Sejak Jingga mengantar makanan ke kantor Langit, dan mungkin menyaksikan momen romantis Langit, Jingga tidak pernah lagi terlihat atau menampakkan batang hidungnya.
Langit pun tidak menemui Jingga, dia merasa dirinya tidak pantas untuk Jingga. Karena itu, dia menjaga jarak dengannya. Kini sudah sekitar 3 bulan kepergian Jingga dari rumah, dan mereka tidak pernah bertemu. Terakhir saat Langit mengantar Jingga mencari tempat kos.
Senja mamah Langit, selalu meminta pada Langit untuk di antar ke tempat kos Jingga. Dia merasa khawatir, karena Jingga tidak ada kabar, juga tidak pernah main ke rumah. Namun, Langit selalu menghindar dengan alasan sibuk.
"Lang, sekarang gak ada alasan lagi. Ini hari minggu, antar Mamah ke tempat Jingga!" Senja mengatakannya dengan tegas layaknya seorang atasan militer yang memerintah anak buahnya.
"Langit sibuk Mah, mau cuci mobil, terus ada pertemuan." Bermacam alasan Langit berikan untuk menghindari pertemuannya dengan Jingga.
"Pertemua apa hari minggu? Pertemuan dengan perempuan-perempuan yang haus belaian, gitu!"
"Apa, sih Mah? Ngarang aja. Langit ada reuni."
"Reuni para mantan atau reuni para jablay?" Senja kesal dengan kelakuan Langit. Ia tahu sepak terjang Langit. Dia juga tahu bagaimana sikap Langit terhadap wanita, serta prinsipnya.
"Astagfirullah Mah, sama anaknya kok jahat banget"
"Kamu! Yang jahat pada kaum wanita." Tatapan Senja nyalang pada Langit.
Dia merasa kecewa pada anaknya, karena selalu mempermainkan perasaan wanita.
"Ayo antar Mamah!" Senja mengambil tas dan pergi ke luar.
"Ya ampun, Mak gue galak banget." Langit segera menyusul ibunya. Dia tidak mau lagi dipelototi mamahnya.
Mereka sedang dalam perjalanan menuju tempat kos Jingga. Mobil yang dikendarainya melaju dengan kecepatan sedang.
