Patricia Jessica Donovan POV
Aku terbangun karena merasa sangat haus.
Mataku mengerjap beberapa kali. Aku melihat di sebelahku, suamiku tertidur.
Dia memeluk tubuhku dengan posesif, kakinya melilit kakiku.
Aku mencoba melepaskan tangannya dari pinggangku, "Mau kemana, wifey?" Suaranya serak. Dia malah terbangun.
"Aku haus, hubby. Aku mau ambil air. Kamu tidur saja, aku tidak apa-apa" kataku menjelaskan. Tak enak merepotkannya. Semenjak tidur bersama, suamiku melayaniku dalam makan, minum, mandi dan berganti pakaian bahkan menggendongku ke sofa dan ke ranjang.
"Biar aku ambilkan, wifey. Kamu pasti masih kesakitan" Abraham terduduk di tempat tidur beberapa saat lalu bangkit dari ranjang.
Abraham memberikan aku air mineral dan aku meminumnya sampai habis. "Terimakasih sayang" kataku sambil tersenyum.
"Sama-sama sayang" katanya.
Suamiku mengecup bibirku lalu dia membaringkan diriku di ranjang dan dia memeluk tubuhku.
Aku mencium aroma maskulin dari tubuhnya. Aku pernah mencium aroma ini saat dia memelukku di perpustakaan kampusku.
"Hubby, kenapa kamu memilihku sebagai istrimu?" Astaga, mulutku kumat lagi. Aku melihat wajah Abraham dan dia tersenyum
"Aku tak tahu. Yang aku tahu dengan pasti, sejak awal aku melihatmu, aku sudah jatuh cinta padamu. Aku terus memikirkanmu walau kamu tak memikirkan aku. Aku sudah menetapkan hatiku hanya untukmu dan ingin menikah denganmu." aku bisa merasakan dia tulus mengatakannya padaku.
"Bolehkah aku belajar Magick darimu, hubby?" Tanyaku lancar, tanpa dikomando atau dipikirkan lagi
"Boleh, aku akan mengajarimu. Tanyakan apa yang mengganjal, bila aku tahu jawabannya, aku akan menjawabnya" manik hijau safir itu terlihat hidup dan ceria.
"Wifey, besok orang tuaku akan datang ke rumah ini. Kamu bisa mengobrol dengan orang tuaku tentang siapa aku dan bagaimana keluarga kami "
Aku jadi gugup mendengar mertuaku akan datang besok, suamiku membelai kepalaku dan mencium puncak kepalaku sehingga aroma maskulin dari tubuhnya tercium kuat.
"Hubby, kamu pakai parfum?" Tanyaku
Suamiku menggeleng, "Tidak sayang, kenapa?" Aku menatap manik safir hijaunya
"Aku mencium wangi maskulin dari tubuhmu, hubby" jawabku.
"Oya? Aku sendiri tidak mencium aroma maskulin yang kamu bilang. Aku hanya mencium wangi darimu saja, sayang" aku melihat wajahnya terkejut.
"Opa Nicolaas bilang, ketika kita sudah menemukan mate atau pasangan yang tepat, selain kamu tak tahu apa alasan memilihnya, kamu akan mencium wangi tubuhnya yang membuatmu tak bisa melepaskannya." Jelas Abraham.
"Betulkah?" Aku menatap manik safir hijaunya dengan mendalam
Abraham mengangguk, "Ya, karena aroma tubuh itulah yang membuat kita selalu ingat dan seperti pertanda bahwa orang tersebut adalah orang yang sudah ditakdirkan untuk bersama walau awalnya seperti tidak mungkin atau mustahil"
Aku tersenyum. Aku memeluk Abraham lebih erat, ku sembunyikan wajahku di dada bidangnya. Aneh, mengapa aku jadi nyaman dengannya, tanyaku dalam hati.
