Chapter 10 : Bahaya Mengintai

Patricia Jessica Donovan POV

Selesai makan siang, Sebastian membayar billnya dan kami melangkah keluar restoran sambil bergandengan tangan.

Aku melihat-lihat store di sekeliling ku. Rasanya menyenangkan bisa jalan-jalan berdua dengan Sebastian.

"Sayang, aku mau makan martabak telor itu" aku menunjuk salah satu gerai martabak kepada Sebastian.

"Ayo kita beli, sayang" sahut Sebastian. Kami berdua pun ikut mengantre untuk membeli martabak telur itu.

Aku memilih martabak dengan 2 telur dan memakai toping keju mozzarella. Lalu Sebastian membayar billnya.

Aku memang terbiasa dengan masakan Indonesia tapi aku tetap suka keju.

Setelah pesanan kami sampai, aku pun makan ditemani Sebastian.

"Enak?" Tanya Sebastian. Manik birunya memandang ku dan dia tersenyum melihatku lahap makan

"Enak sayang. Aku sudah lama ingin makan ini" ucapku penuh semangat.

Sebastian tersenyum. Aku baru sadar bahwa Sebastian sangat tampan, gumamku dalam hati. Seandainya aku bisa mengatakan hal ini kepada kak Sophia, bisa dipastikan kak Sophia akan mengamuk padaku karena kak Sophia sendiri sudah bilang kalau adiknya tampan dan limited edition .

Tanpa sadar aku tersenyum. Sebastian masih terus menatapku.

"Aku suka melihatmu tersenyum, sayang " ucapnya sambil menggenggam tangan kiriku.

"Terimakasih sayang, maaf hari ini aku banyak merepotkanmu" kataku pelan sambil mengaduk jus Strawberry ku.

Sebenarnya aku merasa tidak enak dengan Sebastian. Aku baru saja makan siang dengannya dan nambah pula. Sekarang, belum ada 15 menit jalan-jalan di mall, aku malah makan lagi martabak telur. Nafsu makanku naik hari ini, tidak seperti biasanya.

Sebastian menggeleng, "Sama sekali tidak merepotkan. Aku bahagia bersamamu. Aku senang melihatmu makan banyak, menemanimu membeli buku dan mendengarkan ceritamu. Jangan sungkan padaku, sayang. Aku bukan orang lain karena kita saling mengenal sejak kecil"

Aku tersipu. Benar, Sebastian bukan orang lain. Sebastian sahabatku sejak kecil. Dia tahu bagaimana sifat dan kebiasaan ku. Aku juga mengenal sifat dan kebiasaannya.

Selesai makan, kami keluar dari foodcourt. Kami jalan-jalan santai di dalam mall. Aku senang window shopping alias melihat-lihat di mall ini.

Bukan rahasia umum bila seorang pria malas menemani teman perempuan atau pacarnya atau istrinya sekedar window shopping ataupun saat shopping di mall, selain lama, mereka pasti merasa bosan dan ingin segera menyudahinya.

Aku sering mendengar dari obrolan teman-teman perempuanku di kampus, mereka bercerita tentang bagaimana kesalnya mereka bila sedang di mall, pasti pacar mereka ribut dan meminta mereka untuk segera mengakhiri shoppingnya.

Aku bersyukur Sebastian tidak seperti itu dan dari dulu dia tidak rewel dalam menemaniku berbelanja atau jalan-jalan.

Sebastian selalu sabar dengan semua tingkahku, walau aku kurang tahu apa isi hatinya karena dia pendiam.

Tiba-tiba aku merasakan hawa dingin datang kembali, aku merasa diintai oleh seseorang namun aku masih berpikir bahwa aku baik-baik saja dan pasti aman karena kami di mall bukan di tempat yang sepi.

"Sayang, masih mau mencari buku?" Sebastian bertanya padaku. Sebelum sempat menjawab, aku mendengar suara musik yang keras dari lantai bawah.

Ada sebuah panggung dan ramai kerumunan orang. Rupanya ada acara atau ada semacam acara musik alias konser kecil yang diselenggarakan sehingga ramai orang di sana.

Sebastian menatapku, menunggu jawabanku.

"Sayang? Kita masih mau mencari buku?" Sebastian mengulangi pertanyaannya kepadaku.

Aku langsung tersadar dari lamunanku dan menggeleng seketika.

"Tidak, sayang. Aku mau melihat acara konser di bawah sana, sayang" aku menunjuk ke bawah.

Sebastian melihat ke bawah. Dapat terlihat jelas kerumunan orang ramai namun aku tak bisa dengan jelas siapa band atau penyanyi di bawah karena banyaknya orang dan kami sekarang ada di lantai 5.

