Patricia Jessica Donovan POV
Akhirnya kelas Psikologi Komunikasi selesai juga, aku lapar lagi. Enaknya makan apa ya? Ayam geprek kali ya... Pikirku.
"Anne, mau ke kantin ga? Aku lapar." Kataku pada Anne teman sebangku-ku.
Annne menoleh "Ide bagus, ayo."
Kami berdua berjalan ke Kantin. Anne berceloteh bahwa dia ingin makan Batagor dan minum Jus Alpukat, aku menimpalinya bahwa aku ingin Ayam Geprek dan Jus Jeruk.
Suasana Kantin kampus terlihat sepi hanya ada 2 mahasiswa dan mereka pun memilih tempat duduk favorit.
Annne menyerahkan uang Rp 50,000 kepada Patricia, "Belinya di tempat biasa kan? Di mang Ujang?" Tanyaku dan Anne mengangguk.
"Oke sebentar aku ke sana." lalu aku pun berjalan ke tempat Mang Ujang.
"Mau beli apa, neng?" Tanya Mang Ujang kepadaku. Aku tersenyum karena Mang Ujang adalah langgananku dan Anne bila makan di kantin kampus.
"Mang Ujang, pesan Jus Alpukat 1 dan Batagornya 1, tolong di antar ke sana ya." Kataku sambil menunjuk tempat duduk yg ada Anne.
"Baik neng." Aku menyerahkan uang Rp 50,000 setelah selesai membayar dan menerima kembalian, aku ke tempat yang menjual Ayam Geprek.
Saat hendak memesan, aku merasa ada hawa dingin menusuk.
Siapa ini? Aku kok merinding, batinku.
Dan benar saja, sesosok pria yang aku hindari selama ini ini muncul di hadapanku.
Mukaku pucat saat melihatnya, dia berdiri di sebelahku, wajahnya tampan, macho, tinggi menjulang dengan mata hijau safir.
Ketemu dia lebih menakutkan daripada ketemu setan, batinku.
"My Queen." Suara bariton dengan nada rendah itu membuat aku memucat. Damn.
Aku berpaling darinya, berpura-pura dia tak di sana.
"Bang, pesan Ayam Geprek 1, pedasnya level 10 dan minumnya Ess Jeruk 1 dan tolong antar ke sana ya." Kataku.
"Iya neng." Aku membayar pesananku. Ketika hendak pergi, tanganku di cekal oleh pria itu.
"Kenapa kau tak ada di Swiss, My Queen? Kenapa kau tidak kuliah di sana?"
Aku diam tak menghiraukan. Pantas dia mencariku, dia pasti tak mengira aku di sini.
"Apa kau tak mau bicara My Queen? Aku sangat merindukanmu." Suaranya lirih namun jelas terdengar olehku. Suara yang menyiratkan kerinduan yang dalam.
Aku berusaha melepaskan cekalannya. Aku tak mau ada kehebohan.
Dia tetap tak bergeming. Aku berusaha menghindari matanya sementara dia menatapku intens.
"Patrice!" Suara penyelamatku tiba. Praise God. Sebastian datang.
"Lepaskan tanganmu, brengsek! Patrice milikku." Sebastian menghempas tangan pria itu dengan marah.
Mereka berdua siap tempur. Gawat, bisa bahaya, pikirku.
"Milikmu? Patricia adalah calon istriku!" Dia menyeringai sambil tersenyum miring menakutkan.
"Dalam mimpimu!" Kataku. Aku melihat tangan Sebastian mengepal, siap memukul, langsung saja aku menggenggam tangan Sebastian dan menariknya agar menjauhi pria itu.
Sebastian duduk di sebelahku dengan tatapan dingin dan masam.
"Patrice, dia sepertinya menyukaimu ya." Gumam Anne ke arah pria gila itu yang masih memandangku.
"Dia gila." Sahutku.
Tak lama pesanan kami datang. Aku dan Anne makan.
"Kamu mau, Bas?" Tawarku padanya.
"Tidak, aku masih kenyang." Tolak Sebastian tak berselera.
Sebastian menatapku, "Aku tak tahu si pengacau akan datang. Aku bunuh dia bila dia berani mengganggumu" suaranya datar dan dingin.
Anne menatap kami berdua. "Patrice sudah jam 15:45, kelas ke dua kita akan dimulai 15 menit lagi."
"Aku antar." Kata Sebastian.
Ketika sampai dikelas, Sebastian menatapku "Bila dia masih mengganggumu lagi, hubungi aku. Dia laki-laki brengsek." Terdengar jelas nada marah di setiap kata-katanya.
