Pulang Ke Rumah Langit

Jingga Pov.

Aku mendengar suara orang berbicara, ku buka mata perlahan dan kulihat cahaya menyilaukan.

Aku berkedip untuk menyesuaikan mataku dengan cahaya yang ku lihat.

"Jingga." Aku mendengar seseorang memanggilku.

Aku melihat ke arah suara. Tampak seorang wanita paruh baya yang cantik. Di sebelahnya ada pria tampan sedang melihat ke arahku.

Siapa mereka? Aku tidak pernah melihatnya.

"Kata mereka nama kamu Jingga Buana, benar nama kamu Jingga Buana?" tanya tante itu lagi.

Aku tidak menjawab hanya mengangguk kan kepalaku.

"Nama yang cantik." Tante itu tersenyum.

Nama yang cantik tapi tidak dengan orangnya, buruk rupa. Begitulah yang sering aku dengar ketika mereka mengejekku.

"Jingga, kamu bisa dengar kami?" tanya tante cantik.

Aku hanya mengangguk.

"Lang, bagaimana ini? Dia tidak menjawab hanya mengangguk, apakah dia tidak bisa berbicara? Panggil dokter Lang!"

Aku dapat mendengar perkataan tante cantik. Aku bisa berbicara tante, tapi aku malas. Percuma berbicara kalau tidak ada yang mendengarkan, aku malah mendapat siksaan.

Pria yang dinpanggil Lang, berjalan ke luar. Mungkin dia ingin memanggil dokter.

Aku menatap langit-langit kamar ini. Aku berusaha mengingat apa yang terjadi. Kenapa aku sampai di bawa kerumah sakit?

Hal terakhir yang ku ingat, aku kabur dari rumah dalam keadaan hujan lebat. Lalu saat berjalan aku merasakan sesuatu menghantamku. Itu saja yang kuingat.

Ceklek

Masuk seorang dokter dan perawat serta pria tadi.

"Nona Jingga sudah sadar, syukurlah. Kenalkan saya dokter Viktor. Apa yang Anda rasakan sekarang?"

Aku gelengkan kepalaku. Percuma aku katakan juga tidak akan ada yang akan perduli, buat apa? aku cape-cape bicara.

"Coba buka mulutnya!" Pinta dokter itu.

Aku buka mulutku. Dokter mengarahkan sinar senter pada mulutku.

"Sudah, semua baik-baik saja. Anda mungkin belum mau bicara. Tidak apa-apa, saya tidak akan memaksa Anda. Coba gerakkan perlahan-lahan kakimu, tekuk lutut yang kiri.

Aku tekuk lutut kiriku agak kaku tapi tidak terasa sakit.

"Jangan Anda gerakkan dulu lutut kanannya, lutut Anda mengalami dislokasi atau pergeseran tulang. Kami sudah melakukan reduksi untuk mengembalikan tulang sendi lutut ke tempatnya. Tapi ada sedikit peradangan, karena itu jangan dulu di gerakkan. Nanti akan kita lakukan untuk terapi selanjutnya. Sementara ini yang perlu Anda lakukan adalah berdiet."

Lagi-lagi masalah berat badan! Aku bosan mendengarnya. Memangnya, kenapa kalau aku gendut?

"Jangan salah paham, saya bukan ingin mengdriskiminasi Anda. Lutut Anda mengalami dislokasi, biarpun sudah sembuh dengan berat badan anda yang berlebih lutut yang sudah pernah cedera tidak akan sanggup menahannya. Sehingga nanti Anda akan sering mengalami cedera lutut atau dislokasi. Ini semua untuk kesehatan Anda." Dokter Viktor menerangkannya dengan baik, aku jadi malu karena sempat berpikiran buruk tentangnya.

"Apa Anda mau berdiet Jingga?" Aku hanya mengangguk menjawab pertanyaan dokter Viktor.

"Bagus, Anda harus semangat bukan gendut berarti jelek, tapi untuk kasus Anda memang harus diet. Nanti Anda akan makan, makanan sesuai ahli gizi. Jangan makan selain yang di anjurkan. Diet bukan sembarang diet, tapi diet sehat yang dibutuhkan tubuh dan di atur oleh ahlinya." Aku mengangguk saja.

"Oke, Jingga saya permisi dulu, kamu istirahat dan jangan dulu berjalan ya." Aku mengangguk lagi.

"Terima kasih dokter." Tante cantik yang mengucapkan terima kasih.

"Sama-sama Bu, permisi."

