Sejenak Revan teringat kejadian sebelum peristiwa naas itu terjadi.
"Ma... Revan keluar sebentar ya." pamit nya pada Mama Risna
"Udah malam sayang, mau kemana sih? Mau kencan? Sama siapa, kenalin ke Mama dong?" sang mama antusias sekali.
Mengingat sang anak memang berbeda dengan laki-laki pada umumnya. Putranya cenderung menjauh dari makhluk atau bahkan mungkin alergi yang bernama wanita, dia merasa tidak nyaman berdekatan bahkan bersentuhan dengan wanita, bahkan bisa berujung mual dan pusing. Ck, udah kaya orang nyidam. Hal itu baru diketahui oleh sang mama, karena sang mama terus mendesak Revan untuk segera mencari pasangan mengingat usianya yang sudah cukup untuk menikah.
Akhirnya Revan menceritakan keadaanya. Ham itu terjadi setelah melihat adegan mesum kekasihnya dengan teman Revan sendiri, juga laki-laki pernah dikenalkannya sebagai sepupu sang gadis. Mungkin akibat trauma pikir mama Revan, tapi sejauh ini Revan belum mau diajak untuk konsultasi ke dokter.
"Sudah deh ma, jangan mulai. Mama doakan saja yang terbaik untuk Revan. Revan sudah ikhlas ma, yang penting Revan bisa bahagiain mama. Itu sudah cukup untuk Revan." ucapnya.
"Iya sayang, mama selalu doakan yang terbaik, agar anak mama juga bahagia." telihat nada sendu dari setiap ucapan Mama Renata.
"Aamiin. Revan berangkat ya ma. Kalo kemaleman mungkin ga pulang, nginep apartemen. Mama jangan tidur terlalu malam, sebentar lagi papa pasti juga pulang. Assalamu alaikum..."
"Wa 'alaikum salam. Hati-hati sayang."
Revan berlalu setelah mencium tangan mama tercintanya.
Masuk ke mobil sambil meletakkan dompet di kursi samping, lalu menelepon seseorang, "otewe ini bawel ah..."
Ya, Revan ada janji nongkrong dengan temannya di cafe tempat biasa mereka berkumpul untuk sekedar melepas penat.
Belum sampai tujuan ban mobilnya kempes, dia keluar dari mobil dan langsung menutup pintu tapi lupa mencabut kunci mobilnya.
"Astagfirullaah... Ngenes banget nasib aku Ya Allaah... Gimana ga bisa kebuka kan pintunya."
Untungnya handphone sempet dia bawa keluar, ia pun menghubungi temanya untuk minta dijemput. Baru saja dia akan membuka hp dia sudah mendapat todongan senjata tajam.
" Serahkan dompet dan kunci mobil! "
" Astaghfirullaah, ga ada bang. "
" jangan bohong gua tau lo keluar dari mobil ini, bawa mobil mahal ga mungkin kan ga punya duit, cepet serahkan!"
Pisau sudah diarahkan ke leher Revan.
"beneran bang, tuh liat ban mobil kempes kunci ketinggalan di dalam."
"Banyak bacot lu, cepat kita seret ke dalam gang, kita hajar saja. Ambil handphone sama jam-tangan nya kayaknya mahal juga."
"Ambil saja bang, tapi biarkan aku pergi."
Percuma melawan mereka yang jumlahnya 5 orang. Daripada mati konyol lebih baik menyerahkan ho dan jam saja. Tapi ternyata preman2 itu tetap saja menghajarnya, sungguh lawan yang tidak seimbang meskipun sudah berusaha melawan akhirnya tetap kalah. Saat kesadarannya mulai menghilang, datanglah seorang gadis yang menolongnya.
Revan menarik napas dalam, masih memandangi gadis yg dia bilang manis itu.
"Astaghfirullaah... Gimana cara ngubungi orang rumah. Mama pasti panik kalo aku kabari, ck..."
Mau bagaimana lagi, yang dia ingat hanya nomer rumah dan ini masih terlalu malam untuk bikin heboh seisi rumah, akhirnya dia memutuskan untuk menelpon rumah besok pagi.
Menjelang waktu subuh Kia menggeliat, merasakan keningnya yang berdenyut nyeri, padahal semalam tidak sesakit ini, ditambah posisi tidurnya yang sambil duduk membuat tubuhnya tambah pegel-pegel.
