Menciptakan Mixer

* Part Jenderal Yu

Sore ini Jenderal Meng memanggilku, dia ingin berdiskusi tentang persiapan ulang tahun Kaisar dan juga membahas tentang pencuri yang akhir-akhir ini meresahkan.

Sambil berjalan menuju tempat Jenderal Meng aku teringat Xiao Ying, sejak kejadian semalam aku tidak melihatnya seharian ini.

Haizzz...kenapa aku teringat dia...

Aku tidak boleh mengingatnya, sambil ku pukul kepalaku sendiri.

Sampailah aku di tempat Jenderal Meng, di situ aku melihat gadis yang ku pikirkan sepanjang jalan kesini tadi ada bersama Jenderal Meng dan istrinya.

Karena Nona Besar juga berperan besar dalam membantu aku dan Jenderal Meng mempersiapkan pesta ulang tahun kaisar jadi aku sudah tidak heran, tapi kalau dia?

Jenderal Meng yang melihatku langsung menyuruhku duduk dan mencoba makan kue yang ada di atas meja, katanya itu Xiao Ying yang membuatnya, aku pun penasaran dan mencobanya, rasanya enak, tapi aku hanya diam saja dan tidak ingin berkomentar karena dalam hati aku setengah percaya dan tidak percaya dia yang membuatnya, tapi dalam hati aku sangat menyukainya.

Lalu aku tidak ingin membuang waktu jadi aku langsung memulai diskusi dengan Jenderal Meng.

Aku tau dia menunggu aku berkomentar, tapi sebaiknya aku menghindar saja, demi mencapai tujuanku, aku tidak boleh jatuh cinta padanya.

Akhirnya dia pamit pergi, bagusnya begitu, karna jika dia terus berada di sini aku menjadi tidak fokus.

Sebenarnya dia bukan lah seperti ini sebelumnya, dia gadis pendiam yang sering berdiam diri di kamar, tapi semenjak dia hilang ingatan dia menjadi orang yang berbeda dan sebenarnya aku lebih menyukai dia yang berbeda.

.

.

.

.

* Part Xiao Ying

Malam pun tiba, di luar sangat dingin karena mulai turun salju. Aku duduk termenung memikirkan bagaimana cara membuat mixer.

Karena tadi sore saat aku pulang Pelayan Lee sempat memberi tahu kalau esok lusa Nona Besar ulang tahun, tapi karna setiap tahun dia selalu sibuk membuat persiapan untuk Kaisar jadi, boleh di bilang dia tidak perna merayakannya.

Aku bermaksud membuatkannya sebuah kue ulang tahun yang cantik, tapi apa daya ku tanpa mixer, aku tidak bisa membuat whipped cream.

Jika aku mempunyai mixer maka banyak yang bisa aku buat.

Aku terus berpikir dan aku teringat dulu waktu mama masih muda, dia membuat kue untukku tanpa mixer, mama hanya mengocok telur dengan menggunakan mixer tangan manual atau pengocok.

Lalu aku suruh Pelayan Lee membawakan ku kertas dan pencil. Pelayan Lee yang mendengar itu merasa bingung dengan apa yang aku inginkan.

"Nona, saya tidak mengerti apa yang Nona inginkan?"

"Aku ingin menggambar sesuatu."

"Kalau begitu kita boleh keruang buku."

"Baiklah, ayohhh kita pergi sekarang."

"Tapi diluar sudah gelap Nona, lagi tampaknya salju yang turun semakin banyak. Bagaimana kalau besok saja?"

Benar juga kata Pelayan Lee, lagi pun kejadian pencuri semalam aku belum lupa.

"Baiklah, besok saja."

.

.

.

.

Pagi pun tiba, setelah bersiap dan habis sarapan, Aku pun segera keruang buku bersama Pelayan Lee.

Yang benar saja, Pelayan Lee menyiapkan kuas, tinta dan kertas, bagaimana aku bisa menggambar dengan kuas? aku tidak perna memakai kuas untuk menulis, apa lagi untuk menggambar dengan jelas.

Tapi ini lah seadanya, bagaimana pun juga, demi Kakak aku harus bisa, karena aku tidak mempunyai waktu lagi, besok lah harinya.

Aku pun mulai menggambar, satu per satu kertas ku buang karna tidak sesuai. Pelayan Lee yang melihat itu pun merasa heran.

Di tengah sibuknya menggambar tiba-tiba Putra Mahkota masuk.

"Apa yang sedang kamu gambar?"

Dengan fokus aku menggambar dan tidak sadar aku menjawab tanpa melihat wajahnya.

"Aku menggambar mixer."

"?????

