Chapter 8 : Jalan-jalan Berdua

Sebastian Adrianus Verhoeven POV

Aku terbangun dari tidurku jam 06:00 pagi, padahal semalam aku tidur jam 02:00 pagi dini hari.

Aku mengucek mataku. Aku masih mengantuk.

Aku kurang tidur sejak semalam dan sekarang bangun terlalu pagi.

Aku teringat janjiku kepada Jessica bahwa hari ini aku akan memperlihatkan Book of Shadow , Jessica pasti menyukainya. Dia selalu tertarik dengan witchcraft, aku akan mengajarinya lebih pada saat kami sudah resmi menikah.

Aku tersenyum bila mengingat senyuman Jessica. Dia sangat cantik bila tersenyum dan hatinya juga baik. Buatku, Jessica adalah paket lengkap untuk menjadi seorang pacar sekaligus istri.

Untungnya, hari ini adalah hari Rabu dan aku libur kuliah. Pada saat input KRS (Kartu Rencana Studi) di kampus, aku selalu berusaha mencocokkan jadwal kuliahku dengan Jessica terutama hari liburnya, supaya kami bisa menghabiskan waktu bersama.

Aku akan tidur sebentar lagi, pikirku.

Rumah sepi karena kakakku, Sophia sedang ada di London lalu ke Madrid untuk fashion show. Kakakku dari dulu berambisi menjadi seorang model dan itu ditunjang dengan tubuhnya yang tinggi yaitu 185 cm dan badannya yang ramping.

Adikku, Willem, tak ada di rumah karena dia kembali ke Belanda. Papa meminta dia sekolah di Belanda dan dia tinggal dengan paman Lucas Verhoeven, cicit dari Opa Delano.

Harus ku akui keluarga Verhoeven adalah keluarga yang kompak. Mereka akan selalu membantu dengan tulus apalagi mereka menghormati Opa Erik yang merupakan anak pertama.

Dari cerita Bibi Grace, keturunan dari Opa Mathias, Opa Erik sangat dekat dengan semua adiknya dan bahkan menyembuhkan sakit parah mereka dengan mantra penyembuh dan ramuan obatnya.

Opa Erik adalah Opa yang hebat. Aku selalu mengunjungi makam Opa Erik yang ada di Belanda biasanya setahun dua kali bila aku sedang mengunjungi Amsterdam, Belanda.

Aku menghela nafas, rasanya rumah ini sangat sepi tanpa kehadiran kakak dan adikku. Aku serasa anak tunggal di rumah ini.

Biasanya Kakak ku Sophia atau Adikku Willem adalah teman bercanda yang asyik namun mereka tak ada di rumah ini.

Aku benci mengakuinya tapi aku merindukan mereka berdua.

Aku menyetel alarm ponselku pada jam 08:00 lalu tanpa aku sadari, aku tertidur kembali.

Alarm ponselku berbunyi tepat jam 08:00 pagi.

Aku terbangun dan menguap lebar.

Sekarang lebih baik, tidak terlalu mengantuk.

Aku bergegas mandi, rasanya segar sekali dan setelah selesai aku pun berpakaian.

Celana jeans dipadu dengan kemeja lengan pendek berwarna biru sudah oke menurutku.

Aku turun ke dapur dan mengambil segelas air dan meminumnya sampai habis.

Terlihat kalau kedua orang tuaku sudah ada di meja makan.

"Pagi mama, pagi papa." Sapaku saat melewati kursi mereka.

Aku bergabung di meja makan dan duduk di depan mamaku.

"Pagi." Sahut mereka berdua.

Orang tuaku sudah rapi.

Aku mengambil piring dan mengambil mashed potato lalu sepotong daging steak medium well di piringku.

Acara makan tidak diisi pembicaraan karena orang tuaku selalu mengajarkan tidak boleh bicara saat makan.

Hanya terdengar dentingan pisau dan garpu yang menggema di meja makan.

Aku sekarang memakan mashed potato ku dengan tenang.

Aneh rasanya tidak ada kakak dan adikku di sini.

Selesai makan, aku menaruh piringku di tempat cuci piring.

Walau kami keluarga berada namun ayah dan ibu mendidik kami agar tidak malas, misalnya kami akan menaruh piring di tempat cuci piring walau ada asisten rumah tangga yang membantu.