"Tentu Bas."
Kelasku yang sekarang adalah Pengantar Ilmu Jurnalistik. Aku mengeluarkan Paper-ku untuk dikumpulkan dan sudah ku duga hari ini ada kuis alias Test.
"Patrice, laki-laki tadi yang di kantin wajahnya mirip dengan Sebastian walau lebih macho yang di kantin. Kalian saling kenal kan?" Tanya Anne ingin tahu, dan kami sudah keluar kelas setelah selesai kuis.
"Dia sepupu Sebastian. Aku sendiri bingung kenapa dia bisa di sini."
Anne memandang bingung ke arahku.
"Memangnya dia tidak tinggal di Jakarta?"
"Dia di Swiss, entah kenapa dia kembali kemari dan dia malah ke sini." Aku menghela napas.
"Dia mantan pacarmu?"
Aku melotot ke Anne, "Tidak! Gila aja!"
Anne tertawa. Anne temanku sejak kelas 2 SMA, kami dekat tapi tidak sedekat hubunganku dengan Sebastian. Tunggu, hubunganku dengan Sebastian? Aku tertawa dalam hati, kami hanya bersahabat karib dan jauh lebih lama karena kami telah bersama sejak kecil.
Jam sudah menunjukkan 17:45 dan suasana kampus mulai lenggang. Kelas ketiga-ku yang seharusnya di mulai jam 17:30 mendadak ditiadakan karena dosen berhalangan hadir.
Aku menghela napas. Aku harus menunggu Sebastian lebih lama.
Aku mengambil ponselku dan mengetik pesan WhatsApp ke Sebastian:
💌 Aku: Bas, kelasku terakhir di cancel karena dosen berhalangan masuk. Aku akan menunggumu di perpustakaan kampus di lantai 2, aku mau ke spot favoritku.
💌 Sebastian: Okay, I Will be there after my class finish.
*Baik, aku akan ke sana setelah kelasku selesai*
💌Aku : Okay, see you Bas.
* Baiklah, sampai jumpa Bas.*
💌 Sebastian : See you soon sayang.
* Sampai jumpa sayang.*
Aku tersenyum dengan tulisan sayang . Hatiku jadi tenang.
"Aku mau ke Perpustakaan, kamu mau ikut?" Aku bertanya pada Anne.
"Aku mungkin akan pulang Patrice. Sudah mau hujan." Kata Anne.
"Baik, hati-hati Anne." Kataku sambil tersenyum.
"Iya Patrice, sampai jumpa besok." Anne membalas senyumanku.
Aku bergegas ke perpus di lantai 2. Perpustakaan kampus bukan Perpustakaan Rektorat.
Aku menyukai suasana hening di sana. Hanya ada aku dan penjaga perpustakaan.
"Halo Pak, saya datang lagi." Sapaku kepada Pak Robert, penjaga perpustakaan.
"Halo Patricia, mana kekasihmu? Sendiri saja?"
Kekasih yang dimaksud adalah Sebastian, aku hanya tertawa, tak sedikit yang berasumsi begitu.
"Sebastian? Dia akan datang, saya mau mencari buku dulu."
"Rajin ya Patricia, kenapa tak cari di Internet? Sumbernya banyak daripada buku-buku tua di sini."
"Saya senang buku tua pak, untuk melengkapi bahan skripsi saya." Aku tersenyum.
"Wah sudah mau skripsi ya?"
"Belum, tapi saya bersiap-siap pak. Lebih baik saya ada persiapan daripada bingung sendiri."
"Oh begitu. Baik, semoga sukses dan jangan lupa isi buku tamu ya."
Aku mengangguk dan setelah mengisi buku tamu dan menitipkan tas, aku segera bergegas ke rak buku, aku ingin mengecek buku Ilmu Komunikasi Terapan dan Psikologi Komunikasi.
Ketika sedang melihat-lihat buku, aku merasakan ada seseorang di belakangku.
Hawa dingin ini menusuk dan aku menjadi keringat dingin. Apakah ini hantu lagi atau siapa? hawa dingin ini berbeda, bagaimana ini? Batinku.
🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤
Mohon tinggalkan jejak dengan like, komen dan vote yaaa. Terimakasih ♥️♥️♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Black Aurora
lanjuuut... keren👏👏... baca novelku juga ya kak... SUPERNATURAL LOUVA 🙏💛🧡
2020-11-19
1
Vinia Vazcal
novelnya keren banget
2020-09-30
2
Efi Maifida Salim
lanjut
2020-08-29
1