"Mas Bimo asli sini?" Tanya Kia memecah kesunyian.
"Anak rantau aku ini ceritanya, aku dari jogja." jawab Bimo
"Beneran? Wah, sama dong kalo gitu. Jogjanya mana mas?"
Tanya Kia antusias, merasa punya saudara di kota orang. Dia pernah mendengar, kalau di perantauan ketemu dengan orang yang berasal dari daerah yang sama akan merasa seperti saudara.
"Daerah stadion deket mandala krida sana, kalo kamu?" tanya Bimo balik.
"Enak ya tinggal di kota, Aku dari Gunungkidul mas, daerah selatan kalo mau ke pantai deket. Kalo mas Bimo mau ke Pantai mampir tempat aku mas."
"Beneran deket pantai? Istrinya Pak Reyhan yang pengen banget menjelajah pantai Gunungkidul, lihat di Youtube reviewnya katanya bagus-bagus. Apalagi dipameri teman-temannya yang habis dari pantai apa itu yang orang bilang KUTEnya Gunungkidul? Indayanti ya kalo ga salah. Kalo aku dulu pas masih kuliah, sama temen-temen suka main ke pantai kalau pas libur, ke pantai daerah sana juga pernah beberapa kali" tutur Bimo menceritakan. Kecanggunan mulai terurai.
"Iya bener Indrayanti. Mas Bimo sudah lama kerja di sini?" Kia mulai kepo.
"Lumayan, 5 tahun. Dulu, karyawan magang. Kebetulan sering bantuin Bapaknya Pak Reyhan, sampai akhirnya jadi asistennya Pak Reyhan." jawab Bimo
"Kia juga pengen kerja kantoran kaya mas Bimo, makanya aku mau kuliah biar nanti bisa sukses. Doakan ya mas." Kia menerawang, membayangkan masa depannya sambil tersenyum.
"Udah lama kenal mas Revan? Setahuku mas Revan itu ga pernah deket sama cewek. Dia kaya punya alergi gitu kalo berdekatan sama cewe, bisa mual muntah pusing, sampai pingsan." Revan juga mulai kepo.
"Masa? Tapi emang sih tadi pagi waktu mau diperiksa sama perawat cewek juga histeris ga mau didekati gitu. Aku pikir karna takut disuntik. Tapi bang Revan malah minta tolong sama Kia sampai peluk-peluk juga. Aku pikir dia cuma modus." ucap Kia sambil mengungat-ingat kejadian tadi
"Hah... Terus, dia bilang sesuatu ga"
"Apa ya, tadi cuma bilang setelah deket aku, mualnya hilang."
"Bener-bener ajaib, jangan-jangan kamu punya kelebihan kaya dukun gitu ga sih."
Plak...
Reflek tangan Kia memukul lengan Bimo.
"Sakit Kia... Gila itu tangan apa besi sih keras banget."
"Mas Bimo sih sembarangan, aku dikatain dukun. Jadi kuli aku tuh di desa mas, buruh tani. Wonder women tau."
"Masa sih, mana ada anak muda sekarang yang mau turun ke sawah?" Memang bener, dia juga punya saudara di pinggir kota, punya sawah dan ladang tapi tidak ada anak muda yang mau terjun ke sawah atau ladang. Selain ga mau koto-kotoran mereka juga gengsi.
"Ada, buktinya aku. Nih, kalo ga percaya." Kia menunjukan telapak tangannya yang kasar
"Iya deh, percaya. Jadi sejak kapan kenal Mas Revan?" Bimo mengulangi pertanyaannya.
"Baru semalem mas, waktu Bang Revan dikeroyok preman, kebetulan aku lihat terus teriak minta tolong, itu aja. Aku ga nglakuin apa-apa. Yang bawa kerumah sakit juga polisi." jawab Kia tidak mele-bih-lebihkan juga tidak mengurangi.
"Kamu beruntung kalo jadi istrinya Mas Revan, ga usah kerja berat lagi. Ibunya sampai drop waktu memikirkan Mas Revan. Sekaramg sudah pasrah, karna memang Mas Revan sendiri juga sudah ikhlas jika memang ditakdirkan untuk sendiri seumur hidupnya. Dan kamu wanita pertama yang bener-bener bisa berinteraksi sedekat itu sama dia selain ibu, saudaranya dan bibi yang merawat dia dari orok." sambil tetap fokus menatap jalan Bimo melanjutkan ceritanya, " Kata Pak Rey dulu sebenernya Mas Revan itu sama kaya laki2 pada umumnya, dalam berinteraksi dengan teman-temannya maksudnya, tp sejak kecil memang ditanamkan untuk tidak terlalu dekat secara fisik dengan yang bukan makhram, dan itu tertanam baik pada kepribadian Mas Revan. Sampai saat menjalin hubungan dengan teman wanitanya, ya... pacaran lah maksudnya. Dia melihat pacarnya selingkuh dengan temannya maz Revan sendiri di kostnya. Mungkin melihat pemandangan menjijikkan itu, sampai rumah dia muntah-muntah hebat sampai masuk rumah sakit karna dehidrasi. Sejak saat itu dia seperti kayak alergi dengan cewek."
