Aruna memperhatikan Kiano yang kini sedang berdansa dengan gadis cantik yang datang bersamanya. Terlihat mesra.
Aruna membuang nafas kesal. dia benci dengan hatinya yang masih belum bisa teralihkan dari Kiano.
Harusnya dia membenci laki laki tukang php itu. Aruna merasa jadi orang paling bodoh karena selalu saja berakhir dengan Kiano. Setelah bertahun tahun dia membuang umurnya sia sia.
Akhirnya Aruna pergi ke stand cake, cokkat, puding dan es krim. Stand favoritnya. Dia membutuhkan makanan manis untuk mendinginkan perasaan pamas penuh api di hatinya.
Aruna pun mengambil segelas es krim yang dipadukan dengan coklat bulat segede bola pingpong kesukaannya
Rasa manis yang dicecap lidahnya begitu Aruna menikmati sesendok coklat yang berselimutkan es krim membuat perasaannya mulai nyaman.
Sangat enak, batinnya dengan raut wajah senang. Ngga pa pa kali ini dia melanggar pantangannya, ngga bakal langsung gemuk juga, Aruna mensugesti dirinya sendiri.
"Kelihatannya enak."
Reflek Aruna menoleh pada suara renyah menggoda yang sangat dihapalnya.
"Dokter Farel?" kagetnya. Hampir saja dia tersedak melihat kemunculan dokter playboy ini yang sudah berada di sampingnya.
"Hai," sapa dokter Farel dengan senyum lebar di wajahnya. Dia pun kemudian mengambil es krim dan coklat seperti yang dinikmati Aruna.
Tanpa memperhatikan reaksi kaget Aruna, dia pun menyuapkan es krim bercampur coklat itu ke dalam mulutnya.
"Memang enak banget, ya," tukasnya lagi sambil mengedipkan sebelah matanya dengan genit pada Aruna.
Aruna jadi tersenyum melihatnya. Wajarlah dokter Farel diundang. Orang tuanya pasti juga ikut bersamanya kalo tidak sibuk. Secara mereka, kan, pemilik rumah sakit tenpat Aruna bekerja. Mama dan papanya pasti akan mengundang mereka di acara penting ini.
Aruna kembali menikmati es krim bercampur coklatnya tanpa rikuh. Sudah biasa dia diganggu sang dokter.
"Apa ini makanan favorit kamu?" tanya dokter Farel di sela suapannya. Matanya menatap Aruna dalam.
"Iya " sahut Aruna jujur.
"Kamu ngga takut gendut?"
Aruna terkikik mendengarnya membuat dokter Farel mengerutkan alisnya. Heran.
"Dulu saya pernah gendut. Dokter pasti akan ilfeel kalo lihat saya dulu," kekehnya berderai derai.
Dokter Farel balas tertawa.
"Saya tau," ceplosnya membuat Aruna menghentikan tawanya dan berbalik menatap sang dokter.
"Kok, bisa tau. Dokter nyelidiki saya ya," tuduh Aruna santai tapi sangat yakin.
Dokter Farel tambah tergelak mendapat tudingan yang seratus persen benar itu.
Sejak malam itu, dokter Farel mencari informasi tentang Aruna. Bahkan dia sampai menyewa seorang detektif swasta. Saking penasarannya akan Aruna dan 'kekasihnya'.
Hasil yang didapat sungguh mengejutkan. Aruna dulunya sempat bertubuh subur ketika SMA, dan dia ternyata belum pernah memiliki pacar.. Begitu laporan detektifnya.
Entah siapa laki laki yang diakuinya sebagai kekasihnya itu. Masih teka teki. Detektifnya pun belum bisa membongkar identitas pacar yang diakui dokter Aruna selama ini.
Begitu juga keterkaitan Kiano dengan Aruna. Kalo mereka memang pacaran, kemudian sudah putus, tapi mengapa ngga ada bukti hubungan keduanya. Sama sekali ngga ada.
