Chapter 9
Shin yang fokus dengan pertarungannya pun tak melihat ke arah lain, sekarang Hua sedang dipegangi lehernya oleh Lin Feng dengan wajah mesum dan air liur yang mulai keluar dari wajahnya. Hua yang tidak mempunyai kekuatan pun ketakutan karena tidak bisa melawannya.
Shin masih belum sadar dengan keadaan Hua. Tapi tak berselang lama, Shin berhasil menumbangkan mereka dengan sisa sisa luka lebam diwajahnya. Untung saja tidak ada yang membawa senjata.
Shin langsung membalikkan badannya dan melihat ke arah Hua, dia dikejutkan dengan kejadian yang tidak dia pikirkan sebelumnya.
Pantas saja saat Shin bertarung, Shin tidak melihat Lin Feng.
“Lepaskan dia.”Ucap Shin geram dengan mata yang tajam.
Lin Feng tetap saja memegangi nya dari belakang, sambil menikmati memegang tubuhnya Hua dengan tangan lain. Dia menghiraukan keberadaan Shin. Shin marah dan mulai mendekatinya, lalu menarik lengan
Lin Feng yang memegang tubuh Hua. Shin tanpa pikir panjang langsung mematahkan tangannya dan menarik baju Lin Feng. Setelah berhasil ditarik, Shin menghajar habis habisan sampai mukanya tidak bisa dikenali lagi.
“Aku akan menghajarmu sampai kau tidak dikenali lagi oleh ibumu.”ucap Shin dengan marah.
Setelah melihat Shin marah, Hua takut masalahnya akan tambah rumit. Dia pun menghentikan Shin dan mengajaknya segera pergi, apalagi waktu sudah sore dan akan menjelang malam. Shin pun tidak sadar dengan waktu dan baru sadar ketika Hua mengingatkannya. Mereka pun pergi tak lupa membayar makanannya. Sedangkan Lin Feng dan bawahannya masih tak sadarkan diri didalam rumah makan itu.
Shin dan Hua berjalan menuju gerbang kota karena kusirnya sudah menunggu, dia juga tidak belanja apa apa lagi karena mood nya sudah hilang karena kejadian tadi. Shin menarik lengan Hua agar segera pergi dari ibukota. Shin bukan takut dengan mereka, hanya saja dia sedang membawa Hua. Dia tak mau terjadi hal seperti tadi pada Hua, Shin juga bingung dia tiba tiba tidak terkendali saat menyangkut Hua.
Sesampainya di luar gerbang kota, kusirnya pun membuka kan pintu kereta itu. Shin dan Hua pun masuk kedalam. Kusir pun segera melajukan kereta kudanya. Didalam kereta kuda, Hua yang melihat Shin mukanya banyak lebam pun menjadi khawatir.
Didalam kereta yang tak ada kompressan membuat Hua bingung harus berbuat apa. Dia tak bisa berhenti cemas memikirkan keadaan Shin. Shin pun berkata:
“Ini tidak apa apa, tak usah cemas begitu. Nanti akan kukompress bila sudah ada sampai.”
Mendengar penjelasan Shin, Hua merasa sedikit tenang walaupun tetap cemas tapi karena tak mau membuat tambahan beban untuk Shin, Hua pun berusaha untuk tidak cemas dan membuang pikiran cemasnya.
Ditengah perjalanan hari sudah mulai larut, Shin beranggapan bahwa dirinya akan sampai ke kediaman Fei tengah malam lewat dan itu akan berbahaya untuk keselamatan.
“Hua? Apakah kita akan terus melanjutkan perjalanan atau menepi di kota terdekat untuk menginap?”
Hua yang mengerti ucapan Shin lebih memilih menepi dikota terdekat, karena nanti dirinya bisa mencari obat untuk Shin.
“Lebih baik menepi saja kalo bisa kita menginap, keselamatan dijalan lebih penting dan juga aku harus mengkompress luka lukamu.”
“Apa tidak masalah jika begitu?”
“Tidak, itu lebih baik.”
“Yasudah baiklah.”
“Pak, nanti menepi dikota terdekat saja, kita menginap.”
“Baik, nona.”balasnya.
Tak butuh waktu lama mereka akhirnya sampai dikota terdekat karena mereka kebetulan hanya berjarak beberapa ratus meter dari kota terdekat ketika membahas penginapan. Shin dan Hua pun turun, dan mencari penginapan yang masih kosong.
Kusir nya hanya menunggu saja, karena dia hanya mengikuti perintah Tuannya. Hua menunjukkan penginapan yang ramai dan terang benderang oleh cahaya lilin, Shin yang melihat arah telunjuk Hua yang menunjukkan sebuah penginapan pun langsung bergegas dan memegang lengan Hua secara tidak sadar,
Hua pun tak mempemasalahkannya dia malah merasa senang.
