Setelah sarapan Rita dan Kia bersiap berangkat ke Rembulan cafe. Sebenarnya Kia agak gugup. Karna meskipun terbiasa bekerja keras, namun ini kali pertama kia bekerja di luar kota dan harus berhadapan langsung dengan banyak orang.
"Bismillaah... Lancarkanlah urusan hamba ya Allah 🤲"
Berkali - kali Kia merapalkan doa agar diterima kerja dan lancar dalam pekerjaannya.
"Mbak Siska, aku bawa temen yang kemarin aku kasih tau lewat chat. Dia yang mau kerja di sini gantiin mbak Mirna." ucap mb Rita pada rekan kerjanya.
"Oh oke, lansung Yani saja. Minta seragam sekaligus biar dikasih tau pekerjaannya. Selamat bergabung Zaskia, bener Zaskia kan namanya?" ucap seorang wanita yang tadi di panggil mbak Siska.
"Iya mbak Siska, panggil Kia aja." jawab Kia sambil menjabat tangan.
"Meskipun di sini kita punya tugas dan jabatan masing-masing, namun kita disini tetap saling membantu kalau sedang senggang. Kita harus saling menyesuikan, kita semua bersaudara jadi tidak ada senioritas di sini apalagi bertingkah bossy. Yang berhak menjadi bos ya hanya bos kita, Mas Roni sama pemilik cafe ini. Cuma orangnya ga pernah mau nongol di depan kita,he he... Jadi buat dirimu senyaman mungkin, yang penting bisa tau porsinya masing-masing. Ngerti kan maksud saya?" jelas mbak siska panjang lebar tentang sistem kerja di sini.
"Ok siap mbak, bisa dimengerti" jawab Kia.
Setelah itu Kia mencari mbak Yani ternyata dia pekerjaannya sama dengan Kia. Hari ini sengaja bekerja lembur untuk mendampinginya di shift pagi, karna yang seharusnya shift pagi hari ini sedang izin, agar besok Kia bisa di lepas. Jadwal untuk shift sebenarnya fleksible meskipun sudah terjadwal, mereka bisa bertukar jadwal secara pribadi ataupun mengatur waktu libur yang penting pekerjaannya jangan sampai ada yang kosong.
Kia bersyukur sekali dengan tempat kerja yang nyaman, kafe ini sangat terkenal dan populer bukan hanya di kalangan remaja, banyak orang dewasa yang datang bersama keluarganya datang hanya sekedar untuk bersantai, ngopi cantik, atau bertemu relasi. Untuk kalangan anak muda jangan tanya lagi, tempatnya romantis dan instagramable, cocok banget untuk tempat kumpul, apalagi hang out bareng pacar🤭.
Sejak kemarin saat Revan menelponnya, Kia seakan sudah benar-benar bangkit dari rasa sakitnya, apa lagi Revan selalu mengirimi pesan, moodnya langsung naik berkali-kali lipat. Selalu sanyam-senyum saat bertukar pesan, rasanya berbeda dengan saat bertukar pesan dengan Andre dulu. Kia tidak bermaksud untuk menjauhinya, hanya saja untuk saat ini Kia hanya ingin fokus pada masa depannya. Jauh di lubuk hati Kia, dia sangat rindu pada abang gantengnya itu.
Hari pertama kerja menurutnya menyenangkan dan berjalan lancar. Tidak ada yang sulit, hanya butuh waktu untuk menyesuikan diri saja.
"Dek, abang suda diperbolehkan pulang. Sekarang kasih tau tempat kerja adek." begitu pesan terakhir dari Revan sekitar jam 14.00 Wib.
"Maaf bang baru bales. Ini lagi selesai kerja, mau pulang. Abang fokus dulu dengan kesembuhan abang. Jangan kemana-mana dulu sampai benar-benar sembuh. Ok!" jawab Kia. Cepat atau lambat dia pasti akan memberi tahu Revan.
Apalagi teringat pesan dari Bimo tadi.
"Pagi non Kia cantik, tau ga? kamu udah bikin dunia Revan jungkir balik?
" Hah, maksudnya? "
" Mas Revan benar-benar jatuh cinta sama kamu, dia mengakui secara terang-terangan di depana keluarganya? "
" Ga usah ngarang deh Mas, kalo aku baper, Mas Bimo mau ranggung jawab?"
"Ogah, emang aku ngapain?"
"Makanya ga usah mengada-ada. Abang itu baik pasti karna merasa berhutang sama Kia. Kia ga berani berkhayal terlalu tinggi, takut jatuh."
"Ck, ga percaya. Seharian kemarin bahkan dia frustasi menunggu kabar kamu. Sampai menyuruh orang untuk menyelidiki keadaan kamu?"
"Abang nyari tau aku? Jadi abang sudah tau semuanya berarti?"
"Kalo Mas Revan mau, bisa saja dia menyuruh orang buat nyari keberadaan kamu sekarang. Tapi dia memilih menunggu kamu yang secara suka rela mengatakannya."
"Iya, tau kalau itu. Kia juga ga bermaksud sok menyembunyikan diri kok mas, pasti kapan-kapan aku kabari abang."
Ada rasa yang membuncah saat obrolan via chat berakhir.
Ah, bolehkah Kia berharap? Kia ingin berubah, setelah dapat gaji, sesuai saran Rita, Kia bermaksud untuk membeli skincare. Dia ingin berubah dan memperbaiki penampilannya.
Tapi ada sati hal yang sangat dia inginkan. Dia ingin berhijrah.
Di kafe tadi, dia melihat ada karyawan yang berhijab juga, jadi tidak masalah dia rasa. Bukannya menunda, hanya saja dia ingin memantapkan hatinya agar nantinya bisa istiqomah.
