Reinkarnasi Dark Witch
Patricia Jessica Donovan POV
Namaku Patricia Jessica Donovan, panggil saja aku Patrice. Aku sulung dari 3 bersaudara dan usiaku kini 19 Tahun.
Aku tinggal di Jakarta dengan orang tua dan kedua adikku.
Aku berkuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta, dengan konsentrasi Humas (Hubungan Masyarakat).
Walaupun aku dikenal sebagai gadis yang periang, memiliki banyak teman dan prestasi akademik yang baik, aku sering kali tidak menyukai berbaur terlalu lama dengan orang-orang. Rasanya energiku habis bila terlalu lama di keramaian.
Aku selalu merasa diriku berbeda. Ya "berbeda" , aku tak suka keramaian, aku merasa tak nyaman dengan tatapan orang dan aku lebih suka menyendiri, membaca buku dan lebih cepat dewasa dari gadis seusiaku. Old soul.
Sejak kecil tepatnya sejak Sekolah Dasar, aku bisa berkomunikasi dengan makhluk gaib, melihat aura yang ada di suatu benda, sering mengalami Dejavu, bisa mengetahui hal hal yang akan terjadi dan itu sebenarnya blessing in disguise bagiku. Siapa yang akan percaya bila aku mengatakan hal-hal di luar nalar? Apalagi saat itu usiaku masih kecil, pasti tak ada yang percaya.
Aku selalu tertarik dengan ilmu sihir, perasaan ku terasa aneh dan merasa familiar saat aku menonton film tentang Witch sebutlah Film Sabrina The Teenage Witch atau Sabrina yang ada di Netflix, membaca buku tentang penyihir, debaran jantungku seperti dua kali lebih cepat saat menonton Film-film tersebut ataupun saat membaca buku tersebut walau banyak yang mengatakan itu hanya cerita fiksi yang ada di buku ataupun di Film, tapi ayolah, semua juga mengetahui Magick does exist in this world.
Magick di sini adalah ilmu sihir dari para penyihir. Di Indonesia , aku tak pernah tahu apakah ada Witch, namun bagi orang Indonesia Magic ini adalah ilmu gaib. Ilmu gaib yang ada di Indonesia, hampir semua mengetahui bahwa ada 2 kategori: Ilmu putih dan Ilmu Hitam.
Ilmu putih biasanya berasal dari doa-doa dalam Kitab Suci dan digunakan untuk menolong orang lain. Contohnya: Doa untuk mengobati orang kesurupan, terkena santet atau pelet dan lain-lain dan sumber yang digunakan jelas dari Kitab Suci dan memohon pertolongan dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Ilmu hitam biasanya ilmu yang digunakan untuk berbuat jahat. Misalnya: Menyantet orang, pasang susuk, pelet dan lain-lain, sumber ilmunya dari ilmu kiri.
Ilmu yang aku minati adalah ilmu Magick, ilmu yang digunakan oleh para penyihir. Ilmu yang digunakan oleh Shaman (dukun atau paranormal) itu berbeda dengan penyihir walau awalnya sama namun pada perkembangannya berbeda.
Aku pikir minatku akan Magick hanyalah kesukaan belaka karena terpengaruh menonton film atau buku saat aku remaja. Ternyata minat itu adalah apa yang aku pernah lakukan di masa lampau walaupun pada saat itu aku tidak menyadarinya.
"Patrice, Sebastian sudah menjemput," Mama mengingatkanku dari lamunan. Aku menghela nafas.
Sebastian Adrianus Verhoeven, pria blasteran Indonesia - Belanda - Perancis ini lagi-lagi menjemputku.
Sebastian adalah sahabatku sejak kecil, dia juga memiliki kemampuan indigo supranatural seperti aku. Dari semua teman-teman, hanya Sebastian yang tidak takut padaku. Dia selalu menemaniku.
Orang tuaku dan Orang Tua Sebastian adalah sahabat dekat. Tepatnya Mamaku dan Mama Sebastian adalah sahabat karib. Mamaku berasal dari Harleem, Belanda dan bertemu dengan Tante Vonny , Ibu Sebastian, di Amsterdam, saat kuliah di sana. Mereka kuliah di kampus yang sama walau berbeda fakultas.
Oleh karena itu aku dekat dengan Sebastian. Sebastian anak ke 2 dari 3 bersaudara. Kakaknya, Sophie Wilhemina Verhoeven, seorang model dan Adiknya Willem Adrianus Verhoeven masih duduk kelas 2 SMA.
