Untung jadi Dokter

"Apa maksud mu Aruna? Aku harus makan seperti bayi selama enam bulan?" geram Glen menolak.

Ini adalah konsultasi pertamanya. Setelah memikirkan berhari hari dan asam lambung yang rasanya semakin parah, Glen pun memutuskan menemui Aruna lagi.

"Terserah kamu. Apa kamu sudah mengikuti saranku?" tanya Aruna dengan ekspresi datarmya

Glen terdiam. Dia baru meminta maaf pada mama, papa dan kakak perempuan satu satunya. Baru keluarganya saja.

"Belum semua," ucapnya pelan.

Kata kata Aruna yang mungkin dia mengidap kanker membuatnya ngga bisa tidur berhari hari. Sangat mengganggu pikirannya. Pekerjaannya pun sebagian terbengkalai.

Orang tua dan kakaknya pun heran melihatnya meminta maaf dan menjadi tambah pendiam beberapa hari ini.

"Ooo," respon Aruna cuek sambil memperhatikan hasil endoskopi Glen. Terlihat luka luka di lambungmya.

Karena alkohol? batin Aruna ngeri.

"Aruna, kasih aku obat aja," rengek Glen tetap menolak.

"Silakan berobat dengan dokter yang lain kalo ngga mau nurut," kata Aruna dingin.

Glen terdiam. Temannya yang merekomendasikan Aruna bukan suka membual. Lagian Glen tau kepintaran Aruna. Tapi makan MPASI seperti keponakannya yang baru berumur enam bulan, pastilah sangat ngga enak.

"Oke, berapa lama aku harus makan makanan bubur ini?" Glen ngga bisa membayangkan saat muutnya dipaksa untuk menelannya.

"Sebulan."

Glen terdiam.

Apa dia sanggup? batinnya sangsi.

Aruna masih memeriksa hasil endoskopinya, memastikan apakah ada benjolan atau tidak.

"Oke," jawab Glen pasrah.

"Selama sebulan, jangan makan pedas, asam dan minum alkohol. Kalo melanggar, ngulang lagi atau pindah sama dokter lain," jelas Aruna setengah mengancam.

"Oke oke, Aruna," ucap Glen mengalah.

"Obat obat ini gimana?" tanya Glem sambil menunjukkan obat obat yang selalu di konsumsinya.

Aruna memperhatikan sejenak nama nama obat itu.

"Kalo sakit, baru diminum," jawabnya cuek.

"Oke."

"Kamu bisa keluar," usir Aruna karena melihat Glen masih duduk ngga bergerak.

"Iya iya," gerutu Glen agak kesal sambil melangkah pergi meninggalkan ruang Aruna.

Aruna tertawa kecil setelah Glen keluar. Glen sekarang jadi lebih pendiam. Kata kanker memang dapat mempengaruhi hidup seseorang. Apalagi seperti Glen, yang masih muda dan suka hidup foya foya dan bebas.

Glen harus merasakan seperti yang dia rasakan setelah mengetahui kalo dirinya menjadi obyek taruhan. Ngga bisa tidur, murung dan kehilangan semangat hidup.

Walaupun Aruna merasa terlalu kejam karena sudah mengancamnya kena kanker, tapi itu memang layak Glen terima.

Aruna benar benar beruntung menjadi dokter yang bisa membuatnya membalaskan sakit hatinya terhadap Glen, yang pernah mengejeknya gendut.

Aruna memasang wajah ramahnya yang dari tadi disimpannya ketika ada pasien baru yang masuk. Tentu berbeda lah service untuk pasiennya dan Glen, teman Kiano yang paling menyebalkan itu.

*

*

*

"Kamu kenapa Monika?" tanya Citra yang heran melihat temannya mengeluarkan keringat dingin sambil sedikit membungkukkan badannya.

"Pinggangku sakit," kata Monika sambil memejamkan matanya dengan kening berkerut menahan sakit.