Jarak rumah mb Rita dan kafe tidak terlalu jauh. Tadi pagi Kia dbonceng Rita saat mengantarnya melamar kerja, tapi hari ini Rita shift sore jadi jalan kaki sambil menghapal jalan. Bukan hal yang berat jika hanya berjalan 200 m saja nagi Kia.
*****
Saat ini Revan dilanda jenuh. Bagaimana tidak, dia yamg setiap harinya wira-wiri bekerja bahkan sampai rumah juga masih harus memeriksa laporan kafenya, kadang masih dimintai ikut memantau perusahaan papinya, bahkan mamanya juga kadang menariknya ke butik jika ada masalah namun sudah 3 hari ini dia dipaksa untuk tidak melakukan apa-apa oleh sang mama, apalagi alasannya jika bukan agar cepat pulih.
Dia melihat di cermin, wajah gantengnya sudah hampir pulih, rasa sakit di tubuhnya juga sudah tidak terasa. Biasanya malam minggu pengunjung kafe membludak, dia berencana untuk datang ikut memantau langsung di sana seperti sebelumnya. Di sana dia mempunyai ruangan khusus 3x4 yang terletak di pojok kafe yang hanya terpisah oleh dinding kaca dengan ruang pengunjung dan ruang kantornya. Dari luar memang tidak bisa melihat ke dalam, tapi dadi dalam dia bisa leluasa mengawasi keadaan di luar.
"Ma... Nanti malam Revan mau ke kafe batuin anak-anak ya."
Saat ini dia menyusul Mama Reni di ruang keluarga yang sedang menonoton infotainmen. Tanpa aba-aba dia duduk lalu merebahkan kepalanya di atas pangkuan mamanya.
Mama Rena tersenyum dan reflek mengelus surai putranya itu. Belum sempat Mama Rena menjawab si kembar yang saat ini bermain dengan mbaknya di dekat Mama ber celoteh, "Oom udah gede kom suka manja sih. Lihat nih Danesh aja ga manja." kembarannya hanya mengangguk-anggukkan kepala tanda menyetujui ucapan saudaranya itu.
"Kan oom lagi sakit jadi harus di manja sama Mamanya biar cepet sembuh."jawab Revan asal.
"Tapi kata papi kalau udah gede itu kalau sakit ndak boleh repotin mamanya. Papi kalo sakit yang manja-manjanya sama mami kok." Danesh tak mau kalah.
"Ye tetep aja itu namanya bermanja, ck... bocah ganggu aja sih, kamu iri sama oom kan? Sini oom peluk dulu kalau mau."
"Ga mau kata mami, kami ga boleh gangguin oom dulu biar cepet sembu. Tadi kan oom bilang bermanja sama uti biar cepet sembu, artinya oom belum sembuh kan?"
Lama-lama Revan gemes juga dengan ponakannya itu dia lamgsung berdiri dan mendekatinya lalu mengangkatanya tinggi-tinggi dan menghujaninya dengan ciuman.
" Nesha mau.. Nesha mau juga." ucap Danesha. Revan menurunknan Danesh yang sudah terkikik kegelian dan berganti mengangkat Danesha dan melakukan hal yang sama.
Mereka memang sangat dekat, kadang Revan menculik si kembar saat ditinggal mami papinya berpacaran didalam kamar dan mengajaknya jalan-jalan sekedar jajan bli es krim atau mainan.
Setelah puas bermain bersama sikembar, Revan kembali pada posisi nyamannya.
"Boleh ya ma, Revan udah pulih kok. Bosan Ma di rumah terus."
"Ya sudah kalau memang sudah merasa sehat. Tapi -diantar sopir, mama belum setuju kalo kamu bawa mobil sendiri."
"Iya ma beres. Mama memang baik deh. Emuah... Emuah... Emuah... Kalo gitu revan bersiap dulu ya." Revan segera berlalu setelah menghujaninya dengan ciuman
" Katanya mau ke sana malam"
"Sekarang aja deh ma, habis ashar langsung berangkat." jawab Revan sambil masuk kamar lalu menutupnya.
Sampai di kamar Revan mengambil ponselnya, mengirim pesan pada sahabatnya.
"Bro gue ke kafe bari siap - siap."
"Ok bos." balasnya singkat
Kemudian Revan mencari kontak Zaskia ❤️ dan melakukan panggilan video.
"Assalamu alaikum Abang... Abang udah sehat?" tanya Kia sambil besibuk. Sepertinya memang sedang bersiap - siap berangkat kerja.
Tapi tunggu... Itu sragam... Kayaknya Revan kenal.
"Adek mau berangkat kerja? Abang udah sembuh kok, sudah mulai kerja juga hari senin." jawab revan tersenyum, sepertinya takdir memang berpihak padanya. Aku menemukanmu gadia kecilku, batinnya.
"Bang, adek buru-buru. Adek berangkat sekarang ya, takut telat. Udah jam 3 lebih soalnya."
"Oke oke... Hati - hati ya. sampai ketemu, asaalamu alaikum."
"Wa alaikum salam." Kia langsung mematikan ponselnya bahkan dia sudah tidak memperhatikan ucapan Revan.
Dengan langkah ringan dia keluar rumah setelah berpamitan dengan bu Rua dan adik mbak Rita, sedang mbak Rita sendiri hari ini lembur dan sudah berangkat tadi pagi.
TBC...
Hai hai hai pemirsah...
Maaf jika typo masih bertebaran
Minta dukungan nya ya, jangan lupa vote, like dan komenya
Terima kasih❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Dimas Arfian
Ga sabar nunggu pertemuan mereka
2022-03-05
1