"Biar saya saja, den." Kata Bi Inah yang merupakan asisten rumah tangga senior.

"Baik, terimakasih bi." Sahutku sambil tersenyum dan kembali ke meja makan.

Aku melihat mama dan papa sudah selesai makan.

"Sebastian." Panggil mamaku

Mama masih duduk di meja makan

"Ya, mama." Aku duduk di depan mamaku

"Bas, Abraham menginap di hotel Borobudur di Jakarta Pusat. Dia akan di sini selama dua minggu . Sementara itu, kami akan mempersiapkan acara pertunanganmu, lalu di Minggu depannya hari pernikahanmu dengan Patricia. Ajaklah Patricia pergi jalan-jalan bersamamu. Tetaplah berhati-hati, nak. Selalu waspada"

Suara mamaku terdengar cemas karena dia tak mau anak dan calon menantunya mengalami hal yang buruk.

"Baik ma. Hari ini aku akan keluar dengan Patrice. Aku hubungi dia dulu"

Aku meminum air di gelas ku yang ada di meja makan, setelah itu aku naik ke kamarku.

Aku meraih ponselku di nakas dan membuka pesan WhatsApp. Ternyata sudah jam 09:30.

Aku mengetik pesan untuk Jessica:

💌 Aku: Jess, apakah kau ada acara hari ini? Kita ketemuan yuk sekalian aku bawa Book of Shadow yang aku janjikan

💌 Jessica: Tidak ada. Okay, I will be ready in 15 minutes.

💌 Aku: Okay, see you in 15 minutes sayang.

*Baiklah\, sampai jumpa dalam 15 menit\, sayang*

Aku meletakkan ponselku di nakas dan segera mengganti bajuku.

Setelah selesai, ku ambil ponselku, charger, power bank, dompet dan Book of Shadow dan memasukkan semuanya ke dalam tasku.

Sebelum meninggalkan kamar, aku mengecek kembali apakah ada dompet, ponsel, charger dan power bank yang tertinggal. Setelah semua ada dan aman, aku turun ke bawah.

"Ma, pa, Bas pergi dulu." Pamitku pada orang tuaku yang duduk di ruang tamu

"Ya hati-hati, Bas." Kali ini papaku yang menjawab.

Aku menyalakan mobil dan tak lama aku pergi ke rumah Jessica.

Aku mengetuk pintu rumah Jessica dan aku melihat adiknya, Albert membukakan pintu untukku

"Hai Abang ipar, mau ketemu kakak?" Aku tertawa mendengar perkataannya karena orang tuanya pasti telah bercerita tentang semalam.

"Ya, Jessica ada?" Albert mengangguk dan mempersilahkan aku masuk.

"Ada, masuklah Abang ipar , kakak sudah menunggu "

Aku masuk dan duduk di sofa di ruang tamu.

"Kak Jess, ada Abang ipar. " Gelegar suara Albert. Aku geleng-geleng kepala, sepertinya dia senang sekali menyebut aku sebagai Abang ipar.

"Okay, I am coming." Aku bisa mendengar suara Jessica dari dalam.

Saat Jessica ke arahku, aku terpana melihatnya. Dia memakai dress midi berwarna soft pink dengan sapuan make up tipis, rambutnya yang panjang diikat ke atas, membuatnya terlihat semakin cantik.

Mama Jessica, Tante Rosaline, muncul ke depan untuk mengantar anaknya.

"Tante, saya izin membawa Jessica jalan-jalan ya." Aku berdiri , meminta izinnya dan bersikap sopan kepada calon mertuaku.

Tante Rosaline tidak menyukai kata-kata tante yang ku ucapkan.

My bad, harusnya aku menyebut beliau dengan sebutan mama atau mama mertua , sesuai permintaannya semalam.

"Tante? Panggil aku mama, Sebastian. Kau sebentar lagi jadi menantuku.Hati-hati di jalan. Ingat jangan pulang larut malam."

Sudah ku duga beliau tetap bersikeras agar aku memanggilnya mama.

"Baik ma, kami akan pulang sebelum larut malam. Terimakasih. Ayo, Jess." Kataku pada Jessica yang mukanya merona memandangku.