"Kita ke IGD aja ya. Dekat sini ada rumah sakit besar," kata Mega langsung melajukan mobilnya ke rumah sakit yang terdapat di map hp nya.

"Untung show kita besok. Aku akan batalkan meeting hari ini. Minta ganti malam. Semoga kamu udah mendingan," tukas Citra sambil mengetik dengan cepat di hpnya.

Padahal mereka baru saja sampai ke kota ini. Citra sudah ingin memanjakan tubuhnya dengan spa.

Mereka di kontrak menjadi ambassador di salah satu produk kecantikan dan besok malam akan tampil di sebuah hotel mewah di kota ini. Tapi ketika mobil yang diberikan pihak produk kecantikan itu baru keluar dari bandara, Monika mulai mengeluhkan sakit pinggangnya yang memang cukup mengganggunya akhir akhir ini.

Monika pun langsung dibaringkan di bed IGD. Dokter segera menyuntikkan pereda nyeri untuk meredakan sakitnya.

Aruna yang baru saja melepas pasien terakhir mendapat pesan dari suster Uci untuk membantu dokter jaga di IGD. Beberapa dokter sedang mengikuti seminar. Sedangkan di IGD sedang banyak pasien.

"Ada model dari Jakarta, Dokter. Tapi sudah diberikan penanganan pertama. Sekarang dia di ruang Bima Sakti," jelas perawat Uci.

"Kenapa? Sudah kan?"

"Model itu minta segera pulang. Tapi dokter Ginting ngga berani mengijinkan. Dokter Ginting meminta dokter Aruna memastikan kalo dia ngga apa apa," jelas suster Uci lagi.

"Baiklah," kata Aruna sambil melangkah mendahului susternya yang mengekorinya di belakang menuju ruang eksklusif.

Aruna memahami kalo dokter Ginting yang masih dokter umum, belum berani memberikan ijin karena mungkin ada hal yang sedikit mengkhawatirkan terhadap pasien yang berprofesi sebagai model itu.

"Runa, mau kemana?" sapa dokter Farel yang secara kebetulan berpapasan dengannya di pertigaan lorong rumah sakit.

"Ada pasien yang harus diperiksa," jawab dokter Aruna sambil pergi setelah mengulaskan senyum tipis.

"Hai, dokter Farel, dokter Ihsan, Kita mau nge cek model," respon suster Uci penuh semangat membuat dokter Farel dan temannya dokter Ihsan tersenyum lebar.

"Siapa modelnya?" tabya dokter Ihsan ingin tau.

Suster Uci terdiam berusaha mengingat.

"Maaf, dok, lupa. Tapi besok malam mau tanpil di hotel XXX," jelasnya agak ngga enak karena sudah menyampaikan informasi yang ngga lengkap.

Kedua dokter muda dan tampan itu tertawa lagi.

"Yq udah. Susul dokter Aruna," titah dokter Farel mengingatkan.

Suster Uci menepuk keningnya.

"Iya, dokter. Saya pergi dulu," pamitnya langsung berlari mengejar dokter Aruna yang sudah berada cukup jauh.

"Dokter Aruna katanya ikut reuni," kata dokter Ihsan setelah suster Uci pergi.

"Iya," sahut dokter Farel singkat. Dia menatap punggung dokter Aruna yang sudah semakin jauh.

"Apa pacarnya juga satu SMA ya?" gumam dokter Ihsan.

"Entahlah," dokter Farel juga balas bergumam.

Keduanya tersadar kemudian tertawa garing.

"Penasaran dengan pacarnya," ucap dokter Ihsan agak ngga enak setelah reda tawanya.

Dokter Farel hanya menggangguk sebagai respon.

Rata rata tenaga medis di rumah sakit ini sangat penasaran dengan pacar dokter Aruna yang ngga pernah kelihatan batang hidungnya.

*

*

*

Aruna cukup kaget melihat ketiga temannya berada di ruang Bima Sakti dengan salah satunya, Monika, terbaring pucat menggunakan infus.