"Ayo kita tidur, wifey. Sudah jam 01:00 pagi. Selamat tidur, Sayang. " aku merasakan Abraham mencium puncak kepalaku lagi.
"Selamat tidur, hubby. " sahutku. Kami berdua tertidur pulas dengan posisi saling memeluk.
Aku terbangun dan melirik jam di nakas. Sudah jam 06:30 pagi.
Aku susah bergerak. Suamiku masih memelukku dengan posesif.
Kalau aku bergerak pasti dia bangun, pikirku.
Aku mencoba pelan-pelan memindahkan tangannya, "Selamat pagi dan kamu mau kemana, wifey?" Suaranya serak dan berat.
Kan, apa kataku. Dia pasti bangun. Gerakan kecil dariku membuat dia terbangun.
"Aku hendak mandi sayang, orang tuamu akan datang. Aku harus bersiap" Abraham malah memelukku kembali dengan ketat
"Mereka akan datang jam 10:00 pagi. Tidurlah sebentar lagi, sayang" aku mau tak mau menurut.
Suamiku mencium bibirku, awalnya pelan lalu lama-lama berubah intens, ciumannya terus turun ke leher dan dadaku
Wah, gawat dia akan melakukan hubungan intim lagi, pikirku. Dan benar, tak lama kemudian aku melihat tubuh polos suamiku, dia di atasku lagi.
Aku gemetar, "Bawahku masih terasa nyeri sayang" suamiku malah tersenyum dan menciumku dalam dan panas
Tak lama aku merasakan juniornya masuk lagi ke dalam kewanitaanku. Bibirku yang masih dicium suami tak bisa menjerit karena dicium dengan panas.
Aku dan suamiku mengalami pelepasan berkali-kali dan baru berhenti jam 10:30 pagi.
"Terimakasih sayang" ucap suamiku lembut. Aku digendong suamiku dan dia membantuku mandi dan berpakaian.
Suamiku menggendongku keluar kamar dan ternyata ada lift di rumah ini.
Kami ke meja makan dan makanan sudah dihidangkan.
Aku tak melihat mertuaku di rumah.
"Mama dan papa dimana?" Tanyaku pada suamiku.
"Mereka biasanya akan menunggu di ruang keluarga" jawab suamiku
"Ayo kita makan, sayang" ajak suamiku.
Selesai makan dan minum, aku mencoba berdiri namun aku merasa perih di area kewanitaanku sehingga nyaris terjatuh.
Suamiku menangkap tubuhku, "Jangan pergi sendiri" katanya dan menggendongku menuju ruang keluarga.
Ketika sampai di ruang keluarga, suamiku membuka pintunya dan terlihat kedua orang tua suamiku, tepatnya mertuaku , mereka sudah menunggu kami.
"Selamat pagi, papa dan mama, maaf kami terlambat. " sapa suamiku. Aku diturunkan secara perlahan sehingga posisiku berdiri, suamiku menggenggam jemariku. Wajahku memerah.
"Selamat pagi papa dan mama mertua, maaf kami terlambat menemui papa dan mama mertua. " sapaku sambil meminta maaf
"Selamat pagi. Tidak apa, kami mengerti bahwa pengantin baru sedang semangat-semangatnya. " Balas mereka hangat sambil menggoda kami.
Aku agak khawatir mereka tidak menyukaiku. Wajar kan aku takut? Aku tak pernah mengenal Abraham dan keluarganya secara pribadi.
"Halo menantuku sayang, aku ibunya Abraham, namaku Griselda. Panggil saja aku mama" ucapnya ramah dan memeluk aku.
Aku agak terkejut dan balas memeluknya. Aku tak menyangka akan dipeluk oleh mama mertua.
"Iya, mama" aku berusaha setenang mungkin walau aku gugup.
Mama mertua melepaskan pelukanku dan tersenyum lebar.
"Halo menantu, kita bertemu lagi. " Sapa papa mertuaku, Thomas yang ramah.