Dokter dan perawat sudah pergi. Tinggal aku dan mereka, entah siapa namanya.

"Jingga kenalkan saya Senja dan ini suami saya Angkasa. Kami orang tua Langit." Tante Senja memperkenalkan dirinya dan anaknya.

"Maafkan Langit ya, karena telah menabrak kamu." Oh ... jadi aku di tabrak. Pantas aku merasa seperti di hantam sesuatu, tapi syukurlah pria ini bertanggung jawab.

Aku hanya mengangguk, untuk menanggapi ucapannya.

...****...

Sudah seminggu lamanya aku di rawat di rumah sakit. Berat badanku sudah turun setengah kg.

Aku di bolehkan pulang tapi tetap tidak boleh banyak berjalan dan menggunakan lututku sebelum berat badan minimal 70 kg.

Itu pun belum maksimal. Aku disarankan untuk olahraga bersepeda agar lututku kuat.

Ngomong-ngomong masalah pulang. Aku harus pulang ke mana? Tidak mungkin aku kembali ke rumah itu. Untuk mengontrak pun aku tidak punya uang.

"Jingga, hm ... bagaimana kalau kamu pulang ke rumah Tante? Kami bertanggung jawab merawatmu sampai benar-benar sembuh. Kamu mau, kan?"

Apakah harus ku terima ajakan tante senja. Aku suka namanya berhubungan dengan namaku warna senja adalah Jingga.

Sepertinya aku tidak punya pilihan lain, mau tidak mau, aku harus menerima tawaran tante.

Aku mengangguk, tante tersenyum senang.

"Langit ayo cepat bereskan barang-barang Jingga. Kita pulang sekarang."

"Iya Mah." Om Langit membereskan semua barang, lucu sekali dia kadang terlihat garang tapi sangat nurut dengan Mamahnya.

Tante, orang yang baik dia juga ceria. Dia banyak bercerita mengenai keluarganya. Selama aku sakit, tante dan Langit bergantian menjagaku.

Langit membawakan kursi roda, kami turun ke bawah dengan Langit mendorong kursi rodaku.

Selama dalam perjalanan menuju rumah tante, Aku hanya diam memperhatikan jalan.

Sekarang kami sudah sampai di rumah Langit.

Rumahnya tampak besar dan mewah.

Langit turun lebih dulu dan memasang kursi roda, aku di gendong Langit dan didudukkan di kursi roda. Pasti dia merasa keberatan mengangkatku.

"Selamat datang di rumah kami Jingga, semoga kamu betah ya."

Aku memberi senyuman pada tante, senyum pertama yang ku perlihatkan.

"Berhubung kamu di kursi roda, kamar kamu di lantai satu ya."

Aku mengangguk. Kami sampai di kamar yang akan ku tempati selama di sini.

"Nah Jingga ini kamarmu, menutut dokter perlu waktu sekitar 6 minggu untuk kau sembuh total. Tapi kau bisa tinggal di sini selama yang kau mau. Tante malah senang karena tante akan punya teman."

Tante Senja terima kasih banyak, cuma tante yang memperlakukan aku seperti manusia. Tante menyambutku dengan hangat, dan mau berteman denganku. Andai bisa ku katakan itu dengan lantang. Tapi aku terlalu takut jika perlataanku nanti justru mengacaukan segalanya.

...----------------...

Maaf author lama up karena menunggu feedback dari Editor NT.

Maaf juga kalau masih ada typo.

Terima kasih sudah membaca cerita author yang receh ini.

Mohon dukungannya, beri like, komen dan masukin favorit. Jika berkenan bisa kirim author bunga atau Vote. Jangan lupa tekan 5 bintangnya... 😁 teima kasih😘😘😘

❤❤❤❤ love you all.❤❤❤❤

Di bawah ini aku sertakan link tentang masalah cedera lutut. Siapa tahu bermanfaat.

https://flexfreeclinic.com/artikel/detail/306?title\=tulang-lutut-bergeser-bagaimana-penanganannya tidak tersedia

https://flexfreeclinic.com/artikel/detail/306?title\=tulang-lutut-bergeser-bagaimana-penanganannya

Terpopuler

Comments

Bhebz

Bhebz

lanjutkan, menarik ceritanya

2022-05-02

0

Emma Risma

Emma Risma

keren kak, lanjutkan

2022-03-14

1

~🌹eveliniq🌹~

~🌹eveliniq🌹~

kerennn nih

2022-03-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!