Deg...
Kok nyesek ya denger dia udah punya calon. Batin Revan, masih belum mengerti hatinya.
Lalu dia tersenyum, dan berkata, "Nanti biar dianter nyari alamatnya." kata Revan sambil beringsut turun dari ranjang.
"Abang mau apa? Biar aku bantu?"
Revan tersenyum, "Ke kamar mandi, abang bisa kok." mengusap kepala Kia sebentar lalu ke kamar mandi dengan perlahan sambil menyeret tiang impus.
Kia masih mamatung sambil melihat punggung revan, kemudian memegangi dadanya, "Jantungku harus diamankan, ga usah ge er deh Kia, dia baik karna sudah kamu tolong. Jaga hati, ingat kamu sudah ada yang akan memiliki." batinnya lalu tangannya menepuk-nepuk pipinya untuk mengembalikan kewarasannya.
Derrtt... Derrtt...
Hapenya bergetar ada panggilan nomor masuk dari
BANG REVAN GANTENG
" Bang Revan narsis juga, hihihi... " gumamnya lirih lalu menekan tombol hijau.
" Assalamu 'alaikum."
Sejenak hening, ini kenapa malah ga dijawab sih, pikirnya. "halo assalamu alaikum..." ulangnya.
"Eh, maaf mba, tadi adek saya mengirim pesan lewat nomer ini. Revannya ada?" Jawab seseorang dari sebrang sana.
"Bang Revannya baru ke kamar mandi, nanti biar dihubungi balik aja ya kak?"
"Oh, oke... Oke.... Makasih ya dek?" tadi mbak sekarang dek, mungkin karna Kia memanggil kakak padanya.
" Sama-sama kak."
Tak berapa lama, Revan keluar dari kamar mandi.
"Bang, tadi ada telpon dari nomor abang. Aku bilang nanti abang mau telpon balik." Ucap Kia setelah Revan kembali duduk, lalu menyerahkan hapenya.
Tanpa menjawab, Revan langsung menghubungi nomernya.
"Gimana bang?"
"....."
"Aku di ruang Anyelir...." ucapnya terjeda sambil melirik ke arah Kia.
Yang ditatap hanya menunjukkan jumlah jari yang merupakan nomer kamar ranap Revan.
"No 6 bang..."
"....."
Telpon terputus.
"Abang belum tau bagaimana caranya berterima kasih sama adek, pokoknya kalau adek butuh apapun kapanpun, hubungi abang ya..." kata Revan sambil menatap sayu pada Kia.
Gadis ini kalo dikasih imbalan uang pasti tidak mau, kalau mau langsung menawarkan pekerjaan juga masih canggung, ah yang penting kan sudah save kontaknya. Pikir Revan.
"Yang nolongin abang itu Allah, kebetulan saja waktu itu Kia yang jadi perantaranya." jawab kia sambil tersenyum.
"Emmm.... Kayaknya nanti aku bakalan minta bantuan abang deh, kalo abang tau ada lowongan kerja untuk lulusan SMA, kasih info ya Bang. Aku pengen kuliah sambil kerja. Kemarin dapet tawaran bea siswa disini, mau aku ambil tapi kan tetep butuh biaya untuk sehari-hari, jadi aku mau sambil kerja." kata Kia sambil membayangkan kerja sambil kuliah.
"Emang diizinin sama tunangannya. Kenapa harus sambil kerja? Tinggal minta aja kan sama dia." ucap Revan asal.
Kia menghembuskan napas kasar.
"Makanya ini aku lagi nyari dia pengen ketemu untuk bahas ini juga. Aku hanya ga mau jadi beban."blirih Kia menunduk dengan nada sendu.
Revan mengusap kepala gadis itu dengan lembut.
" Hei, jangan sedih. Nanti abang hubungi, abang pasti usahakan. Kamu juga jangan putus komunikasi sama abang."
Kia mendongak lalu melebarkan senyumnya.
"Makasih ya bang... Semoga abang segera sehat, panjang umur diberikan istri cantik dan sholeha. Eh, ato malah udah punya istri? Iya... Aku lupa orang seperti abang ga mungkin kan masih jomblo, kalo belum punya istri pasti sudah ada pacar. Ah, pasti cantik banget dia. Bener kan bang?" Cerocosnya panjang tanpa rem.
Revan hanya tersenyum melihat kelakuan gadis di depannya ini.
" Emang menurutmu abang seperti apa?"
" Abang itu baik sih kelihatanya, meskipun sekarang mukanya bengkak tp masih keliatan ganteng kok. "
Eh... Kia langsung membekap mulutnya.
