Langit Jingga Mengubah Takdir

Langit Jingga Mengubah Takdir

Jingga Buana

Happy Reading.

Namaku Jingga Buana berumur 19 tahun, tinggiku 170 beratku 100 kg. Gendut bukan? Karena beratku ini aku mendapat julukan gentong, kuda nil, Gajah buluk dan sebagainya, suka-suka mereka memanggilku.

Padahal waktu kecil, aku adalah gadis yang cantik. Begitu kata almarhumah bunda.

Aku menjadi gemuk saat menginjak usia 6 tahun lebih.

Saat Bunda meninggal dunia karena kecelakaan, dan ayah menjadi gila kerja berangkat pagi dan pulang malam. Kami jarang bertemu dan makan bersama.

Mungkin itulah pelampiasan ayah, untuk menghilangkan sepi dan rindu pada bunda.

Karena aku si gadis kecil kesepian, maka hiburanku adalah makan. Bibi juga sering membuat kue dan akan ku habiskan sambil menonton televisi.

Kebiasaan inilah yang membuat tubuhku mulai gendut, umur 7 tahun tinggiku mencapai 130 dan beratku 35 kg. Di tambah aku malas olahraga.

Teman-teman SD ku juga mulai mengejekku. Tapi mereka masih mau berteman denganku. Suatu hari ayah pulang cepat, dan mengatakan bahwa dia akan membawakan ibu baru untukku, juga dua kakak yang akan menemaniku.

Aku tidak suka saat ayah bilang akan membawa ibu baru, tapi saat dia bilang aku akan punya dua kakak, aku senang sekali. Akhirnya aku tidak kesepian lagi.

Beberapa minggu kemudian ayah membawa Mamah, begitulah aku harus memanggilnya kata ayah.

Namanya Widuri, nama yang cantik seperti orangnya, cantik. Dia datang dengan dua orang anak. Kevin berumur 13 tahun dan Kiara berumur 10 tahun. Mereka anak yang cantik dan tampan.

Waktu itu aku berpikir hari ku akan mulai menyenangkan, aku tidak akan kesepian dan ada yang akan menemani ku bermain juga belajar.

Tapi kenyataannya tidak demikian, mereka tidak mau bermain dengan ku. Justru aku selalu di bully mereka.

Aku dibilang gendut, jelek, gentong, dan sebagainya. Bahkan mereka sering memarahi ku kalau aku tidak menuruti kemauan mereka, sampai aku di pukul, di cubit atau di jenggut.

Saat aku mengadu pada ayah, dia justru marah padaku. Katanya aku yang nakal.

Dari situ aku tidak pernah lagi berkeluh kesah pada ayah.

Bahkan ketika ibu tiriku memukuliku, aku hanya pasrah menerima semuanya.

Tak ada lagi tempat mengadu. Ayah sudah tak menyayangiku. Dia lebih sayang pada mereka.

Penampilanku menjadi kucel, karena mamah membelikan aku baju sederhana berbeda dengan kedua kakakku yang serba bagus dan bermerk.

Walau ada asisten di rumah, mereka selalu menyuruhku.

Mereka juga tidak mau makan satu meja denganku. Aku selalu makan bersama bibi. Namun saat aku SMP, ayah memecat bibi. Saat itulah semua pekerjaan bibi, aku yang mengerjakan.Tidak boleh ada kesalahan, atau mereka akan memukuliku.

Aku sering tidur di kelas karena kelelahan. Teman SMP ku sering membuliku karena penampilanku yang kucel dan gendut. Aku menjadi pendiam dan tidak punya teman.

Saat memasak mamah selalu menyuruhku untuk membantu dan belajar masak, karena memasak nantinya adalah tugasku.

Begitulah kegiatanku setiap hari membersihkan rumah, memasak dan sekolah.

Ayah pernah mengatakan padaku “Hitung-hitung untuk mengganti uang sekolahmu kau bekerja di rumah.” Sedangkan aku ikhlas sebagai baktiku pada ayah yang telah membesarkanku.

Sampai sekarang aku berumur 19 tahun dan kuliah. Kegiatanku masih sama.

Seperti saat ini, aku sedang membersihkan rumah di kala semua masih terlelap. Pukul 5 pagi semua pekerjaanku sudah beres tinggal memasak. Aku memutuskan sholat dulu baru masak.

...***...

Pukul 6 pagi sarapan sudah tersaji. Tak perlu aku memanggil mereka, nanti juga mereka akan datang sendiri.

Sementara itu aku bergegas pergi mandi, hanya butuh waktu sepuluh menit untuk mandi dan berpakaian. Aku tidak pernah berdandan, hanya menyisir dan mengikat rambut. Sekarang aku harus menjemur pakaian.

Setelah menjemur, aku langsung ke meja makan. Perutku keroncongan, di sana ada mamah. Apakah dia menungguku?

“Jingga, berapa tinggi kamu sekarang?” Mamah bertanya padaku setelah berdiri di dekatnya.

“170 cm.”

“berat?”

“100 kg.” Ada apa sebenarnya mamah menanyakan semua itu.

“Kamu gak sadar, kalau kamu itu gendut! Sekarang makan kamu akan mamah jatah.” Apa? tidak cukupkah mamah menyuruhku bekerja dan sekarang makan pun aku di jatah.

Mamah mengisi piring dengan setengah porsi nasi dan tempe goreng berbalut tepung.

“Ini makananmu, dan cepat selesaikan pekerjaanmu! Pokoknya semua harus sudah rapi sebelum kamu berangkat kuliah!” Kenapa mamah semakin kejam padaku? Apakah semua ibu tiri begitu? Diktator dan senang menyiksa anak tirinya.

