan bibirnya kekuping ayahnya dan:
“Ayah, pemuda itu bernama Shin? Dan kontributor terbesar?” ucapnya pelan dengan tatapan yang masih menatap Shin.
Shin yang melihat putri Jendral bertingkah aneh pun tersenyum.
“Iya sekarang dia akan tinggal sementara disini karena pasukannya sudah dibantai musuh dia tersisa seorang diri dan tidak tau mau pulang kemana jadi ayah membawanya.”
Putri sang Jendral hanya mengangguk dan membalas:
“Nanti ayah ceritakan lebih jelas kejadiannya.”
“Baik, kenapa kau terus membahasnya, tertarik?”
Putri sang Jendral langsung memalingkan wajahnya dengan pipi yang memerah dia langsung pergi meninggalkan keramaian, ketika sudah jauh dia berbalik dan menatap Shin lagi.
“Baiklah, mari kedalam terlebih dulu, ini sudah mau malam kita harus bersih bersih dulu dan makan setelah itu akan kuceritakan dengan jelas siapa dia dan bagaimana kejadiannya.” Lanjut sang Jendral memotong.
Setelah berbicara begitu, semuanya bubar. Shin ditunjukan sebuah kamar dekat taman, dia juga diberi beberapa set pakaian untuk seorang pemuda oleh pelayan. Shin menerimanya dan bergegas masuk ke kaamarnya dan langsung mandi.
Selang beberapa menit, Shin selesai mandi dan berpakaian. Diluar kamar, Shin sudah ditunggu oleh sang pelayan untuk mengantarnya ke ruang makan karena takutnya Shin tidak tau dimana ruang makan dan malah nyasar.
Shin lalu mengikuti pelayan itu ke ruang makan, sesampainya di ruang makan Shin hanya terdiam karena melihat suasana yang begitu nyaman. Dekorasi ruangan yang sangat bagus menambah nilai keindahan ruangan ini. Melihat Shin yang melongo, Jendral pun memanggilnya supaya cepat bergabung dan duduk untuk makan malam.
Untuk para pembaca yang terhormat dan berbudi luhur, mohon berikan sarannya dikolom komentar dan jika suka dengan cerita tolong di like, vote dan tekan tombol favorit supaya ketika saya update kalian tidak ketinggalan.
Saya meminta sarannya dikomen supaya saya bisa mengoreksi karya saya. Saya meminta like dan vote supaya saya tambah semangat dalam melanjutkan ceritanya.
Saya tidak bermaksud memaksa, hanya saja saya masih pemula yang masih memerlukan dukungan penuh kalian dalam memperbaiki diri.
Semoga para pembaca yang terhormat dan berbudi luhur ini menikmati karya saya.
Maaf bila banyak kesalahan, nanti akan saya betulkan supaya enak dibaca lagi. Terima kasih juga buat kalian yang sudah mendukung karya saya.
Salam hormat.
-cain-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
w-el
ko kesan nya kaya si mc menceritakan dirinya sendiri..
bukan author yg menceritakan mc nya..
2022-03-08
2