"Kasian ya Bang Revan." Hanya itu tanggapan Kia, kaget dengan kenyataan hidup Revan, merasa speachleess ternyata jadi orang kaya pun belum tentu bahagia. "Pada hal Bang Revan kan ganteng, baik kurang apa coba."
"Namanya juga manusia kadang serakah."
Dulu waktu kuliah ga ada yang tau kalau dia anak pengusaha, sengaja tampil sederhana seperti teman-temannya karna memang ingin mencari sahabat yang tulus. Dan dia diselingkuhin ternyata memang karna mantanya itu matre."
Setidaknya itu yang Bimo tau dari cerita atasannya itu. Padahal sebelumnya dia tidak pernah mengumbar rahasia keluarga atasanya ini, tapi dengan Kia... entahlah seperti mengalir, ada dorongan dari dalam dirinya untuk bercerita.
" Kira-kira nyesel ga ya mantannya? Ah, tapi jangan balikan deh sama mantannya, ga rela aku. Meski cuma kenal sebentar tapi aku kaya ngrasa Abang tuh orang yang baik. Emang sekarang Abang kerja dimana Mas? Sekantor sama kakaknya?"
"Dia belum berminat untuk terjun membantu perusahaan papanya. Sekarang kerja dipemerintahan. Papa dan mama mas Revan juga tidak memaksakan harus kerja dimana, yang penting anaknya bisa bahagia kata mereka."
"Maksudnya jadi PNS atau ASN gitu ya mas?" tanya Kia takjub, Bimo hanya mengangguk. "Keren ih abang, aku tuh suka kalo lihat PNS pake sragam gitu. Kan... Jadi ngebayangin Bang Revan yang pake sragam, pasti tingkat kerennya berkali-kali lipat." cerocos Kia sambi menerawang.
"Mas Bimo sendiri bagaimana ceritanya bisa sampai sini?" tanya Kia penasaran.
"Setelah menyelesaikan kuliahnya Mas Revan ngelanjutin S2 di UGM. Waktu dia mau mulai kuliah dijogja aku mulai kerja sama ayahnya Pak Rey. Waktu itu Pak Tomo ayahnya Pak Rey baru saja membangun hotel dan Resto, aku nglamar trs diterima, ga tau kenapa beliau menginginkan aku untuk ikut ke jakarta, ya jadilah sekarang sama Pak Rey."
Tak terasa sambil bercerita, meraka sudah dekat dengan alamat yang dimaksud.
"Mas, kalo misal ada lowongan kerja untuk lulusan100 SMA aku diinfo ya. Ga papalah Cleaning servis yang penting aku bisa punya penghasilan. Rencana aku mau terima bea siswa di sini. Tapi belum pasti juga, soalnya aku juga dapet tawaran bea siswa dari univeraitas yang di Jogja juga.
"Ok siap, tukaran nomor saja. Nih masukin nomor kamu." kata Bimo sambil menyodorkan hapenya
"Itu gerbang perumahan yang didepan deh kayaknya."
Kia mengikuti arah pandang Bimo.
"Iya mas kayaknya, perlu turun di pos ga tanya pasnya letak rumahnya?"
"Iya deh biar cepet, aku saja yang turun." Bimo turun dan bertanya pada satpam yang berjaga di pos, setelah mendapat arahan dia kembali melajukan mobilnya.
"Harusnya rumah yang paling ujung itu, tapi kok rame amat ya? Kaya lagi ada acara. Mau langsung turun atau perlu dianter?" Bimo merasa
bimbang untuk meninggalkan Gadis yang sudah menolong adik bosnya itu.
"Langsung turun aja mas, ga usah dianter. Makasih ya, maaf udah ngrepotin." Ucap Kia sambil menatap Bimo
"Santai saja, jangan lupa hubungi aku atau mas Revan kalo ada apa-apa." ucap Bimo mewanti-wanti
"Siap. Hati-hati mas baliknya." ucap Kia setelah turun dari mobil.
Kia turun diperempatan gang agak jauh dari rumah yang dimaksud.
"Duh, perasaanku kok ga enak ya... gimana ya nanti waktu aku datang, apa mas Andre akan senang? Mudah-mudahan aku ga ganggu." Kia merasa ragu takut kedatangannya malah mengganggu waktu Andre.
Dengan berdebar Kia berjalan pelan, seperti ada acara pernikahan....
Deg... Deg... Deg....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
YuWie
dan ternyata yg menikah adalah andre tunanganmu ki..
2022-07-07
0
Sisilia Betekeneng
jauh2 dr desa, jangan sampai kia fi kianti
2022-03-14
1