Selamat membaca.
Namaku Langit Biantara. Aku adalah seorang CEO dari perusahaan IT no 1 di Indonesia. Di umur yang menginjak usia 29 tahun aku cukup sukses dalam karirku, tapi tidak urusan percintaan.
Walau banyak wanita yang mengelilingiku, tidak ku temukan cinta. Aku hanya bersenang-senang melepas penat setelah seharian bekerja. Orang tuaku ingin aku segera menikah tapi sepertinya aku takut dengan pernikahan, dan hubungan yang mengikat.
Mungkin trauma melihat orang sekelilingku yang selalu curhat karena pusing dengan berbagai masalah setelah menikah. Bahkan Kakakku sampai bercerai. Orang tuaku juga bercerai walau mereka sudah rujuk kembali.
Saat ini aku berada di salah satu club malam di Jakarta.
"Ton, gue pulang dulu. Besok gue ada rapat."
"Tapi lo bisa Lang, pulang sendiri?
"Bisalah, udah biasa juga!"
"Iya, tapi kan, di luar hujan lebat, lo juga mabuk. Mending lo sewa supir deh."
"Gak usah. Gue gak begitu mabuk kok." Aku melihat ke arah wanita yang ada di pangkuanku.
"Aku pulang dulu cantik. Terima kasih sudah di temani." Aku memagutnya dalam sebagai tanda perpisahan.
Wanita itu, yang bahkan tidak ku tahu siapa namanya. Dia bangun setelah aku menciumnya. Lalu ku berikan dia uang.
Aku tidak pernah tidur dengan wanita just make out, sebatas itu. Karena bagiku berhubungan intim berarti terikat.
"Lang! Hati-hati." Teriak Anton.
"Sip."
Aku berjalan keluar menuju mobil. Walau agak sempoyongan tapi aku dapat melihat dengan jelas.
Mobilku di mana? Banyak sekali mobil sama yang di sini.
Oh, iya. Aku lupa.
Tit ... Tit ...
Nah itu mobilku. Langsung aku aku buka pintu dan masuk ke dalam mobil.
Sebentar, tutup pintu, pakai sabuk pengaman, nyalakan mobil. Mana lubangnya ...
Nah ini dia ketemu. Mobil sudah menyala. Aku menjalankan mobil pelan-pelan. Sedikit pusing memang, tapi aku masih dapat mengontrol diri.
Hujan, sangat lebat. Suara petir bergemuruh. Ponselku berdering, aku mengambil head set di dash board mobil.
Saat akan ku pasang, head set malah terjatuh. "Sial!" Aku lihat jalanan sepi, kemudian aku menunduk dan mengambil head set. Tak sengaja aku menginjak gas.
Brak ...
Aku langsung mengerem karena aku merasa menabrak sesuatu.
Gawat! Apa atau siapa yang ku tabrak?
Aku turun untuk mengecek keadaan.
"Astagfirullah, gue nabrak cewek!"
"Siapa cewek ini?"
"Mba ... mba ... !" Aduh gimana ini, mana sepi lagi. Tidak ada yang bisa dimintai tolong untuk mengangkatnya ke mobil.
Angkat sendiri mana kuat. Dia gemuk begitu.
Aku kembali ke mobil, mengambil ponsel dan menelepon ambulance.
Hujan lebat masih turun. Wanita itu kehujanan, kasihan dia. Aku ambil payung di bagasi. Lalu aku payungi wajahnya.
Wajahnya manis walau ada jerawat.
Lagian ini cewek ngapain tengah malam di sini hujan-hujanan. Eh tunggu dulu, dia bukan hantu kan? Aku sentuh dia untuk memastikan kalau dia manusia.
Syukurlah dia manusia. Mabukku langsung hilang, kalau dipikir-pikir, bisa saja aku lari, tapi aku adalah pria yang bertanggung jawab.
Dingin sekali rasanya. Bajuku basah, semakin dingin terkena angin malam.
Nguing ... Nguing ...
Akhirnya ambulance datang juga. Mereka kemudian membawa wanita itu. Aku mengikutinya dari belakang.
Sampai di rumah sakit, aku tidak langsung turun tapi mengganti bajuku. Untunglah aku selalu membawa salin.
Setelah selesai, aku ke dalam menyusul wanita tadi.
Aku bertanya pada petugas, pasien kecelakaan yang baru saja di bawa ke dalam.
Dia bilang pasien sedang diperiksa oleh dokter. Aku menunggu di ruang tunggu.
"Maaf, Mas. Anda yang bersama pasien kecelakaan itu?"
"Iya Sus."
"Mas, keluarganya?"
"Bukan Sus, saya orang yang tidak sengaja menabrak dia. Bagaimana keadaanya?"
"Maaf, tapi pasien meninggal dunia."
"Apa?" Innalillahi ... bagaimana ini? Aku secara tidak langsung telah membunuh wanita itu. Aku berjanji tidak akan pernah pulang dalam keadaan mabuk lagi.
"Terus, bagaimana Sus? Apa keluarganya bisa di hubungi? Kasihan wanita itu."
