Chapter 11
Mereka terbangun di pagi hari karena suara kokokan ayam. Mereka saling menatap dan tersenyum lalu saling mendekatkan bibir mereka dan mereka saling memberikan kecupan manis di pagi hari. Setelah itu mereka bergantian untuk mandi dan segera sarapan pagi karena takut ayahnya Hua marah. Mereka tidak izin dulu kalau mereka akan menginap jadi mereka harus segera sampai kerumah sebelum matahari sudah di atas kepala.
Mereka pun turun untuk sarapan, pelayan yang melayani mereka kemarin juga sudah menunggu kedatangan Shin dan Hua dimeja yang paling ujung dan sudah tersedia makanan untuk sarapan.
“Selamat menikmati, jika ada yang masih dibutuhkan kalian bisa memanggil saya.” Ucapnya penuh dengan senyuman.
Mereka pun menyantap sarapan itu dengan tenang dan penuh senyuman yang mekar karena hal yang terjadi tadi malam. Mereka tidak merasa malu malah sebaliknya mereka saling bahagia karena sudah mengetahui perasaan masing masing.
“Jangan mengemis disini nak! Disini banyak pengunjung, bagaimana kalo pengunjung merasa tidak enak.”
“Kau merusak suasana dan pemandangan saja.” Ucap salah satu pelayan.
Shin yang mendengar itu segera melihat ke arah suara yang terdengar seperti sedang memarahi seseorang. Shin mendapati seorang anak remaja berusia kurang lebih 17 tahunan sedang mengemis karena kelaparan. Terlihat dari tubuhnya yang kurus. Melihat itu Shin langsung menggunakan kekuatan matanya, siapa tau dia mendapatkan seorang anak yang berbakat.
[Duan]
[Berbakat, setia, baik hati, dapat dipercaya]
Shin tersenyum setelah menggunakan kekuatan matanya. Dia bersyukur karena mendapatkan anak berbakat lagi. Segera Shin menghentikan sarapannya dan menghampiri anak itu.
“Kenapa dia?”tanya Shin berpura pura tidak tau apa yang terjadi.
“Dia mengemis Tuan, jika ini mengganggu anda akan saya usir sekarang.”
Shin hanya melambaikan tangannya saja menandakan bahwa tidak usah di usir, aku akan mengurusnya sendiri.
“Siapa namamu?”Berpura pura.
“Duan”
“Maukah kau ikut denganku ke kediaman Fei?”
“Saya akan di apakan setelah sampai sana?”tanya nya dengan tatapan keraguan.
“Aku akan menjadikanmu muridku.”
“Murid?”
“Iyaa, aku akan mengajarkan banyak hal padamu supaya nanti kamu tumbuh kuat.”
Mendengar penjelasan Shin, dia senang tapi dia masih ragu dan takut akan dijual.
“Tenang saja, aku tidak akan menjualmu ataupun menyakitimu, aku berjanji.”potong Shin karena dia tau bahwa anak di depannya ragu dan ketakutan.
“Benarkah?”
“Hmm.”
Anak itu hanya mengangguk dan tersenyum lebar karena merasa bahagia.
“Baiklah, kamu tunggu disini sambil makan. Aku akan pesankan makanan untukmu.”
“Pak kusir, tolong belikan 1 set baju untuk anak ini.”
“Baik Tuan.”
Pak kusir pergi dan anak itu menunggu diluar dekat dengan kereta kuda, sedangkan Shin masuk untuk melanjutkan sarapannya dan tak lupa dia juga memesankan 1 lagi makanan untuk anak itu.
“Ada apa?”tanya Hua.
“Seorang anak yang bernasib sepertiku dulu, aku menolongnya karena seperti melihat diriku yang dulu.”balasnya sambil tersenyum.
Hua mengerti perasaan Shin, lalu mereka pun melanjutkan menyantap sarapannya.
15 menit kemudian
Shin dan Hua telah selesai menyantap sarapannya, mereka pun pergi keluar dan melihat anak itu masih memakan makanannya. Sadar sedang diperhatikan, anak itu langsung bertanya.
“Apakah akan pergi sekarang?”
“Tidak, kau habiskan makanannya dulu dan pergi mandi.”
“Aku akan menunggumu didalam kereta kuda ini.”
Anak itu hanya mengangguk dan melanjutkan menyantap sarapannya dengan nikmat. Shin tersenyum dan tak terasa pipi nya telah dibasahi oleh air matanya. Hua yang melihatnya langsung menghapus air mata Shin.
“Sudah jangan terlalu dimasukkan kedalam hati, dan jangan diingat ingat lagi. Itu kenangan burukmu.”
“Hmm, terima kasih.” Shin lalu mengelus kepala Hua. Hua pun tersenyum senang.
20 menit kemudian, anak itu sudah bersih dan memakai pakaian barunya. Dia berdiri didepan pintu kereta kuda.
“Tok Tok”
“Siapa?”
“Duan kak.”
“Oh sudah kah?”
“Iya kak sudah.”
“Baiklah, kamu mau didalam atau diluar dengan pak kusir?”
“Diluar saja kak.”
“Yasudah.”
“Pak kusir berangkat.” Teriak Hua.