"Aruna?" kaget Citra dan Mega bersamaan.

Monika yang tadinya memejamkan matanya, jadi membuka matanya karena mendengar nama Aruna yang disebutkan.

"Aruna?" tak kalah kaget Monika berseru.

Suster Uci dan dokter Ginting menatap mereka bergantian.

"Dokter kenal?" tanya suster Uci surprise. Sudah lama dia menduga, kalo dokter Aruna bukanlah dokter sembarangan. Pergaulannya pasti elit, cuma ngga terlihat oleh mereka yang mengenalnya di rumah sakit, duga suster Uci yakin.

"Anda kenal mereka dokter? Syukurlah," tukas dokter Ginting lega. Dia sudah pusing karena pasiennya ngga mau bersabar dan meminta diperbolehkan pulang secepat mungkin.

"Bagaimana hasilnya? Ada yang bahaya?" tanya Aruna memgalihkan fokus mereka.

"Sepertinya dia mengalami infeksi saluran kemih," terang dokter Ginting sambil memberikan hasil lab pada Aruna.

Aruna pun mengamatinya sebentar. Sementara ketiga temannya menatap Aruna ngga percaya sekaligus kesal. Ternyata yang mereka tunggu Aruna sejak dua jam yang lalu.

Ketiganya ngga menyangka Aruna punya pengaruh yang cukup besar juga di rumah sakit swasta yang terkenal elit dan mahal ini. Lihat aja kamar perawatannya, begitu berkelas dan mewah. Membuat pasien dan keluarganya betah dan yakin akan cepat sembuh saking nyamannya

"Saya tinggal dulu dokter. Banyak pasien yang menuggu di IGD," pamit dokter Ginting.

Setelah Aruna mengangguk, dokter Ginting berlalu pergi.

"Aruna, biarkan Monika pergi dari sini," kata Citra setelah dokter Ginting mulai menjauh.

"Suster Uci, siapkan surat yang menyatakan pasien memaksa meninggalkan rumah sakit, dan dokter tidak bertanggung jawab jika terjadi sesuatu padanya," tegas Aruna membuat ketiganya terhenyak kaget.

"Siap dokter," tukas suster Uci patuh. Dia semakin kagum karena dokter Aruna berani bersikap tegas. Suster Uci sendiri ngga berani menghadapi pasien yang bawel seperti ini. Karena biasanya mereka akan menunjukkan siapa diri mereka dan berapa banyak uang yang mereka miliki untuk mengintimidasi dokter dan perawat.

"Apa maksud kamu?" sentak Mega kesal membuat suster Uci kaget dan mulai menduga kalo hubungan mereka ngga baik di masa lalu.

"Kamu sudah dengar," tandas Aruna dengan suara dinginnya.

"Mak maksud kamu, aku sakit parah?" tanya Monika mulai takut akan kemungkinan terburuk dari seringnya dia merasa sakit di pinggangnya.

Gotchaaa, kena juga akhirnya, batin Aruna senang.

"Kalo dibiarkan, ngga lama lagi akan mengalami gagal ginjal. Apalagi kamu suka minum alkohol, makin mempercepat ginjalmu rusak," pungkas Aruna kejam.

Ketiganya terkejut lagi dengan penjelasan datar Aruna. Seakan ngga ada beban dan sangat lancar mengatakannya.

"Kamu berbohong pasti," tuding Mega ngga percaya.

"Hasil lab menyatakan kamu menderita infeksi saluran kemih akut. Itu pemicunya."

"Apa?" Monika masih ngga percaya kalo sudah separah itu penyakitnya.

"Mana suratnya, suster Uci?" Aruna menatap perawatnya yang mengulurkan surat yang dimintanya.

"Silakan ditanda tangani. Setelah ini kalian boleh pergi," tukas Aruna seakan mengusir sambil menaruh suratnya di samping Monika.