"Kamu mau nonton acara musik di bawah? Di sana ramai." Sebastian sepertinya kurang suka.

"Iya sayang, aku mau menonton acara musik itu. Aku sudah lama tidak menonton konser karena fokus kuliah agar cepat lulus"

Sebastian terdiam sesaat lalu dia tersenyum, "Baiklah, kita ke bawah dan menonton acara musik itu. Jangan lepaskan tanganmu dariku ya, sayang" pesan Sebastian padaku. Aku mengangguk.

Aku menatap wajahnya dan tersenyum, "Iya sayang, terimakasih ya. Ayo kita ke bawah. Dari sini suara musiknya tak terlalu jelas"

Aku dan Sebastian turun dengan eskalator. Genggaman tangan Sebastian sangat erat. Buku-buku jariku menghangat seperti hatiku. Kantong plastik belanjaan ku masih dipegang di tangan kanan Sebastian.

Aku melihat tas kecil Sebastian juga dimasukkan ke dalam kantong plastik belanjaan ku.

Ketika kami sudah di lantai 1, aku segera bergabung dengan kerumunan orang untuk menonton acara musik itu.

Walau postur tubuhku lumayan tinggi tapi karena banyaknya kerumunan orang di sini, aku tak bisa maju ke depan.

Akhirnya aku bisa melihat siapa yang bernyanyi di atas panggung, dia adalah salah satu penyanyi wanita di Indonesia, Isyana Sarasvati.

Aku tidak mengetahui semua lagunya tapi aku suka penyanyinya. Aku pernah mendengar salah satu lagunya dan aku menyukai lagunya.

Sebenarnya, aku tidak terlalu mengikuti musik dari musisi jaman sekarang karena di rumah, aku selalu diperdengarkan musik-musik di era 70-an dan 80-an oleh kedua orang tuaku. Aku sendiri masih suka lagu-lagu era 90-an dan 2000-an.

Aku sudah memiliki musisi favorit sendiri dan bila aku sudah menyukai suatu musisi terutama lagu-lagunya, maka aku akan terus mendengarkannya sampai aku bosan.

Tanganku dan tangan Sebastian masih saling menggenggam. Aku sendiri merasa nyaman dan tak berniat melepaskannya. Aku rasa Sebastian juga merasakan hal yang sama denganku.

Aku melirik sesaat ke Sebastian, tanpa ku duga dia pun balas menatapku.

"Ya, sayang?" Tanyanya dengan tatapannya yang dalam.

Deg!

"Ah.. eh.. tidak apa-apa, sayang" aku tergagap. Pipiku memanas.

Aku tidak menyangka akan ketahuan memandang wajahnya. Malunya aku.

Hari ini aku cepat sekali merona dan gugup.

Aku merasakan ada getaran dari kantong plastik. Sebastian segera mengambil tas kecilnya dari sana.

Sebastian mengeluarkan ponselnya yang terus bergetar dan raut wajahnya berubah. Ada panggilan masuk tapi aku tidak tahu siapa.

Aku bisa mendengar Sebastian menghela nafas dan dia melihat wajahku, "Sayang, aku angkat telpon dulu ya. Tetaplah di sini, aku akan kembali sebentar lagi" suaranya terdengar berat dan dia berbisik ke kupingku.

Aku mengangguk. Sebastian pergi agak sedikit menjauh dikarenakan acara musik seperti ini membuat orang lain kesusahan dalam menerima panggilan telepon. Bila kita ingin menerima panggilan di tempat yang bising, sudah pasti kita tidak nyaman dan tidak bisa leluasa berbicara.

Aku masih di tempat yang sama, aku melirik jam tanganku, sudah jam 16:30.

Tak terasa hari sudah sore. Acara musik masih berlangsung, aku mencoba menikmati karena memang aku jarang menonton acara musik secara live di tempatnya.

Lagu-lagunya bagus juga, gumamku dalam hati.

Aku merasa hari ini kurang fit karena aku suka merasakan kepalaku agak pusing. Apakah aku mau datang bulan? Biasanya kalau aku hendak datang bulan, aku akan pusing tepatnya migrain selama seharian dan juga nafsu makanku naik. Aku teringat bahwa hari ini aku makan banyak, bisa jadi aku mau menstruasi, pikirku.

Aku melihat ada yang datang, seperti Sebastian namun aku tak bisa dengan jelas melihat wajahnya karena postur tubuhnya lebih tinggi dariku.

