"Jadi Kiano meminta kamu mengawasi seorang dokter perempuan?" Dika Artha Mahendra mematikan rokoknya ke asbak di atas mejanya.
Akhirnya papi Kiano ngga bisa membuang rasa penasarannya tentang kekhawatiran istrinya. Walaupun dia tetap yakin kalo putranya masih straight.
Malahan informasi yang diterimanya dari Aries membuat hatinya jadi lega dan senang. Kiano sampai menyuruh Aries memata matai seorang perempuan. Itu hal yang sangat luar biasa. Kiano yang cuek ternyata sedang menaruh perhatian pada seorang perempuan. Beda dari perempuan yang biasa dikencaninya. Biasanya mereka adalah para model, sekarang malah dokter. Seulas senyum tersungging di bibir papi Kiano.
"Tapi sekarang sudah nggak lagi Pak Bos," lapor Aries langsung mematahkan kesenangan papi Kiano. Dia terpaksa membongkar rahasia sensitif bosnya, Kiano, putra tunggal bos besarnya.
"Kenapa?" tanya Dika Artha Mahendra dengan kening berkerut.
Padahal calon mantunya sudah mulai kelihatan hilalnya. Kenapa? batin papi Kiano ngga terima.
"Sampai sekarang saya belun tau, Pak Bos," kata Aries jujur. Kiano sudah mencabut perintahnya sejak sepuluh hari yang lalu.
"Siapa nama dokternya?" tanya papi Kiano sambil mengetuk jari jarinya di meja.
"Dokter Aruna. Spesialis penyakit dalam."
"Oke. Awasi dokter itu lagi," titah papi Kiano tegas.
"Pak bos, kalo bos Kiano ngga mau lagi, gimana kalo buat saya saja?" tanya Aries dengan cengiran usilnya.
"Memangnya dokter itu cantik?" papi Kiano balik nanya.
"Cantik banget," jujur Aries.
Papi Kiano berdehem sebentar.
"Kalo kamu berani, asbak ini melayang ke kepala kamu," tegas papi Kiano membuat Aries tergelak.
Aries yang dijadikan staf pribadi Kiano adalah anak sahabatnya yang sama tengilnya. Karena itu Aries ngga bakal khawatir dipecat jika jadi informan ganda. Toh, keduanya besar bersama dan keluarganya sudah biasa menghadapi kekurang ajaran Aries.
*
*
*
Pulang ke rumah adalah hal yang selalu Aruna rindukan. Rumahnya sudah dipenuhi banyak orang untuk mendekor. Walaupun pesta akan dilakukan di hotel, tapi mamanya tentu ingin rumah mereka tampak semakin indah dan mewah. Apalagi bang Athar salah satu putra grup bisnis terkenal.
"Akhirnya kamu pulang juga," sambut Almira bersama mami dengan senyum lebar.
Aruna mempercepat langkahnya hingga mereka bertiga pun berpelukan.
"Kamu ini, hampir aja bikin kakak marah. Mepet banget datangnya," omel Almira kesal. Besok dia akan menikah, tapi adiknya baru nyampe. Padahal hari udah sangat sore.
"Maaf, kak, tadi bantu operasi," jelas Aruna ngga enak. Padahal Aruna sudah mengatur jadwal agar bisa pulang dua hari yang lalu. Tapi operasi para pasiennya terpaksa membuatnya menunda kepulangannya.
Dokter Farel tadi sempat menawarkan menemaninya pulang dan menemaninya di pesta pernikahan Kakaknya. Tapi dengan sopan Aruna menolak. Dia masih teringat penolakan sang dokter pada kekasihnya. Sebagai perempuan, apalagi yang pernah dicampakkan begitu saja membuatnya ngga respect lagi dengan sang dokter playboy ini.
"Pasien terus. Kakak kapan dong diprioritaskan," cebik kakaknya merajuk.
"Iya sayang," tambah mama ikut memprotes.
Aruna tersenyum.
"Maaf, ma, kak."
"Jangan mikirin pasien aja. Kapan kamu mau ngenalin pacar kamu?" tanya mama mendesak.
Aruna ngga menjawab, hanya tertawa.
Siapa yang mau dikenalin ya?
"Nanti di pesta papa dan papa Athar banyak ngundang relasi bersama keluarganya. Semoga kamu ada yang kecantol ya," goda Almira kemudian terkekeh.
Dia masih penasaran, ngga mungkin, kan, adiknya ngga ada yang naksir? Apalagi sekarang Aruna sudah tumbuh jadi seorang dokter spesialis yang sangat cantik.
Aruna hanya tertawa mendengarnya.
"Ayo kita fitting gaun buat kamu. Mama dan kakak udah pesan gaun yang cetar buat kamu," kata Almira antusias sambil menggandeng adiknya bersama mamanya.
"Kamu pasti akan dapat pacar, sayang," kata mama sambil merangkul pinggang putri bungsunya.
Ya mam, semoga. Tapi apa masih ada laki laki baik seperti bang Athar? batinnya sangsi.
*
*
*
Kiano menatap malas pada jas yang harus dikenakannya malam ini.
"Kenapa, bang? Lagi gabut ya?" tanya Nita meledek melihat abangnya masih duduk di tempat tidurnya sambil memutar mutar hpnya.
"Kalo mau masuk kamar, ketok dulu pintunya," ketus Kiano pada adiknya yang maen masuk aja ke kamarnya.
Tapi Nita hanya memamerkan senyum manisnya sebelum melangkah dan duduk di samping abangnya yang suka cepat naek darah.
"Jasnya ngga dipake, Bang. Bentar lagi keluarga Kak Sasya datang," kata Nita mengingatkan.
