Sepeninggal Kia dan Bimo Revan hanya termenung. Entahlah, seperti ada bagian yang hilang darinya, yang ikut terbawa gadis manis itu.
"Ah, kenapa sekalinya aku menyukai cewek, dia malah sudah ada yang punya sih. Ya Allah gini amat nasibku. Ya Allah bisa ga sih hambaMu ini meminta Kia untuk jadi milikku saja. Jika dia adalah calon istri orang, maka berikan wanita lain saja yang menjadi jodoh laki-laki itu. Aamiin..." ucap Revan meskipun tidak keras tapi masih terdengar oleh penghuni lain dikamarnya yang baru saja datang.
Bimo kembali ke rumah sakit setelah meminta salah satu anak buahnya ke kantor polisi bersama orang bengkel. Sebelum mengurus administrasi rumah sakit dia memutuskan untuk ke kamar Revan untuk melihat keadaannya, dan melaporkan bahwa gadis yang ternyata mempunyai tempat spesial di hati adik bosnya itu telah dia antarkan dengan selamat.
"Aamiin..." ucap Bimo saat mendengar permohonan Revan. Revan hanya mencebik, dia tau pasti akan dibuly kalau menanggapinya.
"Lapor Mas, gadis pencuri hati Mas Revan sudah saya antarkan dengan selamat." ucap Bimo kemudian diam. Entah mengapa, sepertinya dia punya firasat yang tidak baik tentang Kia. Masih menimbang apakah ini harus disampaikan kepada Revan atau tidak.
"Mas, kenapa ya, saya kayak punya firasat yang tidak baik tentang Kia." akhirnya dia mengeluarkan uneg-unegnya.
"Kenapa dengan Kia? Kamu mencuriagai dia bukan wanita baik-baik? Ga usah berprasangka deh, aku yakin dia gadis baik." Bimo belum menjelaskan tapi Revan sudah salah sangka. Sudah ngegas, salah paham pula.
Bimo hanya geleng-geleng kepala sambil tersenyum, ternyata anak pak bos besarnya ini sudah benar-benar membuka hatinya untuk Kia." Bukan gitu mas maksud saya. Saya hanya merasa kalau akan ada masalah dengan Kia. Tapi semoga itu hanya perasaan saya saja." Ucap Bimo menjelaskan.
"Saya langsung mengurus administrasi ya mas. Jangan lupa tanyain keadaan pujaan hati, Jangan cuma berdoa mas, tapi juga harus ikhtiar kalau mau menikung tunangan orang, hahaha....." tambah Bimo lagi tertawa sambil lari keluar ruangan.
Revan hanya mendengus, Bimo dan beberapa pegawai perusahaan yang sering wira-wiri ke rumah besar memang sudah seperti teman dan keluarga begi mereka. Tak ada panggilan Tuan dan Nyonya, dengan Tuan mudanya mereka lebih akrab memanggil Mas. Demikian ART di sana, mereka semua sudah dianggap keluarga. Meski begitu tak ada dari mereka yang berani melunjak, karna resikonya sudah pasti akan langsung diberhentikan. Kemana lagi mereka akan bekerja dengan gaji 3 kali lipat dari UMR, belum lagi kalau perusahaan sedang menang terder besar, pasti ART pun kecipratan. Keluarga mereka membangun loyalitas pegawai memang bukan hanya dengan gaji dan bonus tapi juga dengan sikap. Tapi jangan harap mereka yang berkhianat bisa dimaafkan begitu saja. Semua sudah ada resikonya masing-masing.
"Dasar kampret... Ck... Kok dia denger sih!" Revan kesal dengan Bimo, "memang sebaiknya aku hubungi Kia. Tapi kalau sedang melepas rindu gimana? Kia... Abang ga rela dek, kamu deket-deket laki-laki lain." gumamnya, merasa sesak saat bayangan Kia dipeluk laki-laki lain.
Revan tidak jadi menelpon, tapi hanya mengirim pesan,
"Udah nyampe belum dek, kok ga kasih kabar abang sih?"
Beberapa menit belum juga dibuka.
"Dek, kamu baik-baik saja kan?" pesan dikirim lagi.
Sudah beberapa jam tapi pesannya belum juga dibuka. Revan makin gelisah. Dia hanya bisa berdoa, memcoba berpikir harus melakukan sesuatu untuk memastikan gadis itu baik-baik saja. Akhirnya dia meminta bantuan Reyhan.
On call...
" Bang, aku butuh orang abang. Aku ingin dia mencari tahu keadaan Zaskia. Feeling aku ga enak Bang..."
"Assalamu 'alaikum... Orang tuh kalau telpon pertama ngucapin salam dulu. Adek gue kok kayak lupa etika sih..." alih-alih menawab, Reyham malah memberikan wejangan.
"Iya Bang... Maaf Wa alaikum salam. Jadi gimana?"