"Sudah selesai menelponnya?" Tanyaku ketika kulihat Sebastian berdiri disampingku. Aneh dia diam saja. Aku hanya melihat dia mengangguk dengan tatapan lurus ke depan.

Aku tak melihat kembali wajah pria itu karena aku pikir Sebastian, dilihat dari tinggi tubuh dan posturnya sama.

Dia mengangguk dan menggandeng tanganku dan berjalan menjauh dari tempat acara musik.

Aku tersentak dengan jemarinya. Kenapa berbeda? Apakah dia Sebastian?

Yang kuingat adalah tangan Sebastian yang hangat. Namun tangan yang ini dingin, dingin seperti es.

Aku tak bisa melihat wajahnya karena pandanganku menjadi agak kabur, apakah dia Sebastian ataukah dia itu Abraham?

Kepalaku mendadak pusing. Aku mencoba tetap sadar, aku sudah mencoba mengerjapkan mataku beberapa kali. Yang ada kepalaku semakin terasa pusing, pusing yang aku rasakan berbeda. Ini bukan migrain, pusing ini membuatku seolah kehabisan energi, menyedot tenagaku semakin banyak.

Di tengah rasa pusing yang hebat ini, aku merasakan bahwa langkahku dituntun oleh pria yang menggandengku ini.

Kami berdua sudah keluar dari gedung mall dan sekarang sudah di area parkir mobil.

Sebelum masuk ke dalam mobil, aku di masukkan terlebih dahulu, setelah itu dia duduk di sebelahku. Mobil lalu melaju meninggalkan mall.

Kepalaku semakin pusing. Kalau saja aku tak pusing dan dalam keadaan biasa tentu aku bisa melawan. Aku melihat sekilas pria ini mirip Sebastian, tapi aku tidak yakin karena Sebastian lembut dan sopan terhadapku sedangkan pria ini hanya diam saja tanpa bicara sepatah katapun.

Rasanya sekelilingku menjadi gelap, sangat gelap, tubuhku semakin lemas dan tak berdaya.

Brugh!

🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤

Mohon tinggalkan jejak dengan like, komen dan vote yaaa. Terimakasih ♥️♥️♥️

Terpopuler

Comments

Jhon Travolta

Jhon Travolta

lemah..mcnya..hmm

2024-04-27

0

Little Peony

Little Peony

Semangat selalu Thor ✨✨

2021-10-09

0

Efi Maifida Salim

Efi Maifida Salim

lanjut...... diculik

2020-08-30

2

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 : Awal Mula
2 Chapter 2 : Firasat Sebastian
3 Chapter 3 : Firasat Buruk Jadi Nyata
4 Chapter 4 : Pengacau Datang
5 Chapter 5 : Tidak Menyerah
6 Chapter 6 : Rahasia Keluarga Besar Sebastian
7 Chapter 7 : Mimpi Aneh Patricia
8 Chapter 8 : Jalan-jalan Berdua
9 Chapter 9 : Hati Bergemuruh
10 Chapter 10 : Bahaya Mengintai
11 Chapter 11 : Kau Milikku
12 Chapter 12 : Pernikahan Paksa
13 Chapter 13 : Mencarimu
14 Chapter 14 : Jangan Sentuh Aku
15 Chapter 15 : Dejavu
16 Bonus Visual Cast Patricia, Sebastian dan Abraham
17 Chapter 16 : Perhatian
18 Chapter 17 : Mertua
19 Chapter 18 : Restu Mertua Untuk Kami
20 Chapter 19 : Penglihatan Patricia
21 Chapter 20 : Usaha Sebastian
22 Chapter 21 : Sister Support
23 Chapter 22 : Permintaan Kecil Patricia
24 Chapter 23 : Persiapan Bulan Madu
25 Chapter 24 : Obat Dari Mama Mertua
26 Chapter 25 : Tiba Di Belanda
27 Chapter 26 : Apakah Aku Jatuh Cinta Padanya?
28 Chapter 27 : Rumah Kaca
29 Pengumuman Novel Baru
30 Chapter 28 : Cerita Abraham
31 Chapter 29 : Makam Opa Nicolaas
32 Chapter 30 : Berkat Mereka Untuk Kami
33 Chapter 31 : Makan Siang Di Morritz Hotel
34 Chapter 32 : Jalan-jalan Dengan Abraham
35 Chapter 33 : Mesra
36 Chapter 34 : Telepon Dari Richard
37 Bonus Cast Pemeran Sophia, Willem dan Richard
38 Chapter 35 : Willem
39 Chapter 36 : Lamaran
40 Chapter 37 : Surprise
41 Chapter 38 : Richard
42 Chapter 39 : Honeymoon Part 2
43 Chapter 40 : Langit Serasa Runtuh
44 Chapter 41 : Swiss
45 Chapter 42 : Rapat Keluarga
46 Chapter 43 : Firasat Patricia
47 Chapter 44 : Petunjuk Melalui Mimpi
48 Chapter 45 : Menyampaikan Pesan Part 1
49 Chapter 46 : Klinik Kandungan
50 Chapter 47 : Penemuan Kalung Pentagram Kuno
51 Chapter 48 : Menyampaikan Pesan Part 2
52 Chapter 49 : Serangan Yang Gagal
53 Chapter 50 : Mimpi Bertemu Opa Erik
54 Chapter 51 : Spend Time Together
55 Chapter 52 : Suara Misterius Di Witching Hour
56 Chapter 53 : Shooting Star
57 Chapter 54 : A Mother's Gut
58 Chapter 55 : Membeli Oleh-Oleh
59 Chapter 56 : Mama
60 Chapter 57 : Berkenalan Dengan Mama Mertua
61 Chapter 58 : Richard's Annual Leave
62 Chapter 59 : Zurich I'm Coming
63 Chapter 60 : Sophia Pulang
64 Chapter 61 : Cinta Terpendam Willem
65 Chapter 62 : Perasaan Aneh Apa Ini?
66 Chapter 63 : Bujukan Rosaline
67 Chapter 64 : Meet The Great Physic Part 1
68 Chapter 65 : Meet The Great Physic Part 2
69 Chapter 66 : Sophia's Phone Call
70 Chapter 67 : Kembali Ke Vancouver
71 Chapter 68 : Masa Kecil Patricia Part 1 -- Rencana Perjodohan Sejak Kecil
72 Chapter 69 : Masa Kecil Patricia Part 2 -- Misa Bersama Di Gereja Paroki Santa Theresia
73 Chapter 70 : Masa Kecil Patricia Part 3 -- Debaran Aneh
74 Chapter 71 : Masa Kecil Patricia Part 4 -- Our Childhood Promise's
75 Chapter 72 : Goddess Hecate; The Dark Lady, Goddess Of Witches, And Moon
76 Chapter 73 : Witchcraft Ritual Part 1 -- Cleansing And Purifying Shower
77 Chapter 74 : Witchcraft Ritual Part 2 -- Releasing The Unseen Seal From Patricia
78 Chapter 75 :Patricia's Recovery
79 Chapter 76 : Berangkat Ke Vancouver
80 Chapter 77 : The Twin Albert and Alfons
81 Chapter 78 : Siapakah Yang Kau Pilih Untuk Mati?
82 Chapter 79 : It's Complicated
83 Chapter 80 : Book Of Shadow
84 Chapter 81 : Morritz's Secret Library
85 PENGUMUMAN HIATUS
86 Pengumuman
87 Chapter 82 : Bad Gut (Firasat Buruk)
88 Chapter 83 : Perasaan Terdalam Sebastian
89 Chapter 84 : Witchcraft Basic Lesson Part 1 "The Eight Sabat"
90 Chapter 85 : Kecemasan Rosaline
91 Chapter 86 : Negosiasi
92 Surat Cinta Dari Saya
93 Chapter 87 : Witchcraft Bassic Lesson Part 2 "The Crystal's"
94 Chapter 88 : An Guth Mistéireach (The Mysterious Voice)
95 Apakah Reader Mau Kalau Cerita Reinkarnasi Dark Witch Jadi Buku Cetak?
Episodes