"A aruna. Sungguh kah sudah separah itu sakit Monika?" tanya Mega gugup dan shock, ngga nyangka Monika-sahabat sejak SMA nya mengalani penyakit yang sangat parah.

Citra pun menatap Aruna dengan tatapan yang mulai percaya. Tentu Aruna mudah menyimpulkannya. Dulu dia anak terpintar di SMA mereka.

Monika memegang dadanya yang terasa sesak.

"Silakan berkonsultasi dengan dokter lain," kata Aruna sambil melangkah pergi. Diikuti suster Uci.

"Aruna, tunggu," tahan Mega dengan suara cukup keras. Dia pun bergegas menghampiri Aruna.

"Tolong bantu Monika agar penyakitnya cepat sembuh," pintanya memohon.

"Kenapa harus aku," decih Aruna sombong.

"Kami percaya padamu," sambung Citra berusaha meyakinkan Aruna.

Citra dan Mega yakin, Monika pasti setuju. Keduanya menatap Monika yang sedang bengong.

"Cari dokter lain saja," tolak Aruna santai.

"Tidak. Aku ingin kamu menjadi dokterku," pinta Monika sedikit berseru keras.

Aruna tersenyum miring.

"Setelah cairan infus itu habis, kalian boleh pulang. Jangan sentuh alkohol, teh atau kopi. Minum air putih delapan gelas besar tiap hari. Minggu depan kamu akan bisa melakukan pengecekan urin setelah mengikuti semua aturan dariku," tandas Aruna sambil melangkah keluar tanpa menunggu tanggapan dari mantan teman teman SMAnya.

Aruna merasa puas. Dulu Monika seenaknya saja menyarankannya diet minum air putih agar dia cepat kurus sampai akhirnya masuk ke uks sekolah. Sekarang dialah yang memegang kendali

Terpopuler

Comments

Nurma Yani

Nurma Yani

☺️

2024-05-18

1

Erni Fitriana

Erni Fitriana

orang senga' bales senga' ya dok......👍🏾👍🏾👍🏾

2024-02-03

3

Sweet Girl

Sweet Girl

Harus sombong dong...

