Bab 19. Jingga Hamil

Roy segera membawa Angela pergi. Sebagian tim berada di sana untuk melihat situasi. Untunglah tim datang tepat pada waktunya, sehingga hal yang lebih fatal tidak terjadi. Mungkin Angela terluka tetapi itu lebih baik, jika mereka terlambat bisa saja nyawa Angela sudah melayang.

Rafael dan anak buahnya akan mencuri perhiasan, dia datang bersama Angela dan Bintang agar tidak di curigai. Tetapi justru para wanita inilah yang menghentikan mereka. Keadaan bertambah kacau ketika beberapa orang membantu Bintang yang terdesak, mereka akhirnya saling tembak menggunakan senjata api yang sudah menggunakan peredam suara.

Tim Angela pun tidak tahu siapa mereka. Namun, mereka terlihat seperti agen-agen terlatih. Tim Angela pun datang menolong Angela, Rafael kewalahan hingga akhirnya dia dan Kevin melarikan diri. Beberapa orang berusaha mengejar mereka, tetapi gagal larena banyaknya orang membuat mereka susah bergerak.

Semua itu terjadi begitu cepat saat lampu sedang mati, tetapi mereka semua sudah memakai kacamata infra red yang membuat mereka tetap bisa melihat di dalam gelap.

Tim Bintang terpaksa meninggalkan Bintang karena ada Langit di sana. Mereka tidak ingin sama sekali menampakkan diri pada keluarga Bintang atau lebih tepatnya tidak boleh.

Jingga di bawa ke markas, di sana sudah tersedia ruangan perawatan serta tim dokter yang menunggu Jingga. Begitu sampai, Jingga langsug di tangani.

Peluru yang berada di dalam perutnya diambil. Satu hal yang mengejutkan mereka ketika melakukan pemeriksaan tadi, untuk mengetahui letak peluru. Jingga ternyata sedang berbadan dua. Beruntung peluru tidak mengenai kandungannya melainkan di atasnya.

Operasi pengambilan peluru sukses di kerjakan. Kini mereka menunggu Jingga siuman. Sementara itu Bintang tertembak bahunya dia sudah menjalani operasi pengambilan peluru di rumah sakit.

Langit menunggui Bintang yang belum siuman. Bintang di tempatkan di kamar VIP. Langit tidak menghubungi orang tuanya karena takut mereka shock. Setelah menunggu selama 1 jam akhirnya Bintang siuman.

"Bintang!" panggil Langit. Bintang mengerjapkan matanya, dia lalu melihat ke arah kakaknya, Langit.

"Kak, minum," ucap Bintang pelan.

"Maaf sayang, Kakak gak bisa kasih minum. Kamu belum kentut semenjak operasi."

"Oh," ucap Bintang dia kembali melihat ke langit-langit ruangannya. Bintang sedang mengingat apa yang terjadi padanya.

Akhirnya dia ingat kalau dia di tembak oleh Kevin dan Jingga menolongnya. Jingga menjadi tamengnya dan berakhir tragis peluru itu mengenai perut Jingga. Saat Bintang akan menolong Jingga Kevin kembali menembak Bintang.

"Jingga!" Bintang bangun dari tidurnya, dia ingin tahu keadaan Jingga.

"Bintang! Kamu mau ke mana? Kamu tidak boleh turun dulu, badan kamu masih lemah." Langit mencegah Bintang turun.

"Tapi Kak, aku harus mengecek keadaan Jingga, dia terluka karena menolongku!" Bintang bersikeras ingin turun.

"Jingga? Dia terluka karena menolongmu? Apa maksudmu? Katakan semuanya pada Kakak!"

"Angela, Kak! Maksudku Angela bukan Jingga. Kakak salah dengar."

"Tidak Bintang, Kakak tidak salah dengar. Kamu lebih baik jujur pada Kakak!" Tatapan mata Langit sangat tajam penuh intimidasi pada Bintang.

"Kakak, jangan melihatku seperti itu." Bintang selalu takut jika Langit menatapnya tajam.

"Katakakan! Atau aku telepon Mamah dan Papah." Langit mengancam Bintang, membuatnya bingung. Bagai makan buah si malakama, kalau bilang identitas Jingga yang terbongkar kalau tidak bilang rahasianya yang akan terbongkar.

"Kakak harus merahasiakan ini dan jangan bertanya alasannya karena aku sendiri tidak tahu."

"Kamu jangan berbelit-belit, cepat katakan!"

"Iya, iya. Gak sabaran banget sih. Jadi Angela itu sebenarnya Jingga, Apa Kakak tidak merasa kemiripan di antara mereka? Aku saja yang baru melihat Angela merasa kalau dia sangat mirip dengan Jingga. Dugaanku ternyata benar kalau Angela adalah Jingga."

