Patricia Jessica Donovan POV
Rasanya kali ini berbeda. Aku merasa bahwa entah kenapa aku menjadi malu dan canggung pada Sebastian.
Sejak kejadian semalam, aku tak henti memikirkan dirinya. Kami telah mengenal sejak kecil dan tumbuh besar bersama, namun aku tak pernah berdebar seperti sekarang ini.
Saat melihat senyuman Sebastian, pipiku terasa panas dan aku yakin wajahku sudah merona, apalagi sikapnya yang semakin lembut padaku.
Aku sudah sibuk menenangkan hatiku yang bergemuruh. Aku sempat melihat banyak gadis yang menatap ke arahnya di sepanjang jalan, namun dia mengacuhkan mereka semua dan hanya fokus padaku.
Apakah benar apa yang dikatakan oleh kakak Sophia bahwa dia sudah menyukaiku sejak dulu?
"Patrice, sebenarnya bagaimana hubungan kalian? Kau dan Sebastian apakah benar-benar berteman?" Kak Sophia menekankan setiap kata-katanya
Aku jadi salah tingkah. Karena kesalahan ucap dari Sebastian, aku kini di interogasi oleh Kak Sophia dan sekarang dia memandangku tanpa berkedip. Dia duduk di depanku dan aku malah menunduk.
"Kau tak lihat Sebastian? Apa yang kurang darinya? Adikku begitu tampan, tubuhnya tinggi, atletis, pintar, dingin, cuek dan dia hanya memperhatikan dirimu. Aku sudah takut kalau dia gay , tapi aku melihat sendiri bahwa dia hanya intens memperhatikan kamu. Ayolah Patrice, adikku itu limited edition " aku hampir tertawa karena ucapan kak Sophia. Wajahnya lucu sekali.
Memang benar Sebastian limited edition , tapi aku masih belum yakin pada perasaanku. Aku merasa aman, nyaman dan terlindungi bila berada dekat Sebastian.
Kak Sophia gemas karena aku diam saja, "Kalian mau menyembunyikan hubungan kalian karena malu? Aku janji tidak akan membocorkannya kepada siapapun" tangan kanannya terangkat ke atas dan tangan kirinya di dada, persis saat mengambil sumpah jabatan.
"Aku tak tahu kak. Sebastian tidak pernah bicara padaku kalau dia naksir seseorang. Aku juga tak mau mencampuri urusannya" sungguh, bisakah pertanyaan ini di skip? Aku sangat tidak nyaman.
"Itu namanya kamu masih ragu dengan perasaan mu. Coba Opa Nicolaas masih hidup, sudah pasti aku akan minta buatkan Ramuan Kejujuran supaya kamu minum!" Matanya melotot kesal.
Aku tertawa dengan ucapan kak Sophie. Ramuan Kejujuran? Bahaya juga bila ada , pikirku.
"Jessica, sayang? Sayang?" Aku merasa diguncang oleh seseorang.
Ah, kenapa aku jadi bengong ya? Aku jadi malu.
"Kamu tidak apa-apa? Kamu mendadak bengong" kulihat raut wajah khawatir Sebastian.
Aku menghela nafas, "Maafkan aku, Bas" tidak seharusnya aku bengong pada saat jalan bersama Sebastian.
"Kamu sakit? Atau mau makan dulu?" Sebastian terlihat cemas.
"Aku rasa, aku mau makan Bas. Mungkin aku lapar" aku berusaha setenang mungkin berbicara karena aku takut dia khawatir padaku.
"Mau makan apa, Jessica?" Aku tak fokus, kepalaku sekarang terasa agak pusing. Apakah aku kurang tidur ya? Rasanya tidak, pikirku.
"Ah.. eh.. apa saja boleh. Aku bisa makan apa saja" mengapa aku jadi tergagap sendiri, duh.
Sebastian menatap diriku, dia merangkupkan kedua tangannya di wajahku
Aku mendongak dan menatap wajahnya
"Aku di sini, sayang. Katakan padaku kamu kenapa? Apakah kamu mau makan atau kamu sakit?" Suaranya lembut dan perhatian.
Tatapan matanya yang hangat dan dalam, perhatiannya yang intens membuatku jadi tak bisa bernafas. Aku rasa pipiku akan merah kembali.
"Aku ingin makan sayang, aku mau makan pasta" jawabku tanpa berfikir. Entah kenapa aku bisa mengatakan sayang kepada Sebastian.
Sebuah senyum terbit di wajah Sebastian.
"Di tempat biasa ya" sahut Sebastian. Aku mengangguk.
Kami masih berpegangan tangan dan menuju restoran favorit kami.
Seketika, aku merasa hawa aneh lagi. Hawa dingin yang aku rasakan seperti kemarin sore di kampus, seolah ada Abraham di sini.
Aku menggelengkan kepalaku, jangan berpikiran buruk, ini di keramaian sudah pasti aman, pikirku.
Kami memasuki restoran favorit kami dan disambut dengan ramah.
"Selamat datang nona Patricia, meja yang biasa?" Tanya salah satu host restoran itu. Mereka mengenal aku dan Sebastian karena kami pasti makan di sana.
"Ya, meja seperti biasa. Apakah sudah ada yang reservasi?" Tanyaku.