2023-12-10

1

lihat semua
Episodes
1 Tentang Aruna
2 Menjadi Objek Taruhan
3 Ketahuan
4 Ingin Kurus
5 Berusaha Move On
6 Trauma Aruna
7 Reuni SMA
8 Sakit Hati yang belum Hilang
9 Untung jadi Dokter
10 Membalas Kiano
11 Pengakuan Kiano
12 Lanjut Reuni
13 Tetap Menolak
14 Penyesalan Kiano
15 Saat Saat Menegangkan
16 Kiano patah hati
17 Kiano sudah menyerah
18 Balasan Kiano
19 Rasa yang belum hilang
20 Kakek Kiano yang rewel
21 Membingungkan
22 Galau
23 Masih Galau
24 SHOCK
25 Ancaman Kiano
26 Laki laki high quality
27 Kondisi Kiano
28 Hati Aruna yang resah
29 Kekesalan Aruna
30 Masih bersama Kiano
31 Rencana yang Berhasil
32 Sikap Manis Kiano
33 Masih saja Cemburu
34 Masih Cemburu
35 Kemarahan Tante Bela(mama Kiano)
36 Dilema Aruna
37 Kebimbangan Aruna
38 Kembali Mesra
39 Penyesalan Aruna
40 Terlalu Berprasangka
41 Pingsan
42 Laki laki Mengerikan
43 Menuju Hari H
44 Dua Sahabat
45 Hari Patah Hati
46 SAH
47 Uhuk Uhuk Uhuk
48 Misi
49 Yang Pertama
50 Tendangan Super
51 Malu
52 Tiada Henti
53 Pasangan Baru
54 Jadi Bucin
55 Kembali Beraktivitas
56 Obrolan Receh
57 Curhat
58 Belum Jodoh
59 Si Dingin yang Romantis
60 Istri Kiano Artha Mahendra.
61 Menyelidiki Aruna
62 Menggoda Aruna
63 Aksi Cllaudia
64 Masih Baik Baik Saja
65 Diperhatikan Januar
66 Trauma
67 Tensi Rendah
68 Sulit Jujur
69 Takut Kehilangan
70 Kebahagiaan Suster Uci
71 Mencari Tersangka
72 Reno Yang Mundur
73 Akhirnya Curiga
74 Pertemuan Yang Menyebalkan
75 Bukti?
76 Panas
77 Dihajar
78 Tamara Dalam Bahaya
79 Antisipasi
80 Mencari Alva
81 Menolong Alva
82 Interogasi
83 Eksekusi
84 Rumit
85 Bertemu Tamara
86 Apesnya Tamara
87 Menunggu Keputusan Tamara
88 Hasil Yang Ngga Di harapkan
89 OTW nikah
90 Menyalahkan
91 Nasib Malang Alva
92 Cemas Yang Berlebihan
93 Hati Yang Cukup Menegangkan
94 Rencana Jahat
95 Terlambat?
96 Memulai pengeroyokan
97 Babak Belur
98 Bantuan Yang Berdatangan
99 Masih Misi Penyelamatan
100 Misi Selesai
101 Berita Bahagia
102 Kekesalan Meti
103 Meti dan Tingkahnya
104 Tamara dan Keluarganya
105 Duka Melvin
106 Perasaan Yang Sebenarnya
107 Menipu Meti
108 Masalah Regan
109 Regan dan Masalah Alva yang belum Selesai
110 Pesta Regan
111 Rencana Regan
112 Reaksi Alva
113 Sadar Sudah Dibully
114 Tamara dan Alva Kabur