Updated 95 Episodes

1
Chapter 1 : Awal Mula
2
Chapter 2 : Firasat Sebastian
3
Chapter 3 : Firasat Buruk Jadi Nyata
4
Chapter 4 : Pengacau Datang
5
Chapter 5 : Tidak Menyerah
6
Chapter 6 : Rahasia Keluarga Besar Sebastian
7
Chapter 7 : Mimpi Aneh Patricia
8
Chapter 8 : Jalan-jalan Berdua
9
Chapter 9 : Hati Bergemuruh
10
Chapter 10 : Bahaya Mengintai
11
Chapter 11 : Kau Milikku
12
Chapter 12 : Pernikahan Paksa
13
Chapter 13 : Mencarimu
14
Chapter 14 : Jangan Sentuh Aku
15
Chapter 15 : Dejavu
16
Bonus Visual Cast Patricia, Sebastian dan Abraham
17
Chapter 16 : Perhatian
18
Chapter 17 : Mertua
19
Chapter 18 : Restu Mertua Untuk Kami
20
Chapter 19 : Penglihatan Patricia
21
Chapter 20 : Usaha Sebastian
22
Chapter 21 : Sister Support
23
Chapter 22 : Permintaan Kecil Patricia
24
Chapter 23 : Persiapan Bulan Madu
25
Chapter 24 : Obat Dari Mama Mertua
26
Chapter 25 : Tiba Di Belanda
27
Chapter 26 : Apakah Aku Jatuh Cinta Padanya?
28
Chapter 27 : Rumah Kaca
29
Pengumuman Novel Baru
30
Chapter 28 : Cerita Abraham
31
Chapter 29 : Makam Opa Nicolaas
32
Chapter 30 : Berkat Mereka Untuk Kami
33
Chapter 31 : Makan Siang Di Morritz Hotel
34
Chapter 32 : Jalan-jalan Dengan Abraham
35
Chapter 33 : Mesra
36
Chapter 34 : Telepon Dari Richard
37
Bonus Cast Pemeran Sophia, Willem dan Richard
38
Chapter 35 : Willem
39
Chapter 36 : Lamaran
40
Chapter 37 : Surprise
41
Chapter 38 : Richard
42
Chapter 39 : Honeymoon Part 2
43
Chapter 40 : Langit Serasa Runtuh
44
Chapter 41 : Swiss
45
Chapter 42 : Rapat Keluarga
46
Chapter 43 : Firasat Patricia
47
Chapter 44 : Petunjuk Melalui Mimpi
48
Chapter 45 : Menyampaikan Pesan Part 1
49
Chapter 46 : Klinik Kandungan
50
Chapter 47 : Penemuan Kalung Pentagram Kuno
51
Chapter 48 : Menyampaikan Pesan Part 2
52
Chapter 49 : Serangan Yang Gagal
53
Chapter 50 : Mimpi Bertemu Opa Erik
54
Chapter 51 : Spend Time Together
55
Chapter 52 : Suara Misterius Di Witching Hour
56
Chapter 53 : Shooting Star
57
Chapter 54 : A Mother's Gut
58
Chapter 55 : Membeli Oleh-Oleh
59
Chapter 56 : Mama
60
Chapter 57 : Berkenalan Dengan Mama Mertua
61
Chapter 58 : Richard's Annual Leave
62
Chapter 59 : Zurich I'm Coming
63
Chapter 60 : Sophia Pulang
64
Chapter 61 : Cinta Terpendam Willem
65
Chapter 62 : Perasaan Aneh Apa Ini?
66
Chapter 63 : Bujukan Rosaline
67
Chapter 64 : Meet The Great Physic Part 1
68
Chapter 65 : Meet The Great Physic Part 2
69
Chapter 66 : Sophia's Phone Call
70
Chapter 67 : Kembali Ke Vancouver
71
Chapter 68 : Masa Kecil Patricia Part 1 -- Rencana Perjodohan Sejak Kecil
72
Chapter 69 : Masa Kecil Patricia Part 2 -- Misa Bersama Di Gereja Paroki Santa Theresia
73
Chapter 70 : Masa Kecil Patricia Part 3 -- Debaran Aneh
74
Chapter 71 : Masa Kecil Patricia Part 4 -- Our Childhood Promise's
75
Chapter 72 : Goddess Hecate; The Dark Lady, Goddess Of Witches, And Moon
76
Chapter 73 : Witchcraft Ritual Part 1 -- Cleansing And Purifying Shower
77
Chapter 74 : Witchcraft Ritual Part 2 -- Releasing The Unseen Seal From Patricia
78
Chapter 75 :Patricia's Recovery
79
Chapter 76 : Berangkat Ke Vancouver
80
Chapter 77 : The Twin Albert and Alfons
81
Chapter 78 : Siapakah Yang Kau Pilih Untuk Mati?
82
Chapter 79 : It's Complicated
83
Chapter 80 : Book Of Shadow
84
Chapter 81 : Morritz's Secret Library
85
PENGUMUMAN HIATUS
86
Pengumuman
87
Chapter 82 : Bad Gut (Firasat Buruk)
88
Chapter 83 : Perasaan Terdalam Sebastian
89
Chapter 84 : Witchcraft Basic Lesson Part 1 "The Eight Sabat"
90
Chapter 85 : Kecemasan Rosaline
91
Chapter 86 : Negosiasi
92
Surat Cinta Dari Saya
93
Chapter 87 : Witchcraft Bassic Lesson Part 2 "The Crystal's"
94
Chapter 88 : An Guth Mistéireach (The Mysterious Voice)
95
Apakah Reader Mau Kalau Cerita Reinkarnasi Dark Witch Jadi Buku Cetak?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!