"Ma, Jessica pergi dulu." Aku melihat Jessica mencium pipi kanan-kiri ibunya.

"Hati-hati sayang." Beliau tersenyum.

Kami pun masuk ke dalam mobil dan aku segera melajukan mobilku.

Aku melirik jari manis kiri Jessica, cincinnya masih dipakai dan aku lega.

"Oya Jessica, apakah kamu ingin ke Mall? Atau ke Gramedia? Katakan kemana saja, aku sedang tak ada ide."

Aku sebenarnya gugup, dia selalu cantik dan aku benar-benar cemas tak bisa menutupi kegugupanku

Jessica tertawa. "Aku mau ke Gramedia yang di Grand Indonesia, Bas. Di sana juga banyak food court dan restoran jadi kita bisa makan siang di sana."

"Oke, kita ke sana." Aku mengambil arah ke Jalan Sudirman. Suasana agak sedikit macet karena sebentar lagi jam makan siang.

"Jessica, di tasku ada Book of Shadow yang aku katakan padamu kemarin. Bukalah tasku supaya kau bisa melihatnya." Aku mengingatkan Jessica.

Kecanggungan terasa karena Jessica yang biasanya bawel menjadi pendiam. Apakah dia sakit atau dia marah padaku?

"Nanti saja, aku ingin menikmati waktu denganmu." Mukanya merona. Aku tersenyum. Sebenarnya aku gugup namun jawabannya menenangkanku.

Aku berusaha menghindari area hotel dimana Abaraham tinggal. Aku tak mau hariku menjadi jelek karena dia.

Firasat tak baik sudah datang kembali namun aku lega cincin pemberianku dipakai oleh Jessica.

Kami sudah masuk ke area parkir. Aku memberhentikan mobilku dan memarkirkannya.

Jessica turun dan aku juga menyusul sambil membawa tasku. Aku mengunci mobil dan aku menggenggam tangannya.

Jessica nampak terkejut tapi dia tak melepaskan genggaman ku.

Aku dan Jessica berjalan ke lift dan menekan tombol ke lantai 3. Kami berdua terdiam.

Pintu lift terbuka di lantai 3. Kami berjalan ke arah Gramedia.

Jessica melihat-lihat buku dan aku berdiri di sampingnya. Aku tak melepaskan genggaman tanganku.

Hawa dingin ini, apakah si brengsek ada di sini? Aku melihat ke belakang dan melihat sekeliling. Tidak ada, kalau ada seharusnya aku tahu karena pasti terlihat.

Aku melihat Jessica, dia masih tetap di sampingku dan dia menatapku heran "Ada apa Bas?"

Aku tersenyum, "Tidak, aku pikir kamu menyukai buku itu."

Dia menggeleng, "Aku masih mau mencari buku yang lain. Aku tidak tertarik dengan buku ini."

"Buku apa yang kamu mau cari, sayang?" Firasat ku memperingatkanku agar aku siaga satu.

"Hmm, aku mau cari novel." Jessica tetap fokus dengan buku yang ia incar.

"Oke, ayo kita cari." Kataku sambil terus menggenggam tangan kirinya.

"Kamu tidak bosan?"Dia mendongak dan menatap mataku, matanya yang berwarna coklat muda begitu indah.

"Tidak, kita sudah bersama sejak kecil. Aku tak pernah bosan bersamamu." Aku tersenyum dan aku melihat pipinya merona. Lucu dan menggemaskan.

Setelah sekian lama aku bersama dirinya, dan kami hanya berteman walau sering pergi bersama.

Karena kami akan segera bertunangan, apakah mulai hari ini adalah kencan pertamaku dengan Jessica?

Aku tersenyum menatap Jessica yang masih fokus mencari buku.

Aku melihat dia mengambil buku tentang Tarot, cara membaca kartu tarot dan ada bonus kartunya.

Aku bisa merasakan ketertarikannya dan dia mengambil buku itu.

"Sini, aku bantu pegangkan." Aku mengulurkan tanganku untuk membantunya membawa buku tarot itu.

Jessica memberikan buku itu dan aku membantu membawakannya.