115 Udah
116 Tentang Arga
117 Syukuran Kiano Aruna
118 Sugar Dady yang sangat Berkualitas
119 Sedikit Nakal
120 Luka Hati
121 Sedikit Rasa
122 Lima Persen
123 Malas Nikah
124 Kencan
125 Laki laki Kurang Ajar
126 Tamara dan Perasaannya
127 Gagal Nikung
128 Saling Curhat
129 Kesalnya Qonita
130 Menaklukan dosen nakal
131 Kepribadian Ganda
132 Obrolan Sugar Baby
133 Pertolongan.ngga terduga
134 Kentang
135 Tingkah Menyebalkan Arga
136 Kekesalan Reno yang belum hilang
137 Glen yang Memukau
138 Glen yang masih Marah
139 Ganti Alva yang ngamuk
140 Marah
141 Kita Sama?
142 Calon Suami Tamara
143 Fitting baju pengantin
144 Pencuri yang jadi Pengemis
145 Jodo, Pertemua, sudah diatur
146 Jodoh?
147 Cerita Qonita
148 Blank Memory
149 Lega
150 Move on?
151 Inginnya Reno
152 Tangis Rain
153 Reno yang Kejam
154 Menyesal?
155 Sedikit Hiburan
156 Kumpul Lagi
157 Masih di kafe
158 Sedikit Tentang Reno
159 Hari Yang Berganti
160 Cerita Regan
161 Sesak
162 Glen Mulai Curiga
163 Dinda yang galau
164 Menggoda Dinda
165 Kekesalan Alva
166 Tamara dan teman temannya
167 Mengerjai Alva
168 Undangan Nikah
169 Reno yang Cemburu?
170 Preewed Arga
171 Beda Situasi
172 Pilihan Jodoh
173 Reno yang SHOCK
174 Panas
175 Harusnya Aku
176 Menjaga Jodoh Orang Lain
177 Akhir Pesta Alva
178 Ada apa dengan Glen?
179 SHOCK
180 Keputusan Meti
181 Ulah Reno
182 Ngga Tenang
183 Dubai
184 Dugaan yang Salah
185 Penyelesaian
186 Keputusan Reno
187 Serius sama Bocil
188 Diperkenalkan sebagai Pacar
189 Debat Mami dan Glen
190 Hukuman Glen
191 Reno yang Viral
192 Melamar Dinda
193 Melamar Dinda. Part 2
194 Melamar Dinda part 3
195 Tentang lamaran Regan
196 Konspirasi?
197 Membebaskan Riko
198 Fatal
199 Yang Terjadi
200 Sudah Lebih Baik
201 Nikah di Rumah Sakit
202 Jadi Pengintip
203 Uang Tutup Mulut
204 Tanu yang ngga diundang
205 Antisipasi Reno
206 Misi Reno
207 Dua Bucin
208 Nagih oleh oleh
209 Sang penakluk
210 Masa lalu Alva
211 Dunia yang terbalik
212 Bye, istri
213 Salah Pilih Lawan
214 Alva dan Tamara
215 Arga dan Perjuangannya
216 Masih Perjuangan Arga
217 Glen si kucing garong
218 Ke GAP
219 Harapan
220 Akhirnya Arga Menikah
221 Aisha dan Melvin
222 Announce
223 Announce
224 part spesial
225 cosplay
Episodes