Padahal detektif yang disewanya sudah terkenal kemampuannya. Bisa bisanya sang detektif menemukan jalan buntu.
Makanya hal ini masih sangat mengganggu pikirannya, apalagi ketika melihat Kiano berupaya keras mendekati Aruna. Seorang Kiano yang sombong dan super sibuk, menyempatkan waktu mengunjunginya, bahkan sampai mengirimkan bunga dan coklat tanpa henti untuk Aruna. Ngga menyerah saat Aruna terus menolaknya.
Adalah hal yang aneh, laki laki sekelas Kiano bisa ditolak dokter Aruna. Karena itu rasa penasarannya semakin tinggi saja untuk mendapatkan dokter cuek itu.
Tapi kini laki laki itu sudah mundur dan membuatnya lega. Bahkan kini Kiano pasti mempunyai dugaan yang salah dengan hubungannya bersama dokter Aruna. Itu semakin membuat dokter Farel yakin, kalo diantara keduanya ada benang merah yang masih tergulung rapat.
Kini dokter Farel telah melihat sendiri, Kiano datang bersama gadis cantik yang cukup familiar. Model ambasador dan brand terkenal yang bermukim di Paris. Sekarang keduanya sedang berdansa mesra.Tapi bagi Dokter Farel, Kiano hanya memanfaatkan model itu untuk membuat dokter Aruna cemburu. Cukup berhasil karena melihat keresahan di wajah Aruna yang selalu datar itu. Dokter Farel pun tersenyum miring.
Aruna terus menikmati es krim coklatnya sambil melirik ke dokter Farel yang ngga menjawab tuduhannya, tapi terus tergelak gelak.
Tanpa disadari Aruna, Kiano yang sedang berdansa menatapnya sangat tajam. Seakan ingin langsung melahapnya karena sangat 'mesra' mengobrol dengan dokter sialan itu
*
*
*
"Papi masuk rumah sakit?" seru mami Kiano kaget.
Kiano dan papinya saling pandang. Mereka bertiga baru saja sampai di rumah kakeknya. Tapi Mbok Ratmi, kepala pelayan di rumah kakeknya langsung memberi kabar begitu menyambut kedatangan mereka.
"Asam lambung tuan besar kambuh, nyonya. Tensi tuan juga tinggi," lapor Mbok Ratmi lagi.
"Apa yang lainnya sudah tau?" tanya mama kiano lagi. Dia bermaksud mengabari kedua abangnya jika mereka belum tau.
"Mereka sudah menuju rumah sakit, Nyonya," tukas mbok Ratmi membuat mami Kiano mengangguk.
"Kita langsung ke sana saja, sayang," kata papi Kiano meminta persetujuan istrinya.
"Ya Pi," sahut mami setuju. Sedangkan Kiano hanya diam saja dan mengikuti langkah orang tuanya ke mobil mereka. Telpon dari Regan membuatnya gelisah.
Sambil melangkah mami bertanya pada abang tertuanya, di mana papi mereka dirawat.
"Mi, pi, Kiano nyusul ya," ucapnya ketika mami dan papinya akan membuka pintu mobil.
"Kenapa?" tanya papi curiga. Apalagi setelah istrinya mengatakan nama rumah sakit tempat mertuanya di rawat. Tempat dokter yang di mata matai Kiano bekerja.
"Regan telpon, ada kecelakaan di lokasi proyek. Kiano harus datang sekarang, yang lain juga menyusul, pi," jelas Kiano sambil menatap kedua orang tuanya, minta dimengerti.
"Meninggal?" tanya papi khawatir. Mami pun menatap cemas.
"Untungnya cepat ditangani, pi. Tapi Kiano dan teman teman harus segera ke sana untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi."
"Oke, papi mengerti. Mau papi antar?"
Kiano menggelengkan kepalanya dengan bibir tersenyum.
"Sebentar lagi Glen datang, pi. Setelah selesai, Kiano akan menyusul melihat kakek," katanya berjanji.