Sesampainya didepan penginapan mereka pun masuk.
“Permisi, ada kamar yang masih kosong?”
“Ada Tuan, tapi hanya tersisa 1 kamar saja. Itupun kamar kelas elite.”
Shin memandang Hua meminta izin apakah tidak masalah jika 1 kamar. Hua yang mengerti atas tindakan Shin pun tersenyum dan mengangguk.
“Tak masalah pesan itu saja. Ohiya sekalian nanti bawakan makanan untuk makan malam!”
“Baik Tuan, mari saya antar ke kamarnya.”
Shin dan Hua mengikuti pelayan itu, mereka naik ke lantai atas. Dan benar saja kamar kamar yang lain sudah terisi dan terdengar banyak suara suara aneh yang membuat Shin dan Hua tiba tiba memerah pipinya. Pelayan yang melihat itu pun tersenyum dan meminta maaf.
“Maaf Tuan, ini sudah terbiasa.”
“Tak apa, lanjutkan saja!”
“Baik Tuan.”
Tak berselang lama, mereka sudah sampai didepan pintu kamarnya.
“Ini Tuan kuncinya. Biayanya 750 coin emas Tuan, sekalian untuk biaya makan malam dan sarapan esok hari.”
“Baik, ini uangnya.”
Shin mengeluarkan uang hasil rampokan itu, semuanya sudah terpakai. Shin tak mau membuat Hua membayar semuanya karena dia merasa lelaki harus bisa bertanggung jawab.
Sebelum mereka masuk, pelayan itu hendak pergi namun ditahan oleh Hua.
“E-ehm tolong bisa bawakan air hangat dan sebuah kain?”
Pelayannya mengerti, karena dia melihat wajah Shin yang penuh lebam.
“Baik nona, nanti akan diantarkan bersamaan dengan makan malamnya. Kalau begitu saya kebawah dan segera menyiapkan semuanya.”
Hua mengangguk lalu mereka pun masuk karena pelayan itu sudah pergi. Hua dan Shin tidak memikirkan si kusir, karena mereka pikir dia bisa tidur didalam kereta kudanya. Didalam mereka hanya saling membisu karena baru kali ini Hua satu kamar dengan pria. Shin ingin memutus keheningan tapi dia biingung dengan topik apa yang akan dibicarakan.
Keheningan itu terus berlanjut sampai pelayan mengetuk pintu kamar.
“Tok Tok”
“Permisi Tuan, ini makananan malamnya dan pesananan nona nya tadi.”
“Oh tunggu sebentar.”
Pintu pun terbuka, pelayan itu masuk dan
menyimpan makanan dan kompresannya di atas meja.
“Selamat menikmati”ucap pelayan lalu pergi.
“Makan dulu saja, nanti obatinya setelah makan.”
“Baiklah marii.”
Mereka akhirnya memilih makan malam terlebih dulu, tak berselang lama mereka selesai makan dan Hua pun segera mengobati luka lebam yang ada di wajah Shin.
“Baiklah, sini wajahmu!”
Shin hanya bisa menuruti permintaan Hua yang dari tadi khawatir akan keadaan dirinya. Mereka pun berdekatan tapi mereka tidak sadar karena fokus untuk mengobati luka. Sekitar 10 menit telah berlalu, Hua selesai mengobati luka Shin.
Mereka pun saling menatap dan terdiam sangat lama. Setelah saling menatap dengan lama tiba tiba pipi mereka memerah. Mereka juga tidak sadar dengan apa yang terjadi sekarang.
Untuk para pembaca yang terhormat dan berbudi luhur, mohon berikan sarannya dikolom komentar dan jika suka dengan cerita tolong di like, vote dan tekan tombol favorit supaya ketika saya update kalian tidak ketinggalan.
Saya meminta sarannya dikomen supaya saya bisa mengoreksi karya saya. Saya meminta like dan vote supaya saya tambah semangat dalam melanjutkan ceritanya.
Saya tidak bermaksud memaksa, hanya saja saya masih pemula yang masih memerlukan dukungan penuh kalian dalam memperbaiki diri.
Semoga para pembaca yang terhormat dan berbudi luhur ini menikmati karya saya.
Maaf bila banyak kesalahan, nanti akan saya betulkan supaya enak dibaca lagi. Terima kasih juga buat kalian yang sudah mendukung karya saya.
Salam hormat.
-cain-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Fatha M
loh.. kenapa pulangnya membutuhkan waktu yang lama..??
sedangkan jarak yg ditempuh kqn sudah dikatakan diatas hanya 5 kilometer....
mulai gak jelas...
2022-03-09
1