Aku merasa sangat bersalah. Aku meremas rambutku. Mengapa ini harus terjadi, ini karena aku takabur. Seharusnya aku mendengarkan Anton.
"Wanita? Maaf Mas? Tapi pasien yang meninggal adalah seorang pria."
"Apa? Mba bisa kerja yang bener gak, sih! Aku sudah panik dan merasa bersalah, ternyata Mba salah orang!" Aku marah pada suster ini. Hilang sudah kesopananku. Salah sendiri kenapa memberi infirmasi yang salah.
"Maaf Mas, tadi di tanya katanya iya."
"Kan memang dia pasien kecelakaan, makanya cari identitasnya yang benar!"
"Kan dia gak bawa identitas Mas. Kalau bukan Mas, berarti orangnya telah kabur!"
Perawat itu pergi. Aku kembali akan duduk.
"Mas, yang bersama pasien wanita itu?"
"Iya Dokter. Bagaimana keadaanya?"
"Dia mengalami, dislokasi pada lutut. Mas siapanya?"
"Saya yang bertanggung jawab pada pasien itu. Saya tidak sengaja menabraknya."
"Di sekujur badan wanita itu, terdapat luka cambuk. Sepertinya lukanya masih baru. Apa Anda tahu mengenai hal ini?"
"Saya tidak tahu, Dok. Saya baru bertemu dengannya, saya bahkan tidak menyentuh dia sama sekali. Setelah menabrak dia, saya langsung memanggil ambulance."
"Sepertinya wanita ini mengalami penyiksaan, punggung tangan dan paha terdapat luka cambukan, perutnya ungu seperti bekas tendangan. Ditambah kakinya mengalami dislokasi dan lutut. Pasien harus di rawat di rumah sakit."
"Baik Dok, rawat saja yang penting dia sembuh, saya yang akan menanggung semua biayanya."
Dokter itu kemudian pamit pergi. Aku ikut bersama perawat, untuk mengurus administrasinya.
Setelah beres aku kemudian menelepon ke mamah.
"Halo Mah, Langit sekarang ada di rumah sakit." Aku langsung bicara begitu telepon di angkat.
"Apa? Rumah sakit? Kamu kenapa?"
"Langit gak apa-apa Mah, tapi Langit nabrak orang. Dia harus di rawat."
"Mamah, kan udah bilang. Jangan suka keluyuran malam. Kamu sih gak pernah dengerin orang tua ngomong." Mamah marah-marah di seberang sana. Heran padahal dia kan baru bangun tidur.
"Iya, Mah."
"Udah gini aja, baru iya mah. Di rumah sakit mana?"
"Rumah sakit, Kasih Bunda."
Tut ...
Sambungan terputus. Mamah pasti sedang bersiap ke sini.
Sementara itu, pasien sudah akan di pindahkan ke kamar. Aku minta kelas yang paling mahal. Bukan apa-apa, aku ingin tidur dengan nyaman. Aku tidak mungkin membiarkan dia sendiri.
Pasien di bawa ke kamar VIP, aku mengikuti mereka di belakang. Wanita itu masih pingsan.
Sekarang aku berada di kamar mawar no 01.
Aku duduk di sofa memperhatikan wanita itu. Kasihan dia, sebenarnya apa yang di alaminya? Siapa yang sudah menyiksanya.
Tok ... Tok ...
Aku mendekati pintu begitu mendengar suara ketukan.
Ketika ku buka ternyata Mamah dan Papah.
"Kamu tidak apa-apa?"
"Tidak Mah, ayo masuk."
"Dia, orang yang kamu tabrak?"
"Iya."
"Parah gak, Lang?"
"Lututnya bergeser. Tapi sebenarnya sebelum kejadian itu sepertinya dia habis di siksa."
"Apa? Di siksa bagaimana?"
"Dokter bilang sekujur badannya ada luka cambukan, perutnya juga ungu seperti bekas di tendang. Wajahnya juga ada memar, Mamah liat sendiri."
"Kasihan sekali, Lang. Bahkan penderitaannya bertambah. Dia harus ditabrak olehmu." Mamah melotot padaku.
"Iya, Mah Langit juga merasa bersalah padanya. Karena itu Langit akan merawatnya sampai dia benar-benar pulih total. Dokter bilang dia harus diet karena lututnya tidak akan mampu menampu berat badannya. Bagaimana kalau dia tinggal di rumah kita? Sampai dia benar-benar sembuh."
"Mamah setuju. Kita harus bertanggung jawab dan merawatnya. Kita akan membawanya pulang."
"Ngh ... Bunda."
Terdengar suara lirihan. Alhamdulillah wanita itu sudah sadar.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
MandaNya Boy Arbeto❤️
seru nie
2022-04-26
0
selvi_19
bagus Thor ceritanya sudah aku masukan favorit, biar ada notif kalau bab selanjutnya di up
2022-03-14
0
SyaSyi
seru aku suka kak. mampir juga yuk di karya ku
2022-03-12
0