"Oke. Kamu hati hati. Kalo ada apa apa, hubungi papi," kata papi sambil menepuk bahu Kiano pelan.
Kiano tersenyum. Dia memang ngga perlu terlalu khawatir. Papinya pasti akan menelpon stafnya untuk meng handle tanpa perlu mengatakannya. Begitu juga papi teman temannya. Hanya saja Kiano dan teman temannya ingin menampakkan itikad baik mereka dulu sekaligus ingin berusaha menyelesaikan tanpa bantuan nama besar keluarga mereka.
Mami mengecup pipi Kiano sebelum pergi bersama suaminya.
*
*
*
"Bagaimana dengan pasien yang baru keluar dari ruang ICU?" tanya Aruna sambil menatap suster Uci yang langsung memberikan berkasnya.
"Pasiennya kakek kakek yang merepotkan, dokter," keluh suster Uci sedikit kesal.
"Loh, kenapa?" tanya Aruna heran sambil menerima berkas dan membukanya tanpa memperhatikan susternya.
Aruna hanya bertahan sehari setelah pesta pernikahan kakaknya. Dia terpaksa segera kembali ke habitatnya karena ada beberapa pasiennya yang cukup mengkhawatirkan.
Kakaknya cukup kecewa ngga bisa mengajaknya ikut berbulan madu bersamanya. Lagian Aruna juga tau, itu taktik kakaknya dan bang Athar untuk mengenalkannya dengan kolega bisnis bang Athar. Alasannya ngga sengaja bertemu dengan laki laki reccomended itu dan akan menjadi temannya selama menemani bulan madu mereka. Syukur syukur cocok menjadi jodohnya.
Dokter Farel dan kedua orang tuanya sudah kembali lebih dulu. Dan dokter Farel pun langsung merecokinya dengan para pasiennya begitu melihatnya berjalan di lorong rumah sakit.
"Kakek itu sudah menolak dua dokter spesialis penyakit dalam, dokter. Sekaramg tinggal dokter Aruna saja," cerita suster Uci berapi api.
Kening Aruna berkerut. Padahal dua dokter yang ditolak sudah lebih lama berdinas dari pada dirinya.
"Dokter kepala meminta dokter menemui pasien," kata suster Ria yang tiba tiba masuk ke ruangan dokter Aruna.
"Oke." Aruna menghembuskan nagas panjang. Untung pasiennya pagi ini ngga banyak berobat, karena mengira dirinya masih cuti. Hanya ada dua pasien yang sudah mengirim pesan pada dirinya tentang kondisi yang cukup mengkhawatirkan yang tau kalo dia hari ini sudah dinas lagi.
Kalo dokter kepala yang sudah meninta, berarti keadaan sudah ngga bisa ditangani.
"Dokter lain masih ngga mau ya kakek itu, Ria?" cicit suster Uci kesal.
"Engga mau. Kelihatannya si kakek punya hubungan dengan dokter kepala. Dokter kepala.sampai mengabulkan permintaan kakek itu gitu aja waktu dia minta ganti dokter." Ria balas mengomel.
"Tapi dia memang bukan orang sembaramg. Beliau kan pendiri grup MCV, kakek Suryo Anggoro," tambah Ria menjelaskan.
MCV grup yang bergerak di bidang pertelevisian, multimedia dan advertising yang sangat terkenal. Selain standar gaji yang tinggi, kenyaman dalam bekerja membuat para pegawainya betah mengabdi di sana.
"Ayo, kita temuin kakek itu," kata Aruna sambil melangkah meninggalkan kedua susternya yang masih sibuk ngerumpi.
"Eh, iya, dokter. Jangan ditinggal, dong," kaget suster Uci begitu melihat dokter Aruna melewatinya.
Suster Ria tersenyum lebar sambil menyusul keduanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
Fifid Dwi Ariyani
trussabar
2024-04-03
1
💗vanilla💗🎶
kakeknya kiano ya
2023-11-26
2
ciru
cakeep. Skor 2 : 2
2023-08-14
3