Berjalan jalan di kota

Chapter 5

Seminggu kemudian setelah makan malam hari itu, esok paginya Shin mulai membangun tubuhnya dan melatih dirinya sendiri. Shin mulai melatih tubuhnya karena dia tau seberapa bahayanya dunia yang dia tinggali sekarang. Melihat dari sosok Jendral Fei, Fei juga yakin Jendral Fei memiliki kekuatan yang hebat, pertahanan yang kuat dan juga daya tahan yang kuat. Shin kagum dengan sosok Jendral Fei. Sebenarnya Shin itu mempunyai sisi baiknya walaupun dia seorang pembunuh, hanya saja sisi baiknya tidak terlakukan karena pekerjaannya yang mengharuskan dia jahat dan kejam.

Shin ingin membangun tubuhnya yang

mempunyai kekuatan serangan yang kuat, pertahanan dan daya tahan yang hebat, dan juga memiliki kecepatan dalam menyerang. Dia juga ingin segera mempunyai uang karena dia ingin membuat senjata nya sendiri, dengan ketahanan yang kuat dan serangan yang tajam.

Siang hari setelah latihan rutinnya, Shin berjalan jalan ketaman untuk menghirup udara segar. Dia tak menyangka di taman akan ada Jendral dan putrinya. Dia sebenarnya kesitu bukan karena ingin berjumpa mereka, tapi apalah yang namanya kebetulan. Shin hendak pergi, namun Jendral sudah melihatnya dan

memanggilnya untuk bergabung mengobrol.

“Shin, kemarilah mari mengobrol.”

Shin mau tak mau menghampirinya dan berdiri didepannya, dia tak berani langsung duduk karena takut disangka tidak sopan jadi dia menunggu disuruh.

“Duduklah, kursi nya masih kosong.”

Seketika Shin langsung duduk, dan putri Jendral yang bernama Hua mulai menatapnya tetapi tidak berangsur lama karena ayahnya menyuruhnya untuk menyajikan teh yang sudah disediakan oleh pelayan. Hua langsung menyajikan tehnya, sedangkan Jendral dan Shin sudah mulai mengobrol.

“Ini tehnya.”ucap Hua sambil malu malu.

Shin menerimanya dan menyesapnya sedikit sedikit. Meminum teh dengan menyesapnya pelan pelan merupakan sebuah seni dari meminum teh, Shin melakukan itu supaya dia mempunyai nilai lebih dimata Jendral. Mereka pun lanjut mengobrol, Shin yang sedang fokus mengobrol menyadari bahwa Hua terus menatapnya. Seketika Shin menatap balik yang membuat Hua malu dan memalingkan wajahnya, Jendral yang melihat itu hanya tertawa.

“Baiklah, kalo begitu ayah pergi dulu. Kalian lanjut saja mengobrol berdua dan mengakrabkan diri kalian satu sama lain.”

Jendral pun pergi, dia tau bahwa putrinya tertarik pada Shin karena wajahnya yang tampan, tubuh yang bagus, berani, gagah, berkharisma, pintar dan yang penting dia hebat sampai sampai membuat ayahnya sendiri kagum dan bangga padanya.

Setelah kepergian Jendral, suasana menjadi hening. Mereka tidak saling menatap satu sama lain karena malu untuk memulai obrolan.

Apalagi Shin yang tidak mempunyai pengalaman terhadap wanita.

“Bagaimana kalau kita jalan jalan saja?” ucap Shin. Shin memberanikan diri dan memulai percakapan karena jika terus hening nantinya tidak enak, dia juga menawarkan untuk jalan jalan supaya Hua tidak malu berduaan sekaligus Shin juga ingin tau daerah sekitar kota apa saja. Selama seminggu itu Shin tidak pernah keluar kediaman, hanya berlatih didalam kamarnya dan berjalan jalan ditaman untuk menghirup udara segar.

“B-baiklah, kita tengah kota saja, disana banyak yang bisa dilihat dan dibeli.”

Shin hanya mengangguk karena tidak tau harus membeli apa uang saja tidak punya.

Setelah Shin mengangguk, mereka pun berdiri dan berjalan keluar kediaman. Jendral yang bersenyembunyi dibalik tembok pun tersenyum melihat mereka mulai membiasakan diri.

Jendral Fei berharap putrinya segera menikah karena umurnya yang sudah 20 tahun, juga diantara generasinya rata rata perempuan yang berumur sama dengannya sudah mempunyai anak. Jendral ingin segera mempunyai cucu, makanya dia juga menjerumuskan putrinya dengan Shin.

Saat diperjalanan, Shin belum memakai kekuatan matanya lagi sampai sampai dia juga lupa tidak mengecek Jendral. Dia ingin menggunakan kekuatan matanya pada Hua.

Diperjalanan Shin berhentii, Hua yang menyadari Shin pun bertanya.