Kami biasanya akan ke kampus bersama-sama. Walau Sebastian orang kaya namun dia tidak sombong, hanya dia tak suka bicara dengan orang yang baru ia kenal sehingga orang-orang akan menyangka dia dingin dan sombong. Sebastian sangat tampan, tinggi tubuhnya 190 cm dan atletis, rambutnya pirang kecoklatan dengan mata biru yang menghipnotis sehingga banyak yang menyangka Sebastian adalah pacarku karena kedekatan kami.
"Oya Bas, kamu ada kuliah jam berapa?" tanyaku ketika melihat dia di ruang tamu.
"Aku ada kuliah jam 1 siang Patrice. Ayo kita berangkat sekarang sebelum macet," ajaknya dan aku mengangguk.
"Ma, Patrice pergi dulu ya ke kampus," pamitku pada Mama. Mama mengangguk padaku.
"Tante, saya pergi dulu dengan Patrice ke kampus," Sebastian pamit dengan Mamaku
"Hati-hati Bas, jangan ngebut," pesan Mamaku dan Sebastian mengangguk.
Aku dan Sebastian masuk ke mobil dan segera ke kampus.
"Aku menemukan buku Book of Shadow di perpustakaan keluargaku, Patrice," ucap Sebastian sambil menyetir mobilnya.
Mataku menyipit ke arahnya. Book of Shadow? Setahuku itu adalah buku catatan semacam Diary khusus penyihir, buku itu tentu dalam keadaan kosong awalnya dan diisi oleh si pemilik apabila dia memiliki pengetahuan tentang mantra-mantra, hari-hari raya penyihir seperti Halloween, pengetahuan tentang berbagai macam Crystal dan kegunaannya, Pentagram, binatang-binatang gaib, Perform ritual Witchcraft termasuk membuat ramuan dari tumbuh-tumbuhan.
"Apakah keluargamu ada yang pernah menjadi salah satu anggota Witch, Sebastian? Setahuku Book of Shadow dimiliki oleh penyihir," tanyaku padanya.
"Sepertinya Patrice. Aku mengambil buku ini juga diam-diam. Kau ingat beberapa hari lalu saat kau datang ke rumahku dan menginap di kamar kak Sophie? Aku menemukan buku ini di secret section , tidak ada nama pemiliknya tapi buku ini sudah berisi catatan-catatan. Mantra-mantra, ramuan dan lainnya. Semuanya dalam bahasa Latin dan ada pula yg menggunakan huruf Herioglif," jelas Sebastian.
Menarik. Keluarga Sebastian dari dulu adalah keluarga dengan nilai Katholik yang taat, sudah pasti Magick alias sihir dilarang keras dipraktekkan. Kalau ada yang ketahuan sudah pasti akan dicoret dari daftar keluarga dan diasingkan. Namun bila buku itu ada di sana, mungkinkah ada salah satu anggota keluarganya yang terlibat? Bisa jadi.
Aku berpikir keras. Selama ini Sebastian selalu membantuku dalam hal-hal gaib termasuk Magick walau dia tak terlalu tertarik dengan Witchcraft, paling tidak Sebastian membantuku karena dia indigo dan kami sudah saling mengenal dari kecil sehingga dia percaya padaku.
"Baiklah, aku ingin melihat buku itu Bas, aku penasaran akan isinya."
"Besok aku akan perlihatkan padamu. Buku itu aku simpan di kamarku."
Aku mengangguk dan Sebastian menyalakan radio.
Jalanan lumayan macet dan untunglah kami berangkat dari jam 09:40 pagi supaya tidak terburu-buru sampai di kampus.
"Kamu sudah makan Patrice?"
"Makan?" Aku tiba-tiba tersadar dengan pertanyaannya.
"Ya, kau sudah sarapan sebelumnya?"
"Belum Bas, aku bangun agak siang karena menyelesaikan Paper-ku," jawabku.
"Paper apa?" tanya Sebastian sepertinya dia heran.
"Paper Pengantar Ilmu Jurnalistik," jawabku tenang sambil tersenyum.
Sebastian mengangguk.
"Kita mampir ke MC'D saja ya," katanya sambil mengarahkan mobilnya ke MC'D yang ada Drive Thru-nya.
"Boleh, mau makan di mobil atau di resto?"