"Halo papa mertua" ucapku sambil tersenyum dan menjabat tangannya.
"Mama dan papa apa kabar?" Tanyaku perhatian. Mereka ramah dan hangat, membuatku menjadi tidak canggung.
"Kami baik, kamu sendiri bagaimana? Abraham sayang padamu?" Tanya mama Abraham frontal dan tersenyum menggodaku
Wajahku memerah, genggaman suamiku mengerat, "Mama, jangan begitu, menantu kita menjadi malu" kata papa mertua sambil tertawa.
"Apa kamu masih ragu dengan anakku, Patricia?" Tanya papa mertuaku
"Em.. saya bingung mau jawab yang mana" kataku lirih karena pipiku masih terasa panas.
Mertuaku tertawa, tapi bukan mengejek, "Bagaimana kesanmu bersama Abraham sejauh ini?" Tanya mama mertuaku lembut
Aku mengangkat wajahku, menatap wajah mertuaku lalu wajah suamiku.
"Abraham lembut dan dia membantuku banyak." jawabku polos, duh mulutku. Semoga mertuaku mengerti maksudku.
"Membantumu banyak ?" Tanya mama mertuaku kembali
"Iya ma, em.. membantuku dalam segala sesuatu" kataku, rasanya aku malu sekali.
Mertuaku tampaknya paham, "Kamu masih ragu dengan Abraham, nak?" Tanya papa mertua lembut.
Aku terdiam. Tak tahu harus bicara apa. Memang aku masih belum mengenal semuanya tentang suamiku dan keluarga ini.
Aku bahkan sudah lupa mau kabur dari rumah ini karena sikap baik dan lembut dari Abraham.
"Saya masih belum mengenal Abraham, papa mertua. Abraham bilang saya boleh bertanya kepada papa dan mama untuk menanyakan lebih lanjut tentang Abraham dan keluarganya" jawabku sopan
Mertuaku tersenyum, tidak merasa tersinggung sama sekali.
"Abraham dari dulu pendiam dan keras kepala, menantu. Dia juga pekerja keras. Apabila dia sudah menetapkan target, akan dikejarnya sampai dapat." Jelas mama mertuaku
"Abraham tidak memiliki pacar dari dulu sampai sekarang. Dia hanya menginginkanmu sebagai istrinya dan sudah meminta bantuan paman Anthony untuk melamar dirimu untuk Abraham tapi paman Anthony menolak karena kami adalah dark witch dan keluaga yang dibuang. " Terdengar helaan napas panjang dari papa Thomas.
"Walau kami keluarga yang dibuang, kami tetap bersikap baik dengan keluarga Verhoeven. Marga bisa dibuang namun darah lebih kental dari air. Hubungan keluarga tetaplah menjadi keluarga, suka atau tidak suka" lanjut papa Thomas.
"Apakah Abraham benar-benar tidak punya pacar, papa dan mama mertua?" Tanyaku lancar, mulutku semakin lama semakin lancar saja bicara spontan.
"Tidak ada, karena papa mengajarkan Abraham untuk berpikir serius ke satu wanita dan ke jenjang pernikahan.
Mungkin kau terkejut karena ini tak lazim untuk pria Eropa, apalagi kami tinggal di Belanda sehingga **** bebas sudah biasa. Papa menurunkan tradisi keluarga bahwa menjadi pria yang bertanggung jawab adalah pria yang hanya memantapkan hatinya untuk satu wanita dan langsung menikahinya daripada berpacaran. Seluruh keluarga Morritz melakukannya, termasuk kami" aku sangat kagum dengan penjelasan papa mertuaku.
🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤
Mohon tinggalkan jejak dengan like, komen dan vote yaaa. Terimakasih ♥️♥️♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
IG Cherry.apink
Hadeeh aku kan lagi puasa pris baca yg ginian 😂😂
2020-05-03
2
Marsha Lee
luar biasa 😍😍😍😍
2020-04-27
4