Segera bergegas ke kamar mandi, mengambil air wudlu lalu sholat subuh. Ia baru sadar seharian kemarin sudah lalai menjalankan kewajibannya, "Astaghfirullah... Ampuni hambamu ini ya Allaah."
Ketika selesai sholat dia terkejut melihat pasien sudah sadar dan sekarang sudah duduk manis di ranjang pasien...
"Abang sudah sadar?" tanya Kia girang langsung mendekati Revan.
Entahlah, meski hanya bersama semalam bahkan tanpa komunikasi Kia sudah merasa dekat dengan pria ini.
"Makasih ya dek, udah nolongin Abang kemarin,... kamu juga terluka?" mendadak Revan panik, pasalnya semalam luka dikeningnya tidak terlihat karna tertutup rambut. Padahal baru saja dia menertawakan dirinya sendiri dalam hati yang udah sangat lebay menyebut abang adek.
" ga papa kok bang, cuma kena gores aja, tar jg cepet sembuh." sangkalnya padahal rasanya masih cenut- cenut.
"Aku Kia, kalo abang?" tanya Kia sambil mengulurkan tangannya.
Sempat ragu, namun perlahan Revan menyambut tangan gadis kecil itu.
"Revan..." jawabnya singkat, masih mencoba menyelami perasaannya. Tangan gadis itu agak kasar namun pas di genggamannya, dan hangat yang dia rasakan. Tidak ada rasa mual atau pusing seperti sebelum-sebelumnya.
"Apakah karna digebuki preman kemarin aku jadi normal?" batinnya penuh harap.
Tak lama terdengar derap langkah rombongan beberapa orang menuju ke arahnya. Ternyata ada visit dokter.
"Selamat pagi mas... Dek... Diperiksa dulu ya..." ucap dokter muda yang mungkin seumuran Revan.
"Apa yang dirasakan sekarang, ada mual atau pusing?"
Belum sempat menjawab pertanyaan dokter muka Revan sudah memucat...
Perutnya mulai bereaksi ketika ad perawat wanita yang mendekat.
"Stop... Jangan mendekat, tetap disitu!" Teriak Revan yang mendapat tatapan aneh dari penghuni ruangan itu. "Boleh masnya saja yang melakukan?" lanjutnya menunjuk seorang perawat laki-laki.
"Kenapa mas, ga disuntik kok cuma dtensi, ga sakit." ucap perawat perempuan tadi yang belum mengerti maksud Revan, masih berusaha mendekat. Revan semakin gelisah.
"Dek... Tolongin abang dek." teriak nya sambil memandang Kia penuh harap, masih belu mengerti dengan dirinya sendiri, bukankah tadi dengan Kia dia tidak merasakan apa-apa.
-
Setelah sempat bengong, akhirnya dengan cepat Kia mendekat.
"Abang kenapa? Ada yang sakit, mana yang sakit bang?"
"Abang ga kuat dek, mual mau muntah" Entah setan apa yang baru saja lewat, mendadak Revan langsung memeluk Kia. Gejolak diperutnya mulai berkurang.
"Hah... Dok, apa abang gagar otak kok sampai mau muntah, semalam katanya tidak ada luka dalam."
Dokter yang perlahan mengerti keinginan pasien pun, langsung meminta perawat wanita tadi untuk menjauh digantikan dengan mas perawat.
Dokter mengatakan keadaan Revan akan berangsur membaik hanya masih diperlukan observasi, jika sampai besok sudah tidak ada keluhan maka besok sudah boleh pulang.
"Abang ga papa?" ucap Kia mengurai kecanggungan setelah adegan peluk-pelukan tadi.
Mungkin nanti sebaiknya nanti sekalian konsultasi dengan dokter yang merawatnya tentang apa yang dia alami. batinnya.
"Sori ya dekk yang tadi, ga sengaja. Reflek tadi."
"Abang kenal mbaknya tadi? Mantan ya, kok kaya ketakutan gitu. Emang abang pernah diapain, sampai ketakutan gitu?"
"Mantan apaan, kenal juga engga. Sudahlah ga usah dibahas, tadi ga tau kenapa, aku jadi mual pas dekat dia." Revan mencoba menjelaskan.
"tapi ga tau kenapa waktu tadi ada kamu mualnya ilang." Lanjutnya
"Beneran bang? Bukan modus kan? Berarti aku tuh obatnya abang. Sayangnya Kia ga bisa temenin abang lebih lama, suruh nunggu pak polisi yang kemarin nolongin kita, abis itu Kia mau melanjutkan perjalanan. Jadi nanti kalo butuh obat minta sama dokter aja ya. " kata Kia dengan percaya diri.