"Kakak juga sempat berpikir seperti itu, tapi kakak pikir mustahil. Ternyata benar dia adalah Jingga. Lalu apa maksudmu kalau dia terluka karena menolongmu?"

"Kevin menembakku dan Jingga langsung menjadi tamengku, dia lah yang terkena peluru itu, Jingga terjatuh lalu Kevin menembakku sekali lagi!"

"Kurang ajar! Dia berani menembak keluargaku. Lihat saja pembalasanku, akan ku hancurkan keluarga itu! Tetapi kenapa dia menembakmu?"

"Dia dan Tuan Rafael ingin mencuri berlian langka. Aku berusaha mencegahnya," ucap Bintang dan mendapat geplakan pada kepalanya.

"Kamu ngapain sok jagoan, membahayakan nyawa kamu mencegah mereka. Harusnya kau biarkan saja. Nyawamu lebih penting dari harta itu."

"Ish, Kakak. Mana mungkin aku diam saja melihat kejahatan di depan mataku!"

"Tetapi Bintang, bagaimana kamu bisa melihat kejadian itu? Bukankah saat itu sedang mati lampu ya?"

"Iya, tapi aku kan bisa lihat karena orangnya kan di sebelah aku." Bintang memberi alasan.

"Kok, masih terasa aneh ya."

"Sudahlah Kak, sekarang di mana Jingga? Apakah dia baik-baik saja."

"Entahlah, aku tidak tahu. Ada beberapa orang yang membawanya?"

"Di bawa ke mana? Apakah mereka tidak membawanya ke rumah sakit? Keadaan Jingga sangat parah, dia butuh pertolongan segera."

"Kakak tidak tahu di bawa ke mana?"

"Semoga dia baik-baik saja."

"Sekrang kamu istirahat, Kakak keluar dulu sebentar. Diam dan jangan pergi ke mana pun!"

"Iya, Kakak." Bintang kembali berbaring. Langit akan keluar sebentar.

"Kak, ponselku mana?" tanya Bintang. Langit berbalik dan menghampiri Bintang. Dia mengeluarkan ponsel Bintang dari saku celananya.

"Ini, jangan main ponsel terus. Kamu perlu banyak istirahat."

"Iya Kak." Bintang tersenyum dan mengambil ponsel dari tangan Langit. Dia lalu pergi ke luar.

Langit menelepon seseorang untuk memeriksa di mana Jingga. Dia juga bilang kalau Jingga terluka tembak. Mereka harus mencarinya di rumah sakit atau klinik.

***

Sementara orang yang Langit cari kini sedang berbaring di brankar, dia masih belum siuman setelah operasi.

Roy sedang berada di kamar itu hanya untuk melihat keadaanya sebentar. Masuk seorang wanita bernama Agnes.

"Apa kau tabu kalau dia sedang hamil?" tanya Agnes.

"Tidak sama sekali. Aku rasa dia juga tidak tahu, kalau tahu dia tidak akan membahayakan kandungannya sendiri," jawab Roy.

"Sepertinya begitu. Apa yang di alami Jingga sebenarnya?" Agnes bertanya lagi, dia merasa iba pada Jingga. Rasa tidak sukanya pada Jingga hilang, berganti rasa simpati.

"Aku tidak tahu, tapi waktu itu Jingga di temukan tengah malam dalam keadaan bingung dan pakaian yang sudah sobek." Roy ingat bagaimana dia dulu melihat Jingga untuk pertama kali.

"Kami tidak bertanya, karena tidak ingin dia mengingat kejadian yang buruk. Jingga juga tidak pernah memceritakan apa yang terjadi." lanjut Roy.

"Apakah kandungannya baik-baik saja?" tanya Agnes.

"Ya, Alhamdulillah kandungannya baik-baik saja. Aku harus pergi dulu. Titip dia, telepon aku jika sesuatu terjadi."

"Siap!"

Roy lalu pergi, dia akan melakukan tugasnya. Tak ada yang menyadari jari tangan Jingga bergerak, air mata mengalir dari ujung matanya.

...----------------...

Hai semua readers aku up lagi... Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang sudah menjalankannya. Maafkan kesalahan author ya... Terima kasih sudah membaca dan memberi like juga komen. Terima kasih juga bunganya. dan vote jangan lupa klik bintang 5 nya.. Semoga Allah memberikan kalian Rizki yang berlimpah, semoga selalu sehat ya.

Sambil nunggu up saya ada rekomendasi novel yang bagus dari author keren. Mampir ya kak.

Terpopuler

Comments

Ida Rubaedah

Ida Rubaedah

kenapa sampai langit bisa perkosa jingga author...

2022-10-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!