"Bukannya tadi diantarkan sama Bimo?"
Sebenarnya Revan bisa meminta Bimo untuk kemabali ke tempat Kia tadi diantar, untuk memastikan keadaannya. Namun dia menyadari, sebagai aspri kakaknya tugasnya pasti banyak, dan untuk hal receh seperti ini tidak perlu sampai menurunkan Bimo.
" Pesanku dari tadi tidak dibalas, aku khawatir Bang. Dan tadi Bimo juga bilang, katanya punya firasat yang tidak baik." terdengar jelas nada cemas dari ucapan Revan.
Bukannya bersimpati, Reyhan malah meledek.
"Ini beneran kamu jatuh cinta sama istri orang? Astaga... Benar-benar berita besar ini mama harus dikasih tau."
"Ga usah sembarangan deh, Kia belum jadi istri jadi masih bisa aku minta dalam doa pada Sang Pencipta." ucap Revan sambil bersungut.
Tawa Reyhan pecah, "Ha ha ha... Ini beneran Revan kan? Jangan-jangan waktu kamu pingsan jiwa kamu tertukar."
"Abang ih, berhenti ga tertawanya? Serius ini, aku ingin segera."
"Ck, kecil itu. Baiklah, kalau memang itu keputusan kamu abang kamu ini mewakili keluarga besar kita memutuskan untuk mendukung adek tercintanya. Sini peluk dulu, hahaha..." Reyhan berucap sambil merentangkan tangan posisi seperti jendak memeluk.
Dan Revan menanggapi dengan mengepalkan tangan dengan posisi seolah akan meninju, " Nih, peluk. " yang diseberang semakin terpingkal-pingkal." Ya udah, aku tunggu segera infonya. Assalamu alaikum." Revan segera mematikan sambungan telpon setelah salamnya dijawab.
Revan turun dari ranjang lalu ke kamar mandi mengambil wudlu lalu sholat meskipun sambil duduk karna badannya masih terasa sakit untuk banyak bergerak.
Setelah selesai sholat terdengar notif pesan dari hpnya, ternyata dari orang yang sejak tadi dia pikirkan.
"Maaf bang, baru buka hape. Kia udah nyampe alamat yang Kia cari kok. Tenang aja bang, jangan khawatir😊."
Harusnya Revan merasa lega, tapi hatinya tetap merasa gelisah. "Kenapa seperti ada yang kamu sembunyikan dek, apa kamu belum percaya sama abang sampai tidak mau cerita." ucapnya lirih, "Dek, kayaknya abang beneran jatuh cinta sama kamu. Kamu ga ngrasain juga ya dek?" ucapnya lagi sambil meremas dadanya.
Telpon... tidak... telpon... tidak... Akhirnya menekan tombol hijau melakukan panggilan. Ternyata sibuk, artinya dia sedang berada di panggilan lain.
" Adek ga bohong kan? Kalau ada apa-apa kamu harus hubungi abang. Ingat itu!" akhirnya Revan memutuskan untuk mengirim pesan saja
"Kamu lagi ngapain sih dek, jangan mesra-mesraan! Abang cemburu" ah... Hapus... Nanti kalau dibaca sama cowoknya malah Kia yang kena masalah.
"Abang kangen dek..." tulisnya lagi dan hapus lagi...
Ah kok jadi lebay banget sih. Akhirnya Revan hanya mengacak-acak rambutnya frustasi.
"Kalau bisa terima telpon, kabari abang ya." akhirnya itulah yang dia kirim.
*****
"Bro gue ada tugas. Ke rumah sekarang." ucap Reyhan pada seseorang diujung telpon sana. Hanya itu yang dia ucapkan kemudian menutip telponnya.
Reyhan memutuskan untuk kembali ke rumah, meskipun saling meledek tapi dia sangat menyayangi adek bungusnya itu. Sang mama harus diberi tahu pelan-pelan agar dia tidak shock. Bagaimapun juga keaadaan Revan selama ini yang membuat Sang mama menjadi lebih perhatian kepada si bungsu. Seandainya dia ditakdirkan untuk tidak dekat dengan wanita manapun, setidaknya dia mendapat kasih sayang yang penuh dari mamanya, begitu pikirnya.
Baru saja mobilnya terparkir, dari dalam sudah terdengar teriakan si kembar, anak-anak Reyhan Danesh dan Danesha yang saat ini berumur 4 tahun. Sedangkan saat ini Reyham sendiri berumur 30 tahum, 3 tahun lebih tua dari Revan.
"Papi... Papi sudah pulang?" tanya mereka kompak sambil berhamburan ke pelukan Reyhan yang sudah merentangkan tangannya.
"Iya nih, Papi laper. Tadi gak dikasih uang jajan sama mami, jadinya pulang deh buat makan..." jawab Reyhan asal lalu menuntun mereka ke dalam.
"Assalamu alaikum...." ucap Reyhan saat masuk rumah
"wa alaikum salam." Sahut mereka yang ada di dalam.
