Gin berjalan menyusuri jalanan kota bersama Yan. Dia sangat bahagia mendapat jubah abu-abu yang telah ditempa oleh Poo.
Jubah tersebut benar-benar nyaman dikenakan, juga dapat menyesuaikan diri pada tubuh Gin, setelah dialiri energinya.
Gin terus-menerus memamerkan jubah tersebut pada Yan, namun hanya dibalas senyuman olehnya.
Yan juga turut bahagia melihat sifat kekanak-kanakan Gin yang jarang dilihatnya itu.
Pada saat Gin dan Yan masih berada dalam ruangan Poo, dia tak memberikan koin emas, tetapi memberi Gin dan Yan kartu berbentuk persegi. Poo mengatakan bahwa kartu tersebut dapat menyimpan dan mengeluarkan uang.
Poo memberikan Gin dan Yan masing-masing satu kartu, kartu tersebut berisikan seribu koin emas.
Di malam yang gelap, Gin berlatih seorang diri di hutan yang tidak jauh dari kota Yure. Gin sangat bosan hanya tiduran tidak jelas dirumah Wici dan dia juga merasa masih sangat lemah untuk melindungi diri.
Saat melawan Monster macan masih membekas dalam ingatannya. Dia tidak kejadian yang sama menimpa dirinya maupun Yan.
Malam itu ditemani hembusan angin sepoi-sepoi serta rembulan yang berbentuk sabit, juga beberapa gemintang selalu setia menemani rembulan di setiap malam.
Gin berusaha mengembangkan jurus-jurus yang telah diajarkan oleh Merume. Tepat saat malam telah memasuki pertengahannya, Gin menyelesaikan latihannya dan bertengger disalah satu batang pohon.
Dia memainkan serulingnya, nada-nada yang keluar benar-benar menyayat hati. Permainan seruling Gin benar-benar sedih, hingga malampun seakan ikut turut dalam kesedihan karenanya.
Gin memainkan lagu sebuah lagu, setengah jam memainkan seruling. Akhirnya Gin memutuskan kembali ke rumah Wici.
Saat Gin masih menyusuri jalanan kota Yure, dia dihalangi oleh beberapa remaja yang seusianya. Diantara para remaja tersebut, terdapat remaja yang berambut merah yang berdiri paling depan. Mungkin saja, dia merupakan pemimpin dari para remaja tersebut.
“Serahkan benda berharga yang kamu miliki atau nyawamu tidak akan tertolong,” ucap remaja berambut merah.
Mendengar kalimat dari remaja berambut merah membuat Gin mengangkat sebelah alisnya dan menggaruk-garuk pelipis dengan jari telunjuknya.
“Apa kamu tidak dengar? Serahkan seluruh barang berhargamu atau nyawamu yang menjadi gantinya.”
Mendengar perkataan remaja di belakang rambut merah, Gin hanya memiringkan kepala dan tersenyum. Gin tak akan pernah lari dari pertempuran, apalagi takut pada musuhnya, walau kekuatannya jauh berada di bawah musuhnya.
Gin selalu mengingat nasehat Bibi Merume yang melarang Gin lari dari pertempuran dan takut terhadap lawan yang kekuatannya terpaut jauh di atasnya.
Karena kesal dengan Gin, akhirnya si Rambut merah memerintahkan teman-temannya untuk menyerang Gin. Walaupun Gin harus menghadapi lima orang sekaligus dia tak gentar sekalipun. Gin menghindari salah satu serangan yang mengarah kepadanya.
Dia dengan gesit membalas serangan tersebut dengan sebuah pukulan yang telak pada wajah lawannya dan membuatnya terhempas beberapa meter.
Melihat temannya terhempas, akhirnya lawan Gin memutuskan menyerangnya secara sekaligus dari empat arah yang berbeda. Gin dengan cekatan menghindari ke empat serangan yang datang.
Dia muncul di belakang salah satu lawannya dan memukul belakangnya yang membuanya pingsan. Hal tersebut dilakukan Gin sampai ke tiga orang lainnya menyusul temannya telah pingsan yang menyisahkan si Rambut merah saja.
“Kamu lumayan juga, yah.” Si Rambut merah melangkah mendekati Gin sambil bertepuk tangan.
Tanpa basa-basi Gin menyerang lawannya menggunakan pukulannya, tapi dengan mudah dihindari lawannya. “Rupanya, kamu berbeda dari ke empat temanmu yang sudah terbaring pingsan.”
Tanpa merasa memiliki kewajiban untuk membalas pernyataan Gin si Rambut merah mengerahkan jurus tapaknya pada Gin. Pada saat serangan si Rambut merah sedikit lagi mengenai dada Gin, dia dengan cepat menghindari serangan tapak tersebut.