"Malas," sahut Kiano ngga acuh.
"Kak Sasya cantik banget. Sana seperti pengantin perempuan yang mau nikah itu," cerocos Nita sambil menatap mata abamgnya.
"Kamu kenal sama yang mau nikah?"
Nita menggelengkan kepala. "Enggak."
"Tapi katanya yang perempuannya mantan model. Trus jadi sekretarisnya. Katanya mereka udah pacaran lama. So sweet ya, Bang," celoteh Nita penuh semangat.
Jarang jarang pacaran lama bisa nikah. Biasanya putus trus nikah sama yang laen, tambahnya dalam hati.
"Yang mami sama papi kenal yg mana? Yang pengantin wanita atau pria?" selidik Kiano. Bisa malu kalo sampai di tempat acara, dia ngga tau siapa yang menyelenggarakan pesta. Apalagi kenal pengantinnya. Boro boro.
"Laki lakinya anak Om Banyunugroho. Tapi aku ngga tau anaknya yang mana," info Nita.
Kiano manggut manggut
Okelah, batinnya lega.
"Bang, Nabila kirim salam," ganggu Nita dengan senyum menggoda.
"Nabila siapa?" tanya Kiano pura pura lupa.
"Iiih,,, pura pura ngga ingat nih ye...," tawa Nita meledak.
Nabila adalah temannya yang sejak lama selalu menyukai abangnya. Bahkan sangat agresif membuat abangnya ilfeel.
"Bang, Nabila kan cantik banget. Apa, sih, kurangnya, bang? Sabar lagi, padahal Bang Kiano suka jahat sama dia," rajuk Nita dengan wajah manyunnya. Kesal dia, lihat ketakpedulian abangnya. Tapi tambah kesal karena teman dekatnya tetap aja suka sama abangnya. Padahal ngga pernah dibaikin sama sekali.
"Kok, kamu belum siap siap, sayang. Tuh Sasya udah datang," tukas mami kaget melihat Kiano masih santai duduk mengobrol dengan adiknya.
"Nih, gara gara putri centil mami," tuding Kiano sambil mengedipkan sebelah matanya pada sang mami. Dia pun mengambil jas dan memakainya diiringi dengan tatapan kesal adiknya yang manja.
"Enak aja," cebiknya membuat Kiano dan mama terkekeh.
"Sasya sudah nunggu kamu," kata mami ketika putranya melewatinya.
"Iya," sahutnya sambil terus melangkah keluar dari kamar.
Tatapannya beradu dengan Sasya yang datang bersama orang tuanya. Gadis itu tersenyum manja padanya.
Dalam hati Kiano mengeluh. Apa dia sudah dikutuk. Banyak gadis yang cantik dan seksi siap membahagiakannya. Tapi hatinya masih tertuju pada Aruna yang selalu menyakitinya.
*
*
*
Netra Aruna menangkap sosok Kiano yang lengannya digayuti manja seorang gadis cantik, tinggi dan kulitnya sangat bening. Gadis itu bahkan menempelkan wajahnya di lengan Kiano dengan manja.
Ternyata Kiano dan keluarganya adalah sahabat dari keluarga Bang Athar.
Aruna menggigit bibir. Ada yang perih dalam hatinya. Padahal kemarin kemarin Kiano sangat manis padanya. Ternyata menghilangnya perhatian Kiano karena pria ini sudah memiliki gandengan baru.
Dasar. Untung Aruna belum menerima Kiano sebagai kekasihnya lagi. Laki laki ini masih seperti dulu. Tetap mempermainkannya. Mungkin sekarang dia juga menjadi taruhannya lagi bersama teman temannya.
Tanpa sadar mata Aruna memanas. Dia pun membalikkan tubuhnya tanpa memperhatikan sekitarnya, membuatnya tanpa sengaja menabrak salah satu tamu.
"Maaf, saya ngga sengaja," ucapnya sambil memegang lengan seorang wanita seumuran mamanya yang ditabraknya tanpa sengaja. Karena wanita paruh baya itu hampir saja jatuh karena kehilangan keseimbamgannya.
"Ngga pa pa, sayang. Laen kali hati hati ya," sahut tante itu ramah.
"Ya, tante," katanya benar benar merasa sangat menyesal. Untung saja wanita ini ngga apa apa. Kalo tidak, dia akan sangat malu di acara pesta pernikahan kakaknya.
Sang tante yang masih cantik itu tersenyum sebelum berlalu. Tapi yang membuat Aruna kaget, tante itu menghampiri Kiano.
Kali ini Aruna tidak bisa mengelak dari sorot tajam yang terasa membekukan hatinya.
Kenapa dia sepertinya marah. Harusnya aku kan yang marah. Merayu tapi endingnya tetap bersama gadis lain. Menyebalkan, rutuk batin Aruna sebelum membuang tatapannya ke arah lain.
Kiano tersenyum puas melihat reaksi Aruna yang seperti kecewa melihatnya sangat dekat dengan Sasya. Apalagi Sasya sangat manja padanya, dan Kiano juga membiarkan gadis ini menempel padanya.
Rasakan lah Aruna. Sakit, kan. Itu yang aku rasakan ketika melihatmu berpelukan dengan dokter sialan itu, batin Kiano dengan senyum miring tersungging di bibirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
Ari_nurin
hehehe kamu yg salah kamu yg salah paham juga kok menyalahkan Aruna .. loe sadar ga kiano .. tolol kok di pelihara gt 😏😏
2024-07-18
2
Alejandra
Kayaknya ni laki nggak sadar diri dech, kayak Aruna aja yang paling jahat...
2024-06-08
1
liberty
si merasa tersakiti 🙃
2024-05-22
3