Aku melihat ada tas plastik untuk membawa buku yang akan dibeli, aku mengambil satu dan buku tarot yang sempat ku pegang akhirnya aku masukkan ke dalam tas plastik itu.

Setelah selesai memilih buku, kami akhirnya membayar di kasir.

"Terimakasih, Bas." Ucap Jessica.

Aku sedikit sedih, karena dia masih memanggilku dengan namaku, tapi aku memaklumi keadaannya. Mungkin dia belum yakin dengan hatinya dan masih nyaman dengan memanggilku hanya dengan nama saja.

"Sama-sama, sayang." Aku tersenyum dan membawakan kantong plastik berisi buku-buku belanjaannya.

Kami meninggalkan Gramedia sambil berpegangan tangan.

🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤

Mohon tinggalkan jejak dengan like, komen dan vote yaaa. Terimakasih ♥️♥️♥️

Terpopuler

Comments

Zakaria Adiputra

Zakaria Adiputra

nice

2020-11-18

3

Dex Mox's

Dex Mox's

omg ceritanya uwuw bngett. aku emg silent reader tpi love full buat cerita ini😍

2020-10-19

2

⊰⊹Rose Bread⊰⊹

⊰⊹Rose Bread⊰⊹

I'm a silent reader

satu kata wahhh😱😱

2020-07-09

8

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 : Awal Mula
2 Chapter 2 : Firasat Sebastian
3 Chapter 3 : Firasat Buruk Jadi Nyata
4 Chapter 4 : Pengacau Datang
5 Chapter 5 : Tidak Menyerah
6 Chapter 6 : Rahasia Keluarga Besar Sebastian
7 Chapter 7 : Mimpi Aneh Patricia
8 Chapter 8 : Jalan-jalan Berdua
9 Chapter 9 : Hati Bergemuruh
10 Chapter 10 : Bahaya Mengintai
11 Chapter 11 : Kau Milikku
12 Chapter 12 : Pernikahan Paksa
13 Chapter 13 : Mencarimu
14 Chapter 14 : Jangan Sentuh Aku
15 Chapter 15 : Dejavu
16 Bonus Visual Cast Patricia, Sebastian dan Abraham
17 Chapter 16 : Perhatian
18 Chapter 17 : Mertua
19 Chapter 18 : Restu Mertua Untuk Kami
20 Chapter 19 : Penglihatan Patricia
21 Chapter 20 : Usaha Sebastian
22 Chapter 21 : Sister Support
23 Chapter 22 : Permintaan Kecil Patricia
24 Chapter 23 : Persiapan Bulan Madu
25 Chapter 24 : Obat Dari Mama Mertua
26 Chapter 25 : Tiba Di Belanda
27 Chapter 26 : Apakah Aku Jatuh Cinta Padanya?
28 Chapter 27 : Rumah Kaca
29 Pengumuman Novel Baru
30 Chapter 28 : Cerita Abraham
31 Chapter 29 : Makam Opa Nicolaas
32 Chapter 30 : Berkat Mereka Untuk Kami
33 Chapter 31 : Makan Siang Di Morritz Hotel
34 Chapter 32 : Jalan-jalan Dengan Abraham
35 Chapter 33 : Mesra
36 Chapter 34 : Telepon Dari Richard
37 Bonus Cast Pemeran Sophia, Willem dan Richard
38 Chapter 35 : Willem
39 Chapter 36 : Lamaran