"Di mobil saja, supaya tidak terburu-buru,"
"Oke,"
"Mau pesan apa Patrice?"
"Panas 2, cheese burger 1 dan ice lemon tea 1, less ice cube. Jangan lupa Chili sauce nya yang banyak,"
"Oke,"
"Mba, saya order panas 2 nya 1, cheeseburger 4, dan ice lemon tea 2 ya dan less ice cube. Chili sauce nya yang banyak,"
"Baik, ditunggu,"
Setelah menunggu beberapa saat, kami membayar pesanan dan segera pergi.
"Terimakasih, Bas,"
"Sama-sama, Pat,"
Sebastian menyerahkan bungkusan plastik berisi makanan kepadaku.
"Bas, setelah dari kampus kau ada acara?" tanyaku.
"Tidak ada. Aku hanya ada 3 kelas hari ini dan jam 19:30 malam sudah selesai," jawab Sebastian.
"Oke," kataku.
"Kenapa?"
Mobil hampir sampai di kampus, sekarang memasuki halaman kampus.
"Tidak, ku pikir kamu ada acara."
"Tidak Patrice. Kita pulang bersama ya?" tawar Bas.
"Boleh, aku juga selesai jam 19:00, aku bisa menunggu."
Mobil memasuki area parkir kampus dan kami makan di mobil.
"Bas, kenapa tubuhmu tinggi sekali?" Aku mendadak bertanya random.
Sebastian yang sedang memakan cheeseburgernya menjadi terdiam, dia pun batuk karena tersedak. Aku mengambilkan minum untuknya dan dia langsung minum.
"Hahaha, kenapa kamu bertanya seperti itu Patrice? Kamu seperti baru saja mengenalku," Sebastian tertawa lepas.
"Aku penasaran kenapa kamu bisa tinggi sekali. Aku tak bisa seperti kamu," kataku sambil merengut.
Sebastian melirikku dan tertawa lagi.
"Kamu sendiri tak mau belajar berenang ketika aku ajak Patrice. Aku rajin berenang makanya aku tambah tinggi."
Aku menghela nafas. Aku bukan tak mau berenang. Aku trauma.
Dua kali aku mengalami kejadian tenggelam. Satu di kolam renang ketika usiaku 6 tahun dan ke 2 di pantai ketika usiaku 10 tahun.
Aku masih mengingat dengan jelas saat usiaku 10 tahun, aku merasakan ada tangan tak terlihat yg memegang kaki kananku saat aku berenang di tepi pantai saat berlibur dengan keluargaku.
Aku tak bisa menggerakkan kakiku sehingga tubuhku terseret ombak. Aku gelegapan, air asin memasuki tenggorokan dan membuat perih mataku, aku harus bertahan dan meminta pertolongan. Aku berteriak minta tolong ke mama. Beruntung Tuhan baik, aku diselamatkan sehingga tak jadi terseret arus lebih dalam.
Sejak saat itu, aku semakin takut berenang. Sangat menyakitkan.
"Kenapa bengong Jessica?" tanya Sebastian lembut. Dia menatap wajahku dan memanggil nama tengahku, Jessica. Hanya keluarga dan Sebastian yg memanggilku Jessica.
"Ah, eh, tak apa. Aku ingat dulu tenggelam 2x jadi aku trauma," jawabku lirih.
Sebastian merangkulku untuk menenangkanku.
"Jangan diingat lagi Jessica. Aku di sini," katanya menghiburku.
"Terimakasih Bas," ucapku.
"Ayo dilanjutkan lagi makannya," kataku gugup. Kami pun makan tak bersuara.
Jam sudah menunjukkan 11:30. Aku agak mengantuk. Masih ada sisa 1,5 jam dan aku bisa tidur 1 jam.
"Tidurlah Patrice kalau kamu mengantuk."
"Nanti aku bisa bablas ketiduran lama Bas. Bahaya," kataku sambil menguap.
"Ya sudah pasang alarm di ponselmu," Sebastian mengarahkan dagunya ke ponselku yg ada di dalam tas.
"Oh iya, oke aku atur dulu alarmnya," lalu aku mengatur alarm di ponsel dan aku atur supaya jam 12:35 sudah menyala.
"Sudah, aku tidur sebentar ya Bas. Jangan mengintip dan usil," kataku sambil bergerak ke kursi belakang.
"Sudah tidur, nanti ku bangunkan."
Aku tidur di kursi belakang dan Sebastian di kursi depan.