"Mami... Mami... Papi pulang, katanya lapel belum makan." teriak si kembar yang memang belum jelas mengucap huruf R, saat mencari maminya di dapur yang ternyata sedang membantu ARTnya membuat kue. "Mami ga punya duit ya, katanya papi ga dikasih uang jajan sama mami, makanya ga ga beli maem." Sang mami hanya tersenyum dan mengacak rambut kedua anaknya iti dengan sayanh. Buru-buru dia mencuci tangan dan ke depan menyambut suaminya. Merasa ada yang beda karna biasanya dia akan sampai di rumah sebelum maghrib. Tapi ini masih jam 3 sore dan apa tadi? Jam segini belum makan?
"Loh, mas Rey dimana Ma, katanya sudah pulang?"
"Tadi ke atas. Mau mandi dulu, katanya gerah" jawab mama sambil tersenyum. Melihat Reyhan dan Siera yang selalu saja tampil mesra selalu mendamaikan hatinya, tak henti berdoa agar anak bungsunya kelak akan bertemu jodohnya.
"Cira ke atas dulu susulin Mas Rey ya Ma." pamit Siera pada mertuanya. "Sayang main sama mbak dulu ya, mami ke atas dulu siapin baju papi." pamit Siera pada anak-anaknya yang sedang asyik bermain yang hanya di jawab dwngan anhhukan oleh mereka.
Sampai di kamar, dia menyiapkan kaos lengan pendek dan celana chinos pendek. Tak lama terlihat suminya keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk yang dililitkan dipinggangnya.
Mekipun menjalani rumah tangga hampir 6 tahun, entah mengapa melihat pemandangan seperti itu masih saja membuatnya malu dan salah tingkah.
"Tumben pulang cepet, Mas ga sakit kan?" tangan Siera bukan meraih tangan suaminya untuk dicium, tapi malah meraba kening suaminya, takut kalau ternyata suaminya itu sedang sakit. "Tapi tidak panas."
Reyhan hanya memejamkan mata saat mendapat sentuhan lembut di keningnya, bahkan seperti itu saja sudah melahirkan getaran hebat dari dalam tubuhnya. Bukannya menjawab, dia malah merengkuh pinggang istrinya dan menyerangnya. Dari kecupan yang lama kelamaan menjasi cumbuan, tangannya juga sudah nangkring di dada istrinya. Siera yang biasanya lemah dengan serangan dadakan seperti ini, tubuhnya pasti selalu meminta lebih. Tapi saat memgingat suaminya itu belum makan, dia mendorong dada suaminya itu pelan.
"Mas... Jangan gini, pake baju dulu." ucapnya setelah ciuman mereka terlepas.
"Kangen yang..." Reyhan masih berusaha melancarkan serangan.
Siera harus menguatkan hati, dia tidak mau suaminya sakit karna kelaparan, apa kata dunia punya banyak uang tapi skit karna ga makan.
"Nanti lagi dilanjutin, sekarang pakai baju dulu terus makan, Mas belum makan kan? Memangnya Bimo kemana tumben ga ngingetin." ucapnya ngedumel dan lawan bicara hanya tersenyum, menikmati wajah menggemaskan isterinya saat sedang kesal.
Tak lama mereka turun. Siera segera mengambil piring dan memasukkan makanan ke dalamnya.
" Suapin yang... "
" Ya ampun, bayi besarku." denga telaten Siera menyuapi bayi besarnya.
"Kamu tau, Bujang lapuk kita sedang jatuh cinta?" ucap Reyhan di sela-sela makannya. "Tapi sayangnya, gadis itu ternyata calon istri orang."
Sejenak Siera diam dan mencerna kata-kata suaminya.
"Abang ga sedang ngarang cerita kan?" ucap Siera antusias saat sadar siapa yang saat ini dibicarakan. "Akhirnya aku bakalan punya temen curhat di rumah ini, bisa belanja bareng, nyalon bareng, masak bareng dan..." ucapanya terputus saat suaminya menyela ucapannya.
"Dia milik orang yang..."
"Baru juga calon, belum sah jadi masih ada harapan."
"Jadi kamu setuju Revan merebut calon istri orang?" ucap Reyhan tak menyangka jika istrinya akan langsung mendukung.
"Siapa yang akan merebut istri orang?
Salam sehat readers ku yang baik,
Jangan lupa bersyukur agar kita tida kufur
Cintai apa yang kita miliki, karena kehilangan itu sangat menyakitkan❤️❤️
Jangan lupa vote dan like nya ya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
RizQiella
waaah kedengeran mama nya
2023-08-23
0
Kimie Meonk
anak q jg dah paling kcl dah mau 5 tahun tpi blm bsa bilang RRR...
2022-11-29
0
Sisilia Betekeneng
mudahan2 kai bisa diketemukan
2022-03-15
1