Mamah lalu pergi meninggalkan aku di meja makan. Rasanya ingin ku menangis. Sampai kapan aku harus seperti ini?

Ayah, lihatlah aku. Anakmu ini membutuhkan pelukanmu, dan katakan semua akan baik-baik saja, yakinkan aku bahagia pasti akan datang menyambutku.

Percuma saja aku merasa sedih dan mengharapkan ayah. ku hapus air mata yang menetes di pipiku lalu duduk dan makan. Selesai makan, aku segera membereskan meja dan mencuci piring.

Sekarang saatnya berangkat kuliah. Saat aku melewati mamah yang sedang menonton. Dia memanggilku.

“Jingga, kamu tidak akan lagi di beri uang saku, biaya kuliahmu saja sudah mahal. Kalau kau ingin uang, cari saja sendiri. Cukup ayahmu membiayai kuliahmu. Untuk biaya selain itu kamu cari sendiri!” Masih belum puaskah kau menyiksaku mamah. Aku memang bukan anak kandungmu, tapi kenapa kau begitu ingin melihatku menderita? Apa salahku?

Aku tidak berkata apapun dan pergi berlalu setelah mendengar perkataan mamah. Oke! Aku akan mencari kerja sepulang kuliah nanti.

Aku berangkat ke kampus. Naik angkutan umum. Begitu sampai di kampus aku langsung menuju kelas yang akan ku pelajari hari ini.

Universitasku bukanlah universitas mahal dan terkenal seperti kedua Kakakku, hanya universitas swasta biasa. Meskipun seperti itu, penampilan mahasiswa dan mahasiswi di sini layaknya borju tapi KW.

Hanya aku yang berpenampilan sederhana, menurut mereka aku ini cupu. Mereka memanggilku Gacu [Gajah Cupu]

Untunglah aku sudah terbiasa dengan hinaan sejak aku kecil. Jadi apa yang mereka katakan tidak aku hiraukan.

“Hei Gacu, di cariin Sony tuh!” Aku tidak menanggapi ledekan mereka, dan terus melangkah melewati mereka.

“Iya, buat rubuhin pohon dekat rumah gue. Hahahaha ...!”

Teruslah kalian tertawa, setidaknya hidupku ini bisa menghibur kalian.

5 jam aku kuliah. Sekarang waktunya aku pulang. Seperti niatku tadi pagi. Aku akan mencari kerja. Ternyata mencari kerja tidak mudah. sudah lima tempat yang kudatangi, tidak ada yang menerimaku. Sementara hari semakin sore.

Aku lelah sekali. Aku berjalan terus sampai aku melihat ada taman beratap langit jingga sungguh indah sekali, seperti namaku Jingga tapi aku dan hidupku tidak seindah langit Jingga.

Aku singgah sebentar ke taman itu. Dan duduk di ayunan.

“Hei Mbak, awas! Nanti ayunannya rubuh.” Sindir seorang pria yang sedang lewat padaku. Mendengar itu aku pun berdiri dan pindah ke tempat lain.

Aku duduk bersandar di bawah pohon rindang. Di sini sangat damai, dengan angin sepoi-sepoi membelai kulitku. Ku tutup mata, dan memohon pada Sang Pencipta. Ku ingin bahagia Tuhan. Berikan aku sedikit kebahagiaan dan kasih sayang yang tulus. Ku tumpahkan air mata, ku keluarkan bebanku.

Aku lelah ya Allah, bolehkah jika aku menyerah? Bunda, dekaplah anakmu ini dan belai rambutku. Aku rindu padamu. Aku semakin terisak teringat bunda. Andai bunda masih ada hidupku tidak akan seperti ini. Setelah merasa lebih baik, ku buka mata dan langit terlihat bagaikan lautan Jingga. Matahari semakin turun, aku lanjutkan mencari pekerjaaan.

...***...

“Baiklah Jingga, kau bisa mulai bekerja besok, pukul 4 sore sampai pukul 10 malam.”

“Terima kasih banyak Bu, saya akan datang besok. Saya berjanji akan bekerja dengan baik.” Alhamdulillah akhirnya aku di terima kerja.

“Iya, saya tunggu.” Ibu Fatimah begitu baik. Wajahnya cantik dan sangat murah senyum.

“Permisi Bu, sekali lagi terima kasih.” Aku berdiri setelah pamit padanya.

“Iya Jingga, hati-hati.” Aku tersenyum dan mengangguk. Alhamdulillah, akhirnya aku dapatkan pekerjaan. Terima kasih ya Allah.

Besok aku akan datang tepat waktu. Ibu Fatimah sangat baik dia memberiku kesempatan untuk bekerja di restorannya, tanpa memandang fisik. Walau aku bekerja hanya sebagai pencuci piring, tidak masalah yang penting aku dapat penghasilan.

...----------------...

Halo readers tercinta. Aku datang lagi dengan karya baruku. semoga suka dengan karya ini.

karya ini aku buat untuk lomba dengan tema Mengubah Takdir.

Mohon dukungannya ya jangan lupa klik 5 bintangnya terus masukin favorit. klik jempol dan tebar bunga 🙈

Makasih banyak sudah membaca cerita ini. Maaf masih banyak typo.

Love you All. 😘😘😘

Terpopuler

Comments

Sakur Sakur

Sakur Sakur

baru nyimak ka othor,salam kenal🤗

2023-03-15

0

MandaNya Boy Arbeto❤️

MandaNya Boy Arbeto❤️

mampir

2022-04-26

0

Bhebz

Bhebz

Hai Jingga yang semangat yah. Jangan bersedih

2022-03-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!