Jam 12:35 alarm berbunyi, aku pun bangun dan sudah ku lihat Sebastian juga sudah bangun.
Aku merapikan bedakku dan lipstik warna pink yang ada di bibirku. Tak lupa menyisir rambutku sehingga rapi.
Sebastian terus menatapku sampai aku tak sadar bila dia ada di dekatku.
"Sudah selesai?"
"Sudah Bas. Terimakasih, ya," kataku sambil tersenyum manis.
"Paper-mu sudah kau bawa?"
"Sudah, ada di tas satu lagi."
"Jangan lupa pulang bareng ya, aku yang menjemputmu maka aku juga yang akan mengantarmu sampai ke rumah."
"Oke, Bas. Mau bareng ke kelas walau aku tahu kau beda jurusan," kataku nyengir.
Sebastian tersenyum, "Ayo," katanya sambil membawakan tasku.
Sebastian mengambil jurusan Management Business, hal ini dikarenakan agar saat dia lulus, dia bisa langsung membantu di perusahaan ayahnya, Verhoeven Corporation. Perusahaan yang bergerak di bidang properti terbesar di Asia bahkan di Eropa.
Ayah Sebastian, Anthony James Verhoeven , sudah meminta Sebastian untuk kuliah di Inggris di Oxford University atau Amerika Harvard University atau Standford University, tapi Sebastian menolak.
Padahal Sebastian sangat mampu kuliah di sana dan alasan Sebastian menolak adalah "Kalau aku pergi, Patrice harus ikut," tentu semua terkejut, apalagi aku. Aku sendiri ingin kuliah di Swiss namun urung aku lakukan sehingga aku memilih kuliah di Jakarta.
Karena keputusan Sebastian, aku diinterogasi oleh orang tua ku dan orang tua Sebastian apakah kami berdua ada hubungan spesial. Gilanya, keluarga kami malah hendak menjodohkan kami berdua. Sebastian malah senyum senyum saja dan tampak tidak keberatan. Aku yang merasa dirugikan. Apa-apa dijodohkan, seperti orang zaman dulu saja, pikirku.
Karena itu pulalah, Kak Sophie jadi dekat padaku. Kak Sophie tanpa ragu merestui hubunganku dengan Sebastian padahal kami tidak berpacaran. Willem pun selalu menggodaku dan menyebut aku dengan sebutan Kakak Ipar. Aku merasa terperangkap dengan Sebastian hahaha.
Sejak dulu aku selalu mengalami kejadian mistis, yang mana keluargaku tak percaya hal-hal seperti itu. Sebastian kerap menolongku karena dia bisa berkomunikasi dengan mereka yang tak kasat mata.
Itulah mengapa aku sangat dekat dengan Sebastian.
Sebastian tidak menertawakan aku bila aku mengatakan padanya aku melihat makhluk gaib dan berkomunikasi dengan mereka. Bahkan dia menolong aku bila aku hendak diserang oleh makhluk gaib.
Sebastian adalah teman sejak kecil, sahabat baik dan Partner in crime-ku. Menjadi kekasih? Belum terpikirkan. Sejak kecil kami selalu bersama namun hingga sekarang kami masing-masing belum punya pacar.
"Sudah sampai di kelasku Bas, terimakasih, ya," kataku sambil tersenyum.
"Sama-sama," dia pun menyerahkan tas laptopku yang dia bawa.
"Jangan lupa ya pulang bareng," katanya mengingatkan.
"Iya," jawabku sambil mengangguk.
" See you Patrice," kata Sebastian sambil berjalan ke arah kelasnya.
* Sampai jumpa\, Patrice.*
"See you Bas," lalu aku masuk ke kelas.
*Sampai jumpa Bas.*
🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤
Hai semuanya, ini karya pertama saya. Mohon meninggalkan jejak dengan like, komen dan vote ya.. Terimakasih ♥️♥️♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Oh Dewi
Bagus thor jalan ceritanya. Sekalian aku juga mau rekomendasiin novel bagus banget guys judulnya (Siapa) Aku Tanpamu. Wajib pakek tanda kurung.
Sebagus itu guys
2022-07-20
0
azka aldric Pratama
mampir Thor moga bgus semangat 👍👍👍👍👍
2022-01-12
2
Kartini Indonesia
Book Of Shadow adalah buku penyihir Di Film Charmed..yg Dulunya sangat populer di thn 1998 sd 2003
2021-10-25
1