Putri Yang Terbuang
"Bu, maaf mau tanya, kalau ke alamat ini masih jauh ga ya?" tanya seorang gadis pada salah satu pemilik toko dekat stasiun sambil menunjukkan kertas yang berisi alamat.
Gadis itu bernama Zaskia Maharani, seorang gadis desa yang nekat mencari tunangannya ke kota untuk memberi kejutan dan untuk memastikan sesuatu.
Laki-laki itu bernama Andreas, 3 bulan lalu dia bersikeras melamar Zaskia agar setelah kelulusan bisa langsung menikahinya.
Meskipun Zaskia sendiri merasa minder dan tidak mau menjalin hubungan hanya karna balas budi karna dia telah menyelamatkan nyawa orang tua Andreas. Tapi orang tua Andre sendiri yang memaksa, dan Andre sendiri juga yang sudah meyakinkan bahwa dia akan membahagiakan Zaskia. Setelah kembali ke kota Zaskia dan Andre pun makin dekat meskipun hanya berkomunikasi lewat hp.
Tapi entah mengapa sudah satu bulan ini mereka jarang berkomunikasi, Andre yang mengatakan sedang sibuk karna sering lembur tak menjadi masalah bagi Zaskia karna dia pun disibukkan dengan ujian yg telah dilaksanakan 3 hari yang lalu.
"Lumayan jauh dek... kalau mau pake taksi, di depan sana banyak taksi yang mangkal. Atau kalau mau naik angkot juga ada yg arah sana. Nanti kasih aja alamat ini ke kondekturnya atau sopirnya biar diarahkan" jawab pemilik toko itu memberi arahan.
"Oh, iya bu. Makasih ya bu. Kalo gitu saya permisi."
Masih menimbang-nimbang, melihat isi dompetnya yang tinggal 157 ribu, kalau naik taksi akan langsung sampe depan rumah tapi uangnya takut tidak cukup. Akhirnya dia memutuskan untuk naik angkot.
"Aku kok jadi kaya cewek yang ngejar-ngejar cowok ya... Ah, bodo amat lah siapa suruh ga bisa dihubungi." ucap Kia dalam hati.
"Ngenes banget sih jadi orang miskin, biarin deh dikira gembel." tambahnya lagi membatin saat sadar dirinya tengah menjadi pusat perhatian karna penampilannya.
Menggunakan celana soft jean hitam yang sudah berubah warna, kaos oblong lengan panjang yg dengan rambut yang dkuncir kuda dengan wajah yang dekil. Sungguh miris.
Sebenarnya dia gadis yang cantik jika saja dia punya waktu dan uang untuk merawat diri, alis yang tebal tanpa disulam, bulu mata yang lentik dan mata yang bulat. Baginya bisa makan dan sekolah serta punya uang untuk berobat sang ibu itu sudah bersyukur. Meski begitu dia punya keinginan untuk kuliah, kemarin dia mendapat tawaran beasiswa dari dua universitas, di Jogja dan di kota ini, dia masih harus menimbang lagi terima atau tolak. Masalah ini juga yang nanti ingin dia bahas dengan tunangannya itu.
*****
Kia diturunkan di depan mini market Alfa Mei dan sesuai arahan dari pak kondektur, alamat yang dia tuju tidak jauh dari tempatnya saat ini.
"Ya Allaah... Kenapa rasanya ga enak ya perasaanku. Lancarkanlah urusanku Ya Allah..." doanya dalam hati.
Sejenak Kia beristirahat sambil minum air mineral dan makan roti yang barusan dia beli.
Melihat tukang parkir, ia segera menghampiri dan bertanya, " pak, mau tanya kalau alamat ini masih jauh ga?"
"Oh... Kalau lewat gang sempit sebelah sana itu tinggal jalan kaki lurus aja neng soalnya ga boleh dilewati kendaraan... Nanti keluar gang sudah kelihatan gerbang perumahannya, nanti bisa dtanyakan sama satpam yang jaga dsana untuk letak rumahnya. Tapi kalau mau naik ojeg atau taksi jalannya muter agak jauh." jawab tukang parkir itu.
" Alhamdulillaah ternyata sudah dekat, kalau gitu saya jalan aja deh Pak. Makasih banyak ya Pak. " ucapnya penuh syukur.
"Sama-sama neng... Hati hati..."
Kia hanya menundukkan kepala sambil tersenyum kemudian melangkah pergi menyusuri gang sempit dan sepi. Rasa lelah sudah tidak dirasa, hanya ingin secepatnya sampai.
Mendadak langkahnya terhenti ketika melihat segerombolan preman...
"astaghfirullahaladzim... Ya Allah lindungilah hambamu ini, apa yang harus aku lakukan." terlihat ketakutan tapi harus tetap mencari cara bagaimana menolong orang yg sedang dkroyok preman.
Ujung gang sudah terlihat, di sebrang sana adalah jalan besar, dia melihat ada polisi sedang berpatroli dan berhendi di depan gang. Tanpa pikir panjang Kia berteriak sekencang mungkin berharap mereka akan mendengar dan menolongnya, "Tolong... Tolong... Rampok... Pak polisi tolong...!!!"
Mendengar ada orang didekat mereka, preman-preman itu lari tunggang langgang ke arah Zaskia karena menyadari ada polisi yg diujung gang yg mulai bergerak masuk.
Karna tempatnya memang sempit, Zaskia sengaja didorong sampai membentur tembok.
Dia langsung berdiri, tidak peduli dengan jidatnya yang bonyok karna terantuk tembok.