Host itu melihat komputer dan mengecek reservasi.
"Tidak ada yang mereservasi table itu nona Patricia, tablenya masih available"
Aku lega karena table itu table favorit kami.
"Baik, kami akan duduk di sana, seperti biasa untuk dua orang." Sebastian yang bicara.
"Mari nona Patricia dan tuan Sebastian" kata host tersebut dan mengantar kami ke table yang dimaksud.
Kami berjalan mengikuti host walaupun sebenarnya sudah hapal.
Setelah kami sampai, kami duduk dan memesan makanan.
Kepalaku rasanya agak pusing. Terasa agak berat. Apakah aku tak enak badan ya? Rasanya tak enak sekali. Tapi aku tidak bersin. Aku juga tidak pilek.
"Kamu tidak apa-apa, sayang ? Kamu sakit? Wajahmu pucat " Suara Sebastian terdengar khawatir. Tangannya menyentuh pipi kananku untuk merasakan suhu tubuhku.
"Tidak. Aku mungkin telat makan jadi agak pusing" rasanya aku pusing karena telat sarapan. Ya, pasti begitu.
Sebastian melepaskan tangannya dari pipi kananku. Wajahnya masih terlihat ragu kalau aku tidak sakit.
"Kamu telat makan? Mau makan appetizernya dulu?" Tawar Sebastian.
Sungguh perhatian sekali Sebastian, bagaimana aku tidak merona karena malu kalau dia terus perhatian dan lembut padaku? Jantungku berdebar dan rasanya seperti bukan diriku. Ayolah jantung, jangan membuatku malu, gumamku dalam hati.
"Boleh , sayang"
Sebastian memanggil pelayan dan meminta agar appetizer segera dikeluarkan.
Tak lama appetizernya datang beserta minumannya.
"Mari makan" ucap Sebastian sambil tersenyum.
"Bon apettite (selamat makan) " kataku dan tersenyum kembali pada Sebastian.
Kami pun makan appetizernya, setelah itu datang main course alias hidangan inti dan kami melanjutkan makan.
"Sudah baikan?" Tanya Sebastian setalah dia selesai makan dan mengamati wajahku.
"Sudah sayang, aku sudah merasa baikan." Aku tersenyum lalu meminum jus strawberry ku.
"Aku pikir kamu sakit, sayang. Aku khawatir. Kalau memang tak kuat, aku antar ke dokter atau ke rumah sakit" terlihat jelas di raut wajahnya bahwa dia khawatir padaku.
"Tidak apa-apa, aku sudah baikan. Tidak perlu ke dokter ataupun ke rumah sakit, I am okay " aku tersenyum menenangkan.
Tatapan mata Sebastian begitu intens seolah mencari kebenaran di mataku.
Aku merasa pipiku memanas dan akan merona.
"Aku mau tambah makan, boleh?" Tanyaku malu-malu. Aku merasa masih lapar.
Tumben sekali aku ingin tambah makanan, rupanya pesananku tadi yaitu meatball spaghetti rasanya masih kurang bagi perutku. Aku jadi malu sendiri.
Sebastian terperangah, ku lihat dia agak takjub, karena aku jarang sekali minta tambah makanan kalau kami sedang makan bersama.
"Boleh, pesanlah. Aku senang kamu makan banyak. Aku ingin kamu sehat, Sayang" Sebastian tampak bahagia.
Wajahku memerah. Aku pikir Sebastian tak suka aku makan banyak.
"Apa tidak apa-apa?" Gumamku pelan, masih sungkan rasanya.
Aneh, aku kenal Sebastian dari kecil dan peristiwa semalam membuat aku jadi sungkan. Biasanya aku tak begini.
"Tidak apa-apa, pesanlah. Kamu mau pesan? Kamu mau steak, burger atau Risotto? Pesanlah apapun yang kau mau, sayang. Jangan sungkan padaku" kata Sebastian.
Aku mengangguk malu-malu. Kenapa dengan diriku, apakah aku sudah merasa jatuh cinta pada Sebastian? Sebelum peristiwa semalam, aku tak seperti ini.
Apakah aku gugup karena memikirkan bahwa sebentar lagi, pria yang aku kenal dari kecil akan menjadi tunanganku dan calon suamiku? Sepertinya begitu .
Tanpa aku sadari, Sebastian menarik tangan kiriku dan menggenggamnya.
Aku menatap wajahnya dan wajahku memerah kembali.
"Pesanlah, sayang. Kalau kau malu, aku akan ikut pesan juga supaya kau tak makan seorang diri"
Manik biru itu memandangku dalam dan intens, teduh dan menenangkan.
"Ya sayang, aku mau minta buku menu" debaran jantungku tak bisa ku kontrol, aku rasanya ingin menyembunyikan diri karena malu.
🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤
Mohon tinggalkan jejak dengan like, komen dan vote yaaa. Terimakasih ♥️♥️♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Jhon Travolta
itu itu aja alurnya..kebanyakan makan...bosan atuh
2024-04-27
0
MSyafiq Elsidroobi
so bikin baper
2023-07-27
0
🤑🤑🤑🤕🤕😭😭😪😪😂😂
baper sma ceritanya
sampe senyum2 sndri
2021-08-21
1