Updated 225 Episodes

1
Tentang Aruna
2
Menjadi Objek Taruhan
3
Ketahuan
4
Ingin Kurus
5
Berusaha Move On
6
Trauma Aruna
7
Reuni SMA
8
Sakit Hati yang belum Hilang
9
Untung jadi Dokter
10
Membalas Kiano
11
Pengakuan Kiano
12
Lanjut Reuni
13
Tetap Menolak
14
Penyesalan Kiano
15
Saat Saat Menegangkan
16
Kiano patah hati
17
Kiano sudah menyerah
18
Balasan Kiano
19
Rasa yang belum hilang
20
Kakek Kiano yang rewel
21
Membingungkan
22
Galau
23
Masih Galau
24
SHOCK
25
Ancaman Kiano
26
Laki laki high quality
27
Kondisi Kiano
28
Hati Aruna yang resah
29
Kekesalan Aruna
30
Masih bersama Kiano
31
Rencana yang Berhasil
32
Sikap Manis Kiano
33
Masih saja Cemburu
34
Masih Cemburu
35
Kemarahan Tante Bela(mama Kiano)
36
Dilema Aruna
37
Kebimbangan Aruna
38
Kembali Mesra
39
Penyesalan Aruna
40
Terlalu Berprasangka
41
Pingsan
42
Laki laki Mengerikan
43
Menuju Hari H
44
Dua Sahabat
45
Hari Patah Hati
46
SAH
47
Uhuk Uhuk Uhuk
48
Misi
49
Yang Pertama
50
Tendangan Super
51
Malu
52
Tiada Henti
53
Pasangan Baru
54
Jadi Bucin
55
Kembali Beraktivitas
56
Obrolan Receh
57
Curhat
58
Belum Jodoh
59
Si Dingin yang Romantis
60
Istri Kiano Artha Mahendra.
61
Menyelidiki Aruna
62
Menggoda Aruna
63
Aksi Cllaudia
64
Masih Baik Baik Saja
65
Diperhatikan Januar
66
Trauma
67
Tensi Rendah
68
Sulit Jujur
69
Takut Kehilangan
70
Kebahagiaan Suster Uci
71
Mencari Tersangka
72
Reno Yang Mundur
73
Akhirnya Curiga
74
Pertemuan Yang Menyebalkan
75
Bukti?
76
Panas
77
Dihajar
78
Tamara Dalam Bahaya
79
Antisipasi
80
Mencari Alva
81
Menolong Alva
82
Interogasi
83
Eksekusi
84
Rumit
85
Bertemu Tamara
86
Apesnya Tamara
87
Menunggu Keputusan Tamara
88
Hasil Yang Ngga Di harapkan
89
OTW nikah
90
Menyalahkan
91
Nasib Malang Alva
92
Cemas Yang Berlebihan
93
Hati Yang Cukup Menegangkan
94
Rencana Jahat
95
Terlambat?
96
Memulai pengeroyokan
97
Babak Belur
98
Bantuan Yang Berdatangan
99
Masih Misi Penyelamatan
100
Misi Selesai
101
Berita Bahagia
102
Kekesalan Meti
103
Meti dan Tingkahnya
104
Tamara dan Keluarganya
105
Duka Melvin
106
Perasaan Yang Sebenarnya
107
Menipu Meti
108
Masalah Regan
109
Regan dan Masalah Alva yang belum Selesai
110
Pesta Regan
111
Rencana Regan
112
Reaksi Alva
113
Sadar Sudah Dibully
114
Tamara dan Alva Kabur
115
Udah
116
Tentang Arga
117
Syukuran Kiano Aruna
118
Sugar Dady yang sangat Berkualitas
119
Sedikit Nakal
120
Luka Hati
121
Sedikit Rasa
122
Lima Persen
123
Malas Nikah
124
Kencan
125
Laki laki Kurang Ajar
126
Tamara dan Perasaannya
127
Gagal Nikung
128
Saling Curhat
129
Kesalnya Qonita
130
Menaklukan dosen nakal
131
Kepribadian Ganda
132
Obrolan Sugar Baby
133
Pertolongan.ngga terduga
134
Kentang
135
Tingkah Menyebalkan Arga
136
Kekesalan Reno yang belum hilang
137
Glen yang Memukau
138
Glen yang masih Marah
139
Ganti Alva yang ngamuk
140
Marah
141
Kita Sama?
142
Calon Suami Tamara
143
Fitting baju pengantin
144
Pencuri yang jadi Pengemis
145
Jodo, Pertemua, sudah diatur
146
Jodoh?
147
Cerita Qonita
148
Blank Memory
149
Lega
150
Move on?
151
Inginnya Reno
152
Tangis Rain
153
Reno yang Kejam
154
Menyesal?
155
Sedikit Hiburan
156
Kumpul Lagi
157
Masih di kafe
158
Sedikit Tentang Reno
159
Hari Yang Berganti
160
Cerita Regan
161
Sesak
162
Glen Mulai Curiga
163
Dinda yang galau
164
Menggoda Dinda
165
Kekesalan Alva
166
Tamara dan teman temannya
167
Mengerjai Alva
168
Undangan Nikah
169
Reno yang Cemburu?
170
Preewed Arga
171
Beda Situasi
172
Pilihan Jodoh
173
Reno yang SHOCK
174
Panas
175
Harusnya Aku
176
Menjaga Jodoh Orang Lain
177
Akhir Pesta Alva
178
Ada apa dengan Glen?
179
SHOCK
180
Keputusan Meti
181
Ulah Reno
182
Ngga Tenang
183
Dubai
184
Dugaan yang Salah
185
Penyelesaian
186
Keputusan Reno
187
Serius sama Bocil
188
Diperkenalkan sebagai Pacar
189
Debat Mami dan Glen
190
Hukuman Glen
191
Reno yang Viral
192
Melamar Dinda
193
Melamar Dinda. Part 2
194
Melamar Dinda part 3
195
Tentang lamaran Regan
196
Konspirasi?
197
Membebaskan Riko
198
Fatal
199
Yang Terjadi
200
Sudah Lebih Baik
201
Nikah di Rumah Sakit
202
Jadi Pengintip
203
Uang Tutup Mulut
204
Tanu yang ngga diundang
205
Antisipasi Reno
206
Misi Reno
207
Dua Bucin
208
Nagih oleh oleh
209
Sang penakluk
210
Masa lalu Alva
211
Dunia yang terbalik
212
Bye, istri
213
Salah Pilih Lawan
214
Alva dan Tamara
215
Arga dan Perjuangannya
216
Masih Perjuangan Arga
217
Glen si kucing garong
218
Ke GAP
219
Harapan
220
Akhirnya Arga Menikah
221
Aisha dan Melvin
222
Announce
223
Announce
224
part spesial
225
cosplay

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!