Gin membalas serangan tapak dengan menggunakan pukulannya, namun dengan mudah si Rambut merah menangkisnya. Si Rambut merah berniat untuk mematahkan tangan Gin, sebelum si Rambut merah mematahkan tangan Gin.
Gin melepaskan pukulan ke wajah si Rambut merah yang membuatnya terhempas jauh, karena merasa hal buruk akan menimpa dirinya, bila dia tidak cepat melepaskan diri dari cengkraman si Rambut merah.
Si Rambut merah dengan kecepatan penuh menyerang Gin, karena merasa geram padanya. Pada saat jarak Gin dan si Rambut merah hanya tinggal beberapa meter lagi si Rambut merah melepaskan pukulan, begitu juga dengan Gin.
Pukulan keduanya bertemu dan mengakibatkan angin berhembus lebih kecang di sekitar pukulan keduanya. Gin melepas pukulan kirinya yang dengan mudah dihindari si Rambut merah dan dibalas dengan pukulan yang mendarat dengan mulus pada wajah Gin dan membuatnya terhempas beberapa meter.
Bukannya geram, Gin malah mengembangkan senyum dan menyerang si Rambut merah dengan pukulan beruntun. Namun dapat ditangkis oleh si Rambut merah akan tetapi, Gin terus melayangkan pukulan beruntun hingga membuat si Rambut merah tersudut dan terhempas jauh.
Si Rambut merah menggertakkan giginya dan melesat dengan kecepatan yang memukau untuk menyerang lawannya. Gin hanya tersenyum melihat si Rambut merah menghampirinya dengan kecepatan yang luar biasa.
Saat si Rambut merah telah sampai pada Gin mereka melakukan pertukaran pukulan. Pukulan demi pukulan mendarat pada wajah si Rambut merah begitu juga mendarat dengan mulus pada wajah Gin.
Si Rambut merah mundur beberapa langkah. “Luar biasa!!! Kamu benar-benar lawan yang pantas untukku.” Dengan tepuk tangan yang mengusik gendang telinga Gin, dia bukan senang dipuji malah merasa kesal pada si Rambut merah.
Karena tak ingin mendengar ocehan si Rambut merah, akhirnya Gin memutuskan untuk melepaskan pukulan pada si Rambut merah yang telak mendarat pada wajahnya. “Dasar curang, sayakan sedang berbicara padamu. Kenapa kamu malah menyerangku?” ucap si Rambut merah sambil memegangi wajahnya.
“Curang? Memang saya menyuruhmu mengoceh di depanku, haaa.”
“Ka...kau.” merasa kesal pada Gin, si Rambut merah mengaliri tenaga dalam pada pukulan yang dia arahkan pada Gin.
Pukulan si Rambut merah di sambut dengan pukulan oleh Gin, pukulan mereka berdua bertemu. Beradunya kedua pukulan membuat Gin termundur beberapa meter dan mengeluarkan sedikit darah pada tepi bibirnya.
Gin menyerang si Rambut merah dengan pukulan, namun dapat dihimdari olehnya dengan mudah. Pertukaran pukulan antara keduanya berlangsung lama, namun Gin mendapat pukulan yang cukup keras pada wajahnya yang membuatnya terpental jauh.
Senyum lebar terukir pada wajah si Rambut merah. “Apa yang terjadi padamu, bukannya tadi kamu begitu menyombongkan diri?”
“Apa hanya ini kekuatan yang kamu miliki?” ucap si Rambut merah sambil tertawa lantang.
Gin malah tertawa mendengar ocehan si Rambut merah hingga meredam tawa lawanya. “Sebaiknya kamu hati-hati atau kamu akan segera menyusul teman-teman yang telah terbujur pingsan.”
Gin mengepal tangannya dengan kuat, dia menyerang si Rambut merah dengan pukulan beruntun seperti beberapa saat yang lalu, tetapi ada sedikit perbedaan yang di rasakan oleh si Rambut merah setiap kali menangkis pukulan Gin.
Dia merasa tulang tangannya seakan retak menahan pukulan Gin, akhirnya si Rambut merah melapisi tangannya dengan tenaga dalamnya. Gin mengarah pukulan yang cukup keras ke perut si Rambut merah yang membuatnya terpental cukup jauh hingga memuntahkan darah segar.
“Ka...kau akan kubumi hanguskan hingga tak bersisa.” Tiba-tiba kedua tangan si Rambut merah dilapisi oleh api.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
mochamad ribut
up
2023-04-05
0
mochamad ribut
lanjutkan
2023-04-05
0