40 Chapter 37 : Surprise
41 Chapter 38 : Richard
42 Chapter 39 : Honeymoon Part 2
43 Chapter 40 : Langit Serasa Runtuh
44 Chapter 41 : Swiss
45 Chapter 42 : Rapat Keluarga
46 Chapter 43 : Firasat Patricia
47 Chapter 44 : Petunjuk Melalui Mimpi
48 Chapter 45 : Menyampaikan Pesan Part 1
49 Chapter 46 : Klinik Kandungan
50 Chapter 47 : Penemuan Kalung Pentagram Kuno
51 Chapter 48 : Menyampaikan Pesan Part 2
52 Chapter 49 : Serangan Yang Gagal
53 Chapter 50 : Mimpi Bertemu Opa Erik
54 Chapter 51 : Spend Time Together
55 Chapter 52 : Suara Misterius Di Witching Hour
56 Chapter 53 : Shooting Star
57 Chapter 54 : A Mother's Gut
58 Chapter 55 : Membeli Oleh-Oleh
59 Chapter 56 : Mama
60 Chapter 57 : Berkenalan Dengan Mama Mertua
61 Chapter 58 : Richard's Annual Leave
62 Chapter 59 : Zurich I'm Coming
63 Chapter 60 : Sophia Pulang
64 Chapter 61 : Cinta Terpendam Willem
65 Chapter 62 : Perasaan Aneh Apa Ini?
66 Chapter 63 : Bujukan Rosaline
67 Chapter 64 : Meet The Great Physic Part 1
68 Chapter 65 : Meet The Great Physic Part 2
69 Chapter 66 : Sophia's Phone Call
70 Chapter 67 : Kembali Ke Vancouver
71 Chapter 68 : Masa Kecil Patricia Part 1 -- Rencana Perjodohan Sejak Kecil
72 Chapter 69 : Masa Kecil Patricia Part 2 -- Misa Bersama Di Gereja Paroki Santa Theresia
73 Chapter 70 : Masa Kecil Patricia Part 3 -- Debaran Aneh
74 Chapter 71 : Masa Kecil Patricia Part 4 -- Our Childhood Promise's
75 Chapter 72 : Goddess Hecate; The Dark Lady, Goddess Of Witches, And Moon
76 Chapter 73 : Witchcraft Ritual Part 1 -- Cleansing And Purifying Shower
77 Chapter 74 : Witchcraft Ritual Part 2 -- Releasing The Unseen Seal From Patricia
78 Chapter 75 :Patricia's Recovery
79 Chapter 76 : Berangkat Ke Vancouver
80 Chapter 77 : The Twin Albert and Alfons
81 Chapter 78 : Siapakah Yang Kau Pilih Untuk Mati?
82 Chapter 79 : It's Complicated
83 Chapter 80 : Book Of Shadow
84 Chapter 81 : Morritz's Secret Library
85 PENGUMUMAN HIATUS
86 Pengumuman
87 Chapter 82 : Bad Gut (Firasat Buruk)
88 Chapter 83 : Perasaan Terdalam Sebastian
89 Chapter 84 : Witchcraft Basic Lesson Part 1 "The Eight Sabat"
90 Chapter 85 : Kecemasan Rosaline
91 Chapter 86 : Negosiasi
92 Surat Cinta Dari Saya
93 Chapter 87 : Witchcraft Bassic Lesson Part 2 "The Crystal's"
94 Chapter 88 : An Guth Mistéireach (The Mysterious Voice)
95 Apakah Reader Mau Kalau Cerita Reinkarnasi Dark Witch Jadi Buku Cetak?
Episodes