Tawa Revan pun pecah. Sejak kejadian yang membuat dunianya berubah, ini adalah pertama kalinya Revan tertawa lepas seperti ini apalagi di hadapan seorang gadis.
Tok tok tok...
Kia bangkit membukakan pintu, dilihatnya pria yang agak mirip Revan melihatnya dengan tatapan heran tapi kemudian masuk ke dalam ruangan, meletakkan bungkusan di nakas dan paper bag di sofa.
" Kok bisa sampe kayak gi sih Van... Kamu berantem apa gimana sih." dialah Reyhan kakak Revan.
"Digebukin preman bang semalam, ga tau gimana kalau dia ga nolongin aku. " pandangannya mengarah ke Kia yang masih terpaku di depan pintu.
"Ah, kebetulan saja saya sedang lewat Kak ..." serga Kia sambil berjalan ke arah Reyhan dan mengulurkan tangannya.
"Saya Kia kak?" Tutur Kia sopan memperkenalkan diri.
Reyhan tersenyum, "Makasih ya dek, udah nolongin Revan... Aku pikir kamu pacarnya Revan tadi. Jomblo akut dia, aku pikir sudah insyaf. Hehehe..." ucap Reyhan terkekeh. Revan hanya mendengus, "Oh iya sarapan dulu, kalian sudah laper kan?" lanjutnya. Pasti gadis ini belum sempat sarapan, pikirnya.
Kia segera mendekat berinisiatif membantu menyiapkan sarapan.
" Biar Kia bantu kak, kakak duduk aja." ucap kia
"Tumben lu ga mabok deket cewe, manis ya dia? Auranya kelihatan meski sedikit gosong." bisik Reyhan terkekeh sambil memperhatikan Kia yang cekatan menyiapkan makan.
"Udah ada yang punya." ucap Revan merengut saat mendapat ledekan dari kakaknya.
"Yah... Gagal deh punya adek ipar." Reyhan makin memanas-manasi.
"Paan sih ga jelas... Oh ya bang, aku butuh orangnya abang untuk ngurus mobilku di kantor polisi. Kuncinya ketinggalan di dalam mobil beserta dompetnya. Sama nganter Kia juga, dia baru dari desa sedang nyari alamat tunangannya. Bisa kan bang?"
"Gampang, biar Bimo yang urus."
Ucapnya lalu mengambil 2 hape dikantong jasnya, yang satu dibarikan pada Revan, kemudian menghubungi anak buahnya untuk mengurus permintaan Revan tadi.
"Sebentar lagi Bimo datang." kata Reyhan.
"Abang ga ngasih tau mama kan?" tanya Revan masih merasa was-was.
"Kalo Abang kasih tau mama, pasti dia yang heboh duluan. Yaudah, Abang ke kantor dulu ya, ada meeting pagi soalnya. Luka gitu aja pasti cepet pulih, jangan cengeng. Malu sama bocah." Reyhan terkekeh sambil menekan pipi Revan yang membengkak.
"Dasar abang laknat, sakit tau bang. Udah sono pergi." ucap Revan meringis menahan sakit.
Kia tergaket mendengar teriakan Revan. Reyhan hanya nyengir melihat Kia.
"Nitip Revan ya dek, nanti ada yang kesini nganter kamu." Kia hanya mengangguk sambil tersenyum. "Jangan lupa, kamu hubungi kantor kamu, minta izin." lanjutnya.
"Iya Bang, makasih diingatkan." melirik jam di dinding sidah jam 8 lebih. Revan segera menghubungi kantor meminta izin.
"Makan dulu Bang. Aku suapin aja ya bang, kayaknya tangan kanan abang masih sakit."
Revan melihat tangannya mencoba menggerakkan. Kemudian mengangguk karna memang masih sakit digerakkan.
Zaskia menyuapi Revan dengan telaten
"Kamu juga makan, maaf ya jadi ngrepotin." Ucap Revan merasa tidak enak karna gadis ini melakukan semua dengan tulus, padahal baru saling mengenal.
"Iya Bang, habis ini Kia makan. Abang santai aja. Aku ga keberatan kok. Aku malah bersyukur baru datang ke kota ini langsung dapet temen, hehehe..." jawab Kia sambil tersenyum lebar.
Revan membayangkan seandainya saja Tuhan masih memberikan kesempatan untuknya mempunyai istri dan hidup bahagia dengan keluarga kecilnya, pasti bahagia rasanya.
"Berasa punya istri beneran kalo kaya gini." goda Revan yang dihadiahi pelototan dari Kia.
"Abang kan sudah cukup umur, kenapa belum menikah? Kata Kak Rey tadi abang jomblo. Bohong kalo belum punya bacar."
Revan hanya tersenyum tak menanggapi ucapan Kia. "Nikung tunangan orang dosa ga sih?" memgalihkan pertanyaan.
"Gaasss bang... Selama janur kuning belum melengkung, nikungnya di sepertiga malam ya bang!" Kia belum mengerti maksud Revan, malah memberi ide.
"Oke, abang bakal istiqoroh tiap malam." Revan seketika antusias mendengar jawaban Kia.
Emang bener gue udah jatuh cinta ama bocah ini? Kayaknya love at first sight itu memang ada. Pikirannya mulai ngelantur.
"Jadi beneran, Abang mau nikung calon istri orang? Abang ga lagi bercanda tadi?" Kia malah makin penasaran. Sementara Revan hanya tertawa sambil geleng-geleng kepala.
"Udah makan dulu sana." ucap Revan masih terkekeh.
Tak lama datang laki-laki seumuran Revan, mungkin ini mas Bimo pikir Kia.
"Pagi Mas Revan, bagaimana keadaannya? Tadi pak Reyhan meminta saya untuk mengurus keperluan Mas Revan." sapa Bimo ketika sudah di dekat Revan.
"Iya Bim, tolong urus mobilku yg ada di kantor polisi, panggil bengkel saja, soalnya ban mobil kempes terus kunci didalem ga bisa dbuka dari luar, tp sebelumnya antar dulu dia mencari rumah saudaranya, urus administrasi rumah sakit nanti saja."
"Baik Mas... Mbaknya mau pergi sekarang atau nanti?" tanya Bimo pada Kia
"Panggil Kia aja Bang." Ucap Kia sambil tersenyum
Kia melihat Revan sambil berkata, "Kia pergi sekarang aja ya bang. Abang ga papa kan ditinggal sendiri?"
"Beneran tega ninggalin abang?" Ada rasa berat untuk melepasnya pergi, tp Revan tak punya hak untuk melarang. Dia hanya berharap besok masih ditakdirkan untuk bertemu dengan gadis manis ini.
"Ck... Abang lebay banget sih. Abang cepet sembuh ya."
Ucap Kia sambil mengulurkan tangannya.
"Aku udah ga papa, besok juga sudah boleh pulang. Hati-hati, jaga diri. Ingat hubungi aku kalau terjadi sesuatu atau kamu butuh sesuatu." ucap Revan mengingatkan sambil mengelus kepala Kia.
Sejenak saling tatap...
Adek baper bang, manis banget sih. Jantung aku jedug-jedug tau ga bang diperlakukan kaya gini, mana senyumnya bikin candu lagi. Batin Kia yang ga munafik tentang perasaanya.
Namun karna dia sudah menerima lamaran Andre dia akan memegang prinsip untuk setia. Untuk masalah cinta, jika nanti sudah menikah pasti akan tumbuh perlahan, pikirnya.
"Iya bang, nanti Kia wa abang ya... Awas aja ga dibales, aku doain jomblo seumur hidup😁." jawab Kia sambil bercanda.
"Kan aku mau nikung tunangan orang, selama belum ada kata SAH, masih bisa aku minta sama yang menciptakan, bener ga? Bener dong."
"Iya... Iya Abang bener, Kia pamit ya. Assalamu alaikum.?"
" Wa 'alaikum salam. "
Bimo hanya memperhatikan interaksi dua orang di depannya. Baru kali ini Revan dekat dan lembut dengan perempuan. Karna selama 5 tahun bekerja dengan keluarga dan perusahaan Reyhan belum pernah dia melihat Revan dekat dengan perempuan. Tanpa Revan dan Kia sadari, diam-diam Bimo mengambil video mereka pas adegan pamitan tadi. "Calon matumu otewe Bu?" batin Bimo.
Ibu Mas Revan pasti ga percaya kalo ga ada bukti. Pikir Bimo.
Sampai diparkiran Kia melihat dan mengingat ingat nama rumah sakitnya. Entah untuk apa.
"Alamatnya mana mb?" tanya Bimo mengembalikan fokus Kia.
"Mas... iih... Dibilangin panggil Kia aja juga, memang aku udah kaya mbak-mbak apa. Kia kelihatan tua dan jelek banget ya mas." tanya Kia merasa tidak pede.
"Eh, maaf bukan begitu maksudnya. Saya panggil mbak karna kamu temen akrab Mas Revan, adik bos saya." Bimo merasa tidak enak.
Bimo hanya tersenyum melihat Kia merengut. Kemudian menerima kertas bertuliskan alamat yang dicari. Bimo segera melajukan mobilnya menuju alamat tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Amma Alam
pasti Andre lagi selingkuh
2022-03-13
1
Dan Cool
Suka karyamu
2022-03-03
2