"Mau kemana emang, kamu ga boleh kemana-mana sebelum keluargaku ada yang datang." Ucap Revan seketika membuat Kia mengerutkan alisnya.
" Emang abang udah hubungin keluarga abang? Ibunya Abang tau? "Revan melihat binar bahagia di mata Kia saat menanyakan itu.
" Ah iya, hampir lupa. Kamu ada handphone ga? Pinjem ya? " ucap Revan to the point
" Ada, pulsa data sama celluler baru kemarin diisi. "
Tanpa menjawab Revan langsung menyambar hape Kia, memasukkan nomor dan melakukan panggilan.
On call
"...... "
"Wa 'alaikum salam bi... Ini Revan, tolong panggilkan bang Rey ya bi... Penting."
"....."
"Iya bi, cepetan ya ini aku pinjem hape orang"
Beberapa saat menunggu dengan gelisah, semoga abang ga curiga, ga bilang sama mama juga nanti.
"....."
"bang, aku mau kasih tau sesuatu tp abang jangan bilang-bilang mama ya. Aku butuh bantuan abang, aku ada di rumah sakit. Ini aku pinjem hape orang tolong ambilin hape aku dkamar ya bang, langsung hidupin aja, kemarin aku matiin soalnya. Nanti aku panggilan wa saja ke nomer aku, soalnya ga ada no yg apal aku bang. "
"..... "
" Ok, aku tutup ya Bang, assalamu alaikum. "
"...... "
Panggilan berakhir lalu masuk ke aplikasi hijau memasukan no wa Revan lalu test contack ke no nya yang di rumah.
" Aku dah simpen no aku, kapan pun kamu butuh bantuan jangan sungkan. Ok? "
Kia hanya mengangguk sambil tersenyum.
"Yang ke sini bukan ibunya abang ya? Padahal aku pengen kenalan lho, pasti cantik."
"Kenapa, kamu ga mau nglamar aku kan? Emang abang seganteng itu ya?" ucapnya narsis
Plakk...
Tabokan yang lumayan keras mendarat di lengan Revan
"auw... Sakit dek, kuat banget habis makan apa sih?"
Ucap Revan sambil mengusap lengannya.
"Maaf bang... Sakit banget ya? Abang sih sembarangan bercandanya." sesal kia sambil mengelus-elus bekas tabokanya.
"Abang dah laper belum, mau makan apa? Nanti aku cari keluar."
"Ga usah, nanti ada yang bawa makanan."
Tok tok tok...
Terdengar pintu diketuk, tak lama masuklah 2 orang polisi masuk
"Selamat pagi Mas, Dek... Bagaimana hari ini? Sudah lebih baik?"
"Pagi pak, alhamdulillah saya merasa lebih baik."
"Baiklah, apakah kami sudah bisa meminta keterangan terhadap kasus yang menimpa mas..."
"Revan pak, Revandaru."
"Ok, Mas Revan bisa menceritaman kronologinya?"
Revan pun menceritakan kejadian yang dialaminya secara detail.
"Jadi mobil innova grey dengan no pol xxxx adalah milik anda? Kami sudah mengamankan semalam, sekarang ada di kantor polisi."
"Syukurlah kalau begitu Pak, terrima kasih. Nanti ada orang yang akan mengurusnya."
"Kalau begitu kami permisi dulu, semoga cepat pulih." ucap polisi itu berpamitan, "Adek gimana, mau di antar sekalian ke tujuan?" lanjutnya lagi sambil menatap Kia.
Yang diajak bicara melirik Revan.
"Biar nanti sopir saya yang mengantar Pak."
"Baiklah kalau begitu."
Setelah polisi itu pergi, suasana menjadi hening.
"Kamu kok bisa ada dsana waktu kejadian kemarin?" tanya Revan memecah keheningan. Sejenak mereka saling tatap.
"Aku sedang mencari alamat di sekitar sana Bang... Aku barusaja dari desa, baru kali ini datang ke kota ini." Jawab Kia lalu menunduk.
"Saudara? Kenapa ga minta jemput? Bahaya lho kamu jalan sendirian gitu."
"Udah semingguan ini ga bisa dihubungi, sebernernya dia tunangan aku bang...."
Deg...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
YuWie
kecewa van 😀😃😄
2022-07-07
0
Dimas Arfian
Next
2022-03-03
2
Dan Cool
Next
2022-03-03
1