Putra Mahkota kebingungan.

Aku yang terlalu fokus pun menjawab tanpa menyadari siapa yang sedang bertanya.

Aku masih melanjukannya, tanpa aku pedulikan siapa yang datang.

Putra Mahkota yang melihat aku begitu fokus dan tidak menyadari kedatangannya, dia pun hanya tersenyum dan diam-diam menyuruh Pelayan Lee keluar dan dia menggantikan posisi Pelayan Lee yang dari tadi berdiri di sebelahku Untuk membantuku mengasah tinta agar tinta menjadi cair.

Aku masih terus fokus, satu per satu kertas ku buang begitu saja, tidak tau sudah berapa banyak kertas dan tinta yang aku habiskan.

Aku juga terus memerintah Pelayan Lee untuk mengasah tinta dengan benar.

Akhirnya aku puas dan gambar pun jadi.

"Pelayan Lee lihat ini, akhirnya sudah jadi."

Sambil aku tunjuk gambar ku, aku masih belum menyadarinya.

"Bagus,kalau sudah jadi, kalau tidak tangan ku pasti akan patah."

Mendengar suaranya aku melotot terkejut dan menoleh kesamping ku.

"Huhhhhh...sejak kapan Yang mulia di sini? mana Pelayan Lee?"

"Sejak kamu menjawab pertanyaan ku dengan aneh tadi."

"Aku tidak menyadarinya, maafkan aku."

Dengan wajah tersenyum dan memegang tangannya yang mungkin pegal karna terlalu lama mengasah tinta, dia pun menjawab.

"Lihat apa yang kamu gambar sampai bisa menghabiskan semua tinta dan kertas di negeri ini."

"Ini adalah gambar alat yang ingin aku buat, aku sangat membutuhkannya besok."

Lalu dia melihat gambar ku dan tanpa banyak bertanya dia berkata.

"Berikan gambar ini padaku, besok saya akan membawa benda ini datang."

Aku pun tersenyum gembira. Aku menyadari dia memegang tangannya dari tadi dan aku pun merasa bersalah.

Aku yang salah tingkah langsung ku pegang tangannya dan aku pijat perlahan lengannya.

Dia hanya diam tersenyum membiarkan ku terus memijat tangannya, tak lama kemudian dia menghentikan ku dan mengeluarkan sapu tangan, dia tatap wajahku dan dia lap dengan lembut.

"Lihat lah wajahmu tetap cantik walaupun penuh tinta."

Aku pun tersipu malu...

Tiba-tiba...

Jenderal Yu masuk mencari Putra Mahkota, karna pintu tidak ditutup dia pun melihatnya dan mendengar semuanya.

Kami berdua terkejut dan karna merasa tidak enak dengan situasi yang kaku, Putra Mahkota pun bersikap seperti tidak terjadi apa-apa dan langsung mengajak Jenderal Yu pergi.

Aku yang masih merasa kaku itu pun terkejut sekali lagi oleh Pelayan Lee yang tiba-tiba masuk.

"Nona sudah selesai menggambar?"

"Huhhhhh....kamu ini? kalau masuk ketok pintu dulu."

"Nona... kan pintunya tidak di tutup."

"Ohhh...iyaaa.."

Aku hanya tersenyum.

"Kamu kemana tadi? kenapa tinggalin aku? kenapa tidak bilang Putra Mahkota datang?"

"Maaf... hamba kira, Nona sudah tahu."

.

.

.

.

Sampailah jam makan siang dan aku pun meninggalkan ruang buku dan kembali ke tempatku.

Tidak sabar ku tunggu besok, aku ingin menyenangkan hati Kakak.

Siang itu juga aku terus memikirkan rencana dan kejutan, sesekali pergi ke dapur untuk menyiapkan bahan-bahan untuk buat kue ulang tahun.

Karena waktu yang begitu singkat ditambah lagi bukan mixer yang menggunakan listrik, jadi aku harus mempersiapkannya dengan baik, lagi pun aku tidak pasti pagi atau siang Putra Mahkota akan menyelesaikan alat itu untuk ku, yang pasti aku percaya padanya dan semua pasti bisa berjalan sesuai rencana ku.

🌸🌸🌸🌸🌸

Terima kasih..... karna sudah membaca.🤝🤝🤝

Dukung terus ya... biar semangat tulis dan update setiap hari.😄😄😄😄

❤️❤️❤️❤️

Terpopuler

Comments

See Chin Kiat

See Chin Kiat

Teruskan Good story. 👍👍👍

2022-03-19

2

Yuliaty D

Yuliaty D

lanjut thorrr😍😍🤩🤩💪💪

2022-03-05

3

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!