Perjalanan pulang pun dilanjutkan setelah terhenti karena terjebak oleh gelapnya malam. Didalam kereta kuda Shin dan Hua hanya bercumbu karena mereka harus saling membiasakan hubungan mereka yang bisa dibilang mereka sedang berpacaran.
Dikediaman Fei
Jendral Fei mondar mandir didepan pintu kediamannya karena khawatir dengan putri satu satunya. Walaupun dia tau putrinya pergi dengan Shin tapi tetap saja rasa khawatir seorang ayah itu muncul karena rasa sayangnya dan takut kehilangannya.
“Kemana putriku? Tidak pulang semalaman.”
“Apakah dia terkena masalah?”
“Ahh sudahlah semoga mereka baik baik saja.”
Jendral pasrah dengan keadaannya percuma saja khawatir karena keadaan pastinya belum diketahui, sedangkan disisi lain putri nya malah sedang asik asikan bercumbu dengan seorang pria yang putrinya sukai.
Didalam kereta Shin memperkirakan bahwa mereka akan sampai sekitar 15 menitan lagi.
Shin pun membuka gorden jendelanya dan jendelanya supaya udara segar masuk kedalam kereta. Hua yang rambutnya dan bajunya berantakan pun segera merapikannya supaya tidak dicurigai apapun. Shin yang melihat bahwa Hua terburu buru merapikan dirinya pun tertawa.
“Haha santai saja.”
“Perjalanan masih memakan waktu sekitar 15 menit kurang lebih.”
“Kamu ini malah tertawa, ini perbuatanmu.”
“Haha maaf maaf.” Sambil mengelus kepalanya dan mencium keningnya. Hua pun tak bisa apa apa dia merasa menjadi wanita paling bahagia saat ini.
Tak terasa perjalanan panjang pun usai. Mereka telah sampai di kediaman Fei. Para pelayan yang melihat kedatangan kereta kuda keluarga pun langsung melaporkannya pada Jendral Fei. Jendral Fei yang mendengar putrinya telah kembali pun segera berlari keluar.
“Putriku, apa kau tidak apa apa?” teriaknya dengan wajah cemas.
Hua yang melihat ayahnya khawatir pun langsung menjawabnya.
“Tidak ayah, justru Shin menjagaku dengan baik dari para pria yang ingin mencabuliku.”
Padahal dia juga melakukan tindakan yang kurang mengenakan jika diketahui oleh ayahnya.
“Syukurlah, kau sudah sarapan dan mandi?”
“Sudah ayah bareng dengan Shin.”
“HAH? BARENG?” terkejut.
“Iya bareng ayah dengan Shin.”
“Kau mandi bareng dengan Shin?”
“Hah? Apa yang kau pikirkan ayah? Aku hanya sarapan bareng dengan Shin. Kami mandinya bergantian.”
“Ohhh, kenapa mandinya harus bergantian? Bukannya kalau menginap kalian akan beda kamar?”
Deggh
Hua dan Shin pun terkejut lalu terdiam dengan pertanyaan mematikan itu.
“E-eh itu ayah.”
“Apa?”
“I-itu penginapannya hanya tersisa 1 kamar jadi kami 1 kamar.”
“Tapi tenang saja aku tidak melakukan apapun kok.”lanjutnya berbohong.
“Benarkah?”
“Iya ayah, Shin tidur dilantai dan aku dikasur.”
“Yasudah.” Nada kecewa sang ayah karena putrinya tidak bisa memanfaatkan kesempatan yang diberikan ayahnya.
“Yasudah kalian masuklah, eeehh?”
“Siapa ini.?” lanjut sang Jendral.
“Dia akan menjadi muridku, dan akan kubawa dia ke medan perang nantinya dan menjadi pasukanku.”ucap Shin yang mengerti bahwa Jendral sedang melihat ke arah Duan.
Untuk para pembaca yang terhormat dan berbudi luhur, mohon berikan sarannya dikolom komentar dan jika suka dengan cerita tolong di like, vote dan tekan tombol favorit supaya ketika saya update kalian tidak ketinggalan.
Saya meminta sarannya dikomen supaya saya bisa mengoreksi karya saya. Saya meminta like dan vote supaya saya tambah semangat dalam melanjutkan ceritanya.
Saya tidak bermaksud memaksa, hanya saja saya masih pemula yang masih memerlukan dukungan penuh kalian dalam memperbaiki diri.
Semoga para pembaca yang terhormat dan berbudi luhur ini menikmati karya saya.
Maaf bila banyak kesalahan, nanti akan saya betulkan supaya enak dibaca lagi. Terima kasih juga buat kalian yang sudah mendukung karya saya.
Salam hormat.
-cain-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Mr. GR
Thor tolonglah gara² transaksi nya pake rupiah imajinasi gw jadi buyar, huufftt... 🤣🤣
Mending alat transaksi nya pake koin perak emas perunggu aja biar enak soalnya kan jaman kerajaan . tolong di revisi . Ini bagian saran yg Author minta kan! begitu dikasi tolong di pikirkan dan di ikuti.
2022-03-13
1
Fatha M
lima kilometer jalan kaki aja satu jam udah nyampe... ini kok sampe nginap segala
2022-03-09
1