Updated 95 Episodes

1
Chapter 1 : Awal Mula
2
Chapter 2 : Firasat Sebastian
3
Chapter 3 : Firasat Buruk Jadi Nyata
4
Chapter 4 : Pengacau Datang
5
Chapter 5 : Tidak Menyerah
6
Chapter 6 : Rahasia Keluarga Besar Sebastian
7
Chapter 7 : Mimpi Aneh Patricia
8
Chapter 8 : Jalan-jalan Berdua
9
Chapter 9 : Hati Bergemuruh
10
Chapter 10 : Bahaya Mengintai
11
Chapter 11 : Kau Milikku
12
Chapter 12 : Pernikahan Paksa
13
Chapter 13 : Mencarimu
14
Chapter 14 : Jangan Sentuh Aku
15
Chapter 15 : Dejavu
16
Bonus Visual Cast Patricia, Sebastian dan Abraham
17
Chapter 16 : Perhatian
18
Chapter 17 : Mertua
19
Chapter 18 : Restu Mertua Untuk Kami
20
Chapter 19 : Penglihatan Patricia
21
Chapter 20 : Usaha Sebastian
22
Chapter 21 : Sister Support
23
Chapter 22 : Permintaan Kecil Patricia
24
Chapter 23 : Persiapan Bulan Madu
25
Chapter 24 : Obat Dari Mama Mertua
26
Chapter 25 : Tiba Di Belanda
27
Chapter 26 : Apakah Aku Jatuh Cinta Padanya?
28
Chapter 27 : Rumah Kaca
29
Pengumuman Novel Baru
30
Chapter 28 : Cerita Abraham
31
Chapter 29 : Makam Opa Nicolaas
32
Chapter 30 : Berkat Mereka Untuk Kami
33
Chapter 31 : Makan Siang Di Morritz Hotel
34
Chapter 32 : Jalan-jalan Dengan Abraham
35
Chapter 33 : Mesra
36
Chapter 34 : Telepon Dari Richard
37
Bonus Cast Pemeran Sophia, Willem dan Richard
38
Chapter 35 : Willem
39
Chapter 36 : Lamaran
40
Chapter 37 : Surprise
41
Chapter 38 : Richard
42
Chapter 39 : Honeymoon Part 2
43
Chapter 40 : Langit Serasa Runtuh
44
Chapter 41 : Swiss
45
Chapter 42 : Rapat Keluarga
46
Chapter 43 : Firasat Patricia
47
Chapter 44 : Petunjuk Melalui Mimpi
48
Chapter 45 : Menyampaikan Pesan Part 1
49
Chapter 46 : Klinik Kandungan
50
Chapter 47 : Penemuan Kalung Pentagram Kuno
51
Chapter 48 : Menyampaikan Pesan Part 2
52
Chapter 49 : Serangan Yang Gagal
53
Chapter 50 : Mimpi Bertemu Opa Erik
54
Chapter 51 : Spend Time Together
55
Chapter 52 : Suara Misterius Di Witching Hour
56
Chapter 53 : Shooting Star
57
Chapter 54 : A Mother's Gut
58
Chapter 55 : Membeli Oleh-Oleh
59
Chapter 56 : Mama
60
Chapter 57 : Berkenalan Dengan Mama Mertua
61
Chapter 58 : Richard's Annual Leave
62
Chapter 59 : Zurich I'm Coming
63
Chapter 60 : Sophia Pulang
64
Chapter 61 : Cinta Terpendam Willem
65
Chapter 62 : Perasaan Aneh Apa Ini?
66
Chapter 63 : Bujukan Rosaline
67
Chapter 64 : Meet The Great Physic Part 1
68
Chapter 65 : Meet The Great Physic Part 2
69
Chapter 66 : Sophia's Phone Call
70
Chapter 67 : Kembali Ke Vancouver
71
Chapter 68 : Masa Kecil Patricia Part 1 -- Rencana Perjodohan Sejak Kecil
72
Chapter 69 : Masa Kecil Patricia Part 2 -- Misa Bersama Di Gereja Paroki Santa Theresia
73
Chapter 70 : Masa Kecil Patricia Part 3 -- Debaran Aneh
74
Chapter 71 : Masa Kecil Patricia Part 4 -- Our Childhood Promise's
75
Chapter 72 : Goddess Hecate; The Dark Lady, Goddess Of Witches, And Moon
76
Chapter 73 : Witchcraft Ritual Part 1 -- Cleansing And Purifying Shower
77
Chapter 74 : Witchcraft Ritual Part 2 -- Releasing The Unseen Seal From Patricia
78
Chapter 75 :Patricia's Recovery
79
Chapter 76 : Berangkat Ke Vancouver
80
Chapter 77 : The Twin Albert and Alfons
81
Chapter 78 : Siapakah Yang Kau Pilih Untuk Mati?
82
Chapter 79 : It's Complicated
83
Chapter 80 : Book Of Shadow
84
Chapter 81 : Morritz's Secret Library
85
PENGUMUMAN HIATUS
86
Pengumuman
87
Chapter 82 : Bad Gut (Firasat Buruk)
88
Chapter 83 : Perasaan Terdalam Sebastian
89
Chapter 84 : Witchcraft Basic Lesson Part 1 "The Eight Sabat"
90
Chapter 85 : Kecemasan Rosaline
91
Chapter 86 : Negosiasi
92
Surat Cinta Dari Saya
93
Chapter 87 : Witchcraft Bassic Lesson Part 2 "The Crystal's"
94
Chapter 88 : An Guth Mistéireach (The Mysterious Voice)
95
Apakah Reader Mau Kalau Cerita Reinkarnasi Dark Witch Jadi Buku Cetak?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!