“Kenapa berhenti?”

“Tunggu sebentar,”

Shin langsung menujukan pandangan matanya pada Hua, dia melihat di atas kepalanya Hua yang bertuliskan:

[Hua]

[Jujur, penyayang dan setia]

Shin yang melihat sifat Hua lalu tersenyum. Hua yang merasa Shin aneh lalu bertanya.

“Kenapa kamu menatapku dengan tajam?”

“E-euuh, aku sedang menilai dirimu.” Ucapnya ceplos yang membuat Hua menjadi malu.”

“Terus apa penilaianmu terhadapku?”

“Sambil jalan saja aku menjelaskannya.”

Shin berani bilang bahwa dia sedang menilainya karena Hua mempunyai sifat jujur jadi dia tidak perlu khawatir tentang kekuatann matanya. Walaupun orang lain tidak akan tau bahwa Shin mempunyai kekuatan mata.

Diperjalanan menuju tengah kota, Shin mulai

menjelaskan penilaian dirinya terhadap Hua.

Dari situ mereka mulai dekat, mereka juga kadang tertawa bersama yang membuat orang lain iri. Satu pemuda yang tampan dan wanita yang cantik bagai seorang pangeran dan putri.

Mereka terus mengobrol, sampai sampai tak terasa bahwa mereka sudah ditengah kota. Mereka juga diperhatikan banyak orang karena kedekatan mereka.

“Siapa yang bersama dengan putri Hua?” ucap salah satu pemuda.

“Wahh, cantik dan tampan. Serasi serasi.” Ucap salah satu wanita yang sadar diri dengan dirinya bahwa dia tidak mampu bersanding dengan putri Hua, walaupun dia sangat tertarik pada ketampanan itu.

Mereka yang mendengar cibiran cibiran itu hanya berjalan terus dan tidak menanggapinya karena membuang waktu. Mereka membeli jajananan jajanan dan memakannya sambil berkeliling. Sampai sampai ada 1 kejadian tak terduga.

“Siapa kau hah? Berani berjalan berdampingan dengan putri Hua?” ucap si pemuda

Shin tidak tau dia siapa dia hanya mendiamkannya berbeda dengan Hua yang menanggapinya karena dia tau siapa pemuda itu.

“Jangan ganggu kamii.” Balas Hua. Hua terganggu karena dia sedang menikmati jalan jalan dan mengobrol dengan orang yang dia suka.

“Hua kamu merupakan kecantikan kerajaan Ming tidak pantas bersanding dengannya.”

“Mending denganku saja.” Lanjutnya sambil menarik lengan Hua untuk berdiri disampingnya, Hua yang tidak mempunyai kekuatan pun tidak bisa melawannya. Shin yang melihat itu merasa geram dengan sikap pemuda itu.

“Siapa kau ini? Aku yang membawa Hua keluar dari kediamannya, jadi biarkan dia berdiri

disampingku jangan menariknya.”

“Aku? Aku adalah Tuan Muda dari keluarga Xuan. Aku Xuan Feng.”

“Aku tidak peduli dari keluarga mana kau berasal, cepat lepaskan genggaman tanganmu dari lengannya Hua.” Shin mulai tak bisa menahan diri.

Xuan yang mendengar itu hanya diam saja dan tersenyum meledek Shin. Hua yang tidak bisa apa apa hanya diam dengan mata yang mulai berair.

“Cepat lepaskan sebelum aku bertindak kasar.”

“Silahkan saja jika kau berani.”

Shin lalu meninjunya karena sudah dipersilahkan. Xuan terhempas karena Shin meninju nya dengan keras. Xuan langsung berdiri dan menatap tajam Shin. Shin juga tak lupa dia menggunakan kekuatan matanya untuk melihat sifatnya.

Untuk para pembaca yang terhormat dan berbudi luhur, mohon berikan sarannya dikolom komentar dan jika suka dengan cerita tolong di like, vote dan tekan tombol favorit supaya ketika saya update kalian tidak ketinggalan.

Saya meminta sarannya dikomen supaya saya bisa mengoreksi karya saya. Saya meminta like dan vote supaya saya tambah semangat dalam melanjutkan ceritanya.

Saya tidak bermaksud memaksa, hanya saja saya masih pemula yang masih memerlukan dukungan penuh kalian dalam memperbaiki diri.

Semoga para pembaca yang terhormat dan berbudi luhur ini menikmati karya saya.

Maaf bila banyak kesalahan, nanti akan saya betulkan supaya enak dibaca lagi. Terima kasih juga buat kalian yang sudah mendukung karya saya.

Salam hormat.

-cain-

Terpopuler

Comments

la beneamata

la beneamata

aneh thor,cerita cina kok pake rupiah,harusnya tael emas atau perak

2022-03-11

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!