"Bang... Abang masih kuat kan, bertahanlah bang." ucapnya cemas melihat pemuda itu dalam keadaan babak belur dan kesadaranya mulai menurun.
"Pak... Tolong, abangnya ini pingsan Pak ...!" teriaknya pada polisi yang sudah berlari ke arahnya.
"Tenang dek, kami akan membawa langsung ke rumah sakit, adek ikut dengan kami ya untuk dimintai keterangan" ucap pak polisi.
Sejenak menimbang, karna menyangkut nyawa seseorang dia akhirnya segera mengikuti polisi itu.
*****
Sampai di UGD pria tersebut segera ditangani dokter.
"Adek mendaftar dulu ya...!" kata petugas kesehatan.
"Maaf mas, saya hanya menolong, saya tidak tahu namanya, tidak ditemukan juga identitas di pakaian yang dia pake. Dan saya juga tidak punya uang untuk membayar biaya pengobatannya" jawab kia merasa bingung.
"Pasien korban pengeroyokan kami yang akan mengurusnya mas, adek ini hanya akan kami mintai keterangan." kata pak polisi menyela.
Setelah cukup keterangan yang diperlukan, polisi menitipkan pria tadi kepada Kia untuk menjaga sampai pasien sadar. Karna sudah malam akhirnya Kia mengiyakan, tidak mungkin juga malam ini balik lagi ketempat tadi, badannya juga lelah butuh istirahat, tidak buruk istirahat di rumah sakit, lebih aman, pikirnya.
"Terima kasih untuk kerjasamanya dek... Kami akan kembali besok pagi." ucap polisi itu sambil melihat Kia. "Dok, sekalian obati adeknya ini, sepertinya dia juga terluka." lanjutnya
"Ah, tidak usah pak, nanti juga sembuh sendiri, cuma benjol aja kok."
"Ga papa dek, diobatin dulu biar tidak tambah sakit."
Kia hanya bisa pasrah.
Tak lama pasien dipindahkan ke ruang perawatan, kata dokter tidak ada luka dalam, mungkin pria itu akan segera sadar.
Setelah sampai di ruangan, kia meletakkan ranselnya di sofa, mengambil pakaian ganti kemudian ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Kini Kia sudah merasa lebih segar, dia duduk dekat pria itu, memperhatikan luka-luka lebam di wajahnya.
"Cepet sadar ya Bang... Keluarga Abang pasti lagi nyariin." ucapnya sambil tersenyum memperhatikan wajah pria yang ternyata sangat tampan...
"Abang kok bisa ganteng gini sih, bonyok gini ada masih tetep terlihat keren..." celetuknya pelan masih yakin pria ini belum sadar.
"Ibunya abang dulu nyidam apa sih, kok bisa buat yang kaya gini. Ah... Pasti ibunya abang cantik banget ya. Besok kalau ketemu aku boleh nanya ga ya sama ibunya abang, biar besok2 kalo aku mau punya anak bisa aku rencanain nyidamnya." ucapnya sambil terkekeh lirih, menyadari kekonyolannya...
"Abang namanya siapa? Kalo aku Zaskia, abang panggil aku Kia aja ya."
Masih bermonolog, belum tentu jika lawannya bicara dalam keadaan sadar Kia masih bisa berbicara selancar ini.
"Doakan ya bang, agar urusanku lancar. Aku baru dari desa tadi siang, aku mencari seseorang, semoga besok bisa bertemu. Sejujurnya aku takut bang, di kota ini aku ga punya keluarga dan ini pertama kali aku kesini. Ah iya, kalo abang ada lowongan pekerjaan aku daftar ya bang... Tapi aku baru lulus SMA, eh belum ada pengumuman kelulusan ding, doakan lulus ya bang, biar aku bisa kerja terus lanjutin kuliah."
Kia terdiam lalu mengamati wajah tampan pria di depannya itu.
" Ya ampun... Aku dah kaya orang gila ngomong sendiri. Aku ga kena sawan kan ya... Hiii... " Zaskia bergidik ngeri membanyangkan kena sawan. Karna rasa lelah, perlahan dia terlelap sambil duduk dengan kepala berada di ranjang pasien.
Dirasa ruangan sudah tenang, tak ada lagi suara gadis yang berisik dari tadi, gadis yang dia yakini adalah orang yang menolong dari serangan preman tadi, pria itu membuka matanya. Mengamati gadis kecil di sampingnya sambil tersenyum.
"Gadis yang manis... Makasih ya sudah menolong Abang." gumamnya.
"eh, kok aku jadi ikut-ikutan panggil Abang sih. Gapapa deh, Abang panggilnya dek Kia ya..." gumamnya lagi sambil terkekeh.
"Namaku Revan, besok kamu kerjanya ngrawat aku aja gimana. Mau ya?" senyumnya melebar menyadari pikirannya, "astaga sejak kapan aku jadi ikutan gila? " dia pun tertawa lirih.
"Kenapa deket gadis kecil ini berbeda, aku sama sekali tidak merasa mual dengan jarak sedekat ini, malah yg tadinya pusing sekarang udah ga seberat tadi?"
Hei ada apa dengan bang Revan?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Kania Rahman
Thor baru mampir, baru Nemu cerita ini,sehat selalu dan tetap semangat
2022-12-22
0
Ilan Irliana
pst pnykit OCD y yg g bs dkt2 prmpuan..hihi
2022-09-30
0
YuWie
awal yg manizzz..lanjut baca..
2022-07-07
0