"Mau kemana Mas?" Teriak Vera saat tadi sempat mendengar Andre akan mencari Kia.
"Aku ada urusan sebentar. Jangan mencoba mencegahku." jawab Andre datar kemudian berlalu.
Vera mengeratkan rahangnya dan mengepalkan tangannya.
"Aku ga akan biarkan kamu bersama Kia mas, kamu hanya miliku. Lihat saja apa yang akan aku lakukan kalau kamu bawa ****** itu ke sini." gumamnya.
Sebenarnya siapa yang ****** sih, pikir author.
"Apa yang sudah aku miliki maka tak akan pernah kulepaskan, Zaskia tak ada apa-apanya denganku. Pasti saat ini mas Andre hanya merasa bersalah saja." Vera bergumam sambil menyeringai. "Aku akan membuatmu melupakan gadis tidak berguna itu mas."
Dalam otaknya sudah tersusun berbagai rencana untuk menendang Zaskia seandainya dia akan kembali lagi ke sini. Anaknya bisa jadi umpan dan alasan kan?
*****
Dengan langkah berat Zaskia membelokkan langkahnya ke arah masjid saat mendengar suara adzan. Sebelumnya dia hanya duduk di bangku taman, menenangkan diri sambil memikirkan langkah apa yang akan dia ambil.
Saat ini yang ingin dilakukannya hanyalah mengadu pada Sang Kholik, menyerahkan semuanya pada Sang Pencipta.
Setelah selesai dengan kewajibannya, dia duduk diserambi masjid dan merogoh handphonenya. Menimbang kembali, akan menghubungi siapa dulu? Jika menelepon ibu, pasti dia akan cemas memikirkannya sedorang diri yang ada di luar kota dengan keadaan yang sedang tidak baik-baik saja.
Ah, kalau telpon mas Bimo ganggu kerjaannya ga ya, kalau telpon abang nanti dia keganggu juga, dia kan sedang sakit.
Zaskia masih membolak-balikkan hapenya yang sejak berada di rumah sakit dia mode silent, dia lalu membukanya. Banyak notif pesan dan missed call dari Andre namun dia abaikan. Dia memilih membuka pesan dari Bimo dan Revan.
Abang Revan Ganteng
"Udah nyampe belum dek, kok ga kasih kabar abang sih?"
"Dek, kamu baik-baik saja kan?"
Zaskia tersenyum membacanya, segera ia mengetik balasan,
"Maaf bang, baru buka hape. Kia udah nyampe alamat yang Kia cari kok. Tenang aja bang, jangan khawatir😊." balasnya
Kia tanpa mau menceritakan yang terjadi.
Entahlah, Kia hanya tidak mau dianggap akan memanfaatkan orang hanya karna dia pernah menolongnya.
Selanjutnya pesan dari Bimo,
" Kia... kamu baik-baik saja kan, kok aku ngrasa kaya ada yang aneh ya. Mudah-mudahan hanya perasaanku saja."
Kia :
"Aku baik - baik saja mas... Jangan khawatir." pesan dikirim, lalu dia menghela napas kasar.
P
"Aku baru mengenal mereka tapi rasanya sudah kayak kenal lama."batin Kia sambil tersenyum, seolah menjadi moodbosternya.
" Semoga kita masih diberikan kesempatan untuk bertemu lagi Bang... " doanya dalam hati.
Setelah itu dia membuka grup wa kelasnya, mungkin ada yang penting.
Room chat grup kelas hari ini
Denis : Besok masuk gaes, ada pengumuman dari sekolahan
Raka : Ayoklah, lama ga kumpul. Mumpung masih bisa
ketemuan
Wirda : @Denis Siap komandan
Lisa : Kita bikin sesuatu yuk gaes... Buat kenang-kenangan
Rendra : Dari sekolah kita kumpul-kumpul ke rumah gue, tar
bikin banyak video, nyanyi-nyanyi, gitaran atau
apalah. Jangan lupa @Raka bawa camera
Raka : Gue sih yes...
Ah... Skip... Chatnya terlalu banyak untuk dibaca sampai selesai, Kia hanya mengetik
Zaskia : Maaf pak komandan @Denis besok aku izin ya.
Lagi ga di rumah.
Minta tolong kalau ada pengumuman apa besok dikabari
ya😁
Denis : @Zaskia kok ga masuk sih beb, kangen lho padahal.
Sejenak Zaskia tersenyum, baginya meskipun tengil tapi Denislah teman kelas laki-laki yang paling dekat dengannya, selalu berada di garda terdepan membelanya saat ada yang membuly. Denis adalah ketua kelas di kelasnya. Mereka sudah biasa mendengar Denis memanggil Zaskia Beb, meski tidak ada hubungan apa-apa, karna dulunya itu hanya panggilan iseng saja tapi ternyata keterusan.
Zaskia : Aku lagi ga di rumah lagi di luar kota.
Maaf ya temen-temen semua,
ga bisa ikut kumpul deh😭
Rizka : @Zaskia Curiga nih gue, jangan-jangan kamu udah
nikah terus ga ngundang kita, teganya....
Zaskia : Sembarangan, tenang besok kalau jadi nikah aku undang semua, jangan lupa amplopnya yang tebel tapi.
Zaskia segera menutup room chat grup kelasnya.
Tak lama ada notif pesan masuk.
"Kia..." ternyata dari Denis. "Beb..." tulisnya lagi
"Nggeh Ndan, ada apa?" balas Kia
"Kamu bener di luar kota?" tanya Denis, "Maksudku nyusul tunanganmu Andre Andre itu? " lanjutnya.
Kenapa dia bisa menebak? Apa aku jujur saja, dia juga yang sudah akrab sama ibu. Apa sebaiknya aku kasih tau saja ya, karna aku juga ga bisa langsung pulang juga. Biar ibu ga kepikiran.
Merasa lama pesannya tidak dibalas Denis melakukan panggilan video.
Dengan hati berdebar Kia menerima panggilan video itu
"Halo Assalamu alaikum." sapa Kia mencoba tersenyum meski rasanya bibirnya sulit ditarik.
"Wa 'alaikum salam, kamu baik-baik saja kan beb?" tanya Denis mencoba menebak bahwa terjadi sesuatu pada Kia, karna merah dan bengkak dimatanya yang masih tersisa. Terlihat jelas bahwa dia baru saja menangis.
"Aku ga papa Den... Tapi apa aku oleh minta tolong" Kia masih menyembunyikan kesedihannya.
"Jangan bohong Zaskia... Ck... Kelihatan banget, kamu habis nangis kan. Siapa yang udah bikin ku nangis? Dia ga nyakitin kamu kan?" tanya Denis dengan suara meninggi.
"A... Aku... Ga tau harus cerita dari mana, yang pasti aku dan Mas Andre bakalan batal menikah. Dan aku minta tolong kamu ke rumah ibu, aku mau memastikan kalau ibu belum mendengar kabar ini dari siapa pun, aku takut ibu kepikiran karna aku masih di sini." Kia meneteskan air matanya yang sejak tadi dia tahan.
" Kenapa? Kamu diapain sama dia sampai membatalkan pernikahan? Dia selingkuh? " tebak Denis.
Zaskia semakin terisak lirih, tidak mungkin kan dia meraung-raung di tempat umum?
" Jadi benar? Brengsek! minta di cekik dia...!" Denis jadi geram sendiri
"Dia menikah tadi pagi dengan Vera sepupu aku. Pas aku nyampe sana pas selesai ijab qobulnya." jelas Kia lirih.
Denis nampak frustasi, ingin menenangkan dan menguatkan tapi apalah daya, dengan jarak mereka saat ini, itu tidak mungkin.
"Terus kapan kamu akan pulang. Ini sudah mau sore, naik bus mungkin masih ada."
"Duit aku ga cukup, nanti aku cari kerjaan sementara dulu. Kalo udah dapet duit aku pulang. Sekarang bisa kan kamu cari ibi dulu, pliss!" ucap Kia penuh harap.
"Ya ampun Kia... Aku transfer deh, ada rekening kan?" Kia nampak menggeleng. Denis meraup mukanya kasar
"Kamu tuh bikin khawatir tau ga sih kalau gini. Nanti Bunda kamu juga bakal khawatir. Kamu nekad banget sih."
Denis geram dengan sikap nekad dan sembrono Kia, namun dia tetap pergi juga ke rumah Kia setelah memutuskan sambungan telpon.
Setelah panggilan berakhir, Kia menarik napas dalam mencoba menghimpun kekuatan...
" Ayo Kia kamu bisa, harus bisa, pasti bisa... Lupakan kesedihanmu... Jangan biarkan orang-orang itu terus merendahkanmu dan menekanmu, kamu harus bangkit, lupakan Andre, tunjukkan pada Vera kalau kamu lebih baik darinya, sekarang lanjutkan langkahmu mau kamu bawa kemana." gumam Zaskia menyemangati diri.
Sambil menunggu telpon dari Denis, Kia berjalan keluar komplek menuju gerbang yang sudah terlihat dari masjid tempatnya sholat tadi.
Langkahnya terasa berat, meskipun sedari awal dia telah membentengi dirinya agar tak menjatuhkan hatinya terlalu dalam, nyatanya apa yang dialaminya hari Ini mampu membuatnya terluka. Meskipun begitu, dia yakin akan bisa dengan cepat melewati ini.
Tak terasa, waktu sudah hampir sore. Saat ini dia berada di depan minimarket, tempat pertama kali sia turun dari bus.
Dia dukuk di bangku depan minimarket itu. Tanpa sengaja dia mendengarkan obrolan dua orang wanita yang duduk di bangku lain.
"Rin, kamu ada temen ga? Tempat aku kerja butuh tenaga serabutan." kata orang itu.
Mendengar mereka membahas pekerjaan, Kia menajamkan pendengarannya.
"Kalau di kampung banyak Ta, tapi kalau disini ya ga ada. Kan tau sendiri, semua tetangga kost aku rata - rata karyawan pabrik dan supermarket. Butuh segera emang?"
"Iya, yang biasanya kerja mau melahirkan, kabarnya sekarang sudah masuk rumah sakit."terangnya.
Kia memberanikan diri mendekati mereka sambil merapalkan mantra-mantra untuk terus menyemangati diri.
" Maaf mb, tadi saya dengar di tempat mbak kerja lagi butuh tenaga ya? " tanya Kia pelan.
" Iya mb, mbaknya mau kerja? Oh ya kenalin, aku Rita." ucapnya sambil mengulurkan tangan.
Kia dengan tersenyum antusias menerima salam pertemanan itu. "Saya Zaskia mb, panggil Kia aja. Aku mau kerja mb, aku bener-bener lagi butuh." ucap Kia penuh semangat. "Tapi aku baru aja ujian, belum punya ijazah SMA." lanjutnya terdengar sendu.
"Ga masalah, yang penting kamu bener-bener niat kerja. Kamu mau emang kerja serabutan? Aku kerja di kafe, nanti kamu Nyuci piring gelas, kadang bantuin koki, beresin meja makan, kalau depan lagi ramai kadang bantuin di depan juga. Kalau kamu sanggup, dan minat llangsung saja ke tempat kerjaku. Namanya REMBULAN CAFE, bisa cari di google map tempatnya di sebrang jalan 3R GROUP." terang Rita panjang.
" Emmm itu... sebenarnya aku baru saja dateng dari desa kemarin, aku ga tau daerah sini. Dan juga... " ucap Kia terputus." I... Itu... Sebenarnya aku belum tau malam ini mau tidur dimana."Kia masih bingung bagaimana caranya bicara kepada mereka.
Mereka hanya saling tatap." Maksudnya gimana sih? Kamu nekad pergi ke kota mengadu nasib? Terus semalam kamu tidur di mana." kali ini Rini yang bertanya.
" Semalam nginep di rumah sakit. Semalam aku nganterin orang yang habis drampok terus aku diminta menemani karna belum ada keluarga yang bisa dihubungi. Aku sebenernya datang ke sini mencari tunangan aku." ucapnya sejenak terjeda.
Ah, rasanya malas sebenarnya menjelaskan, sesak dadanya jika harus mengingat Kembali tapi jika tidak mereka pasti malah akan mencurigai aku.
" Tapi... Tadi pagi ternyata aku dapet surprise, aku ditinggal nikah sama sepupu aku. Dan... Sebenarnya aku ingin pulang saja, tapi duitku ga cukup. Aku pikir, aku harus kerja dulu, baru nanti aku pikirin pulang kampung." Kia menghela napas setelah menceritakan tentang dirinya.
"Terus kalaupun aku jadi kerja sebenarnya aku juga bingung masalah tempat tinggal mbak." tambah Kia lagi.
Melihat raut muka Kia yang sendu dengan mata yang masih bengkak sisa menangis, mereka yakin Kia tidak berbohong. Mereka merasa iba dengan nasib Kia," Gimana kalu kamu tinggal di rumahku dulu. Tapi ya seadanya, aku cuma dari keluarga sederhana."ucap Rita.
" Bener mbak, aku boleh numpang tinggal? Ya Allah... Alhamdulillah... Makasih banget lho mb, udah bantu aku." kata Kia meraih kedua tangan Rita.
" Santai aja. Udah mau ashar, pulang sekarang yuk!" Rita meraih tangan Kia lalu menggandengnya." Rin... duluan ya. "
Rini hanya mengacungkan jempolnya. Mereka sebenarnya dulu teman satu pabrik, tapi saat mendapatkan tawaran kerja di kafe yang lagi populer di sana, dia memilih resighn dari pabrik.
Kita memang tak pernah tau kemana takdir akan membawa kita, terus berikhtiar dan berdoa adalah jalan yang harus kita tempuh, jika pun gagal setidaknya kita pernah mencoba.
TBC...
Berikan dukunganmu ya ❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Neng Alifa
sayapun dl merantau Kaya KIA, gak punya duit sampe jalan kaki sejauh 10 km. cm ada 2 ribu dl bs beli teh botol 🤣. jadi sales door to door, jadi cleaning service,sampai akhirnya bs kuliah, dpt kerjaan bagus Alhamdulillah
2022-06-13
2
Sisilia Betekeneng
terima kasih Ibu Rita, sdh memberi tumpangan pada Kia
2022-03-14
1
Pipih Sopiah
Thor pertemukan lagi kita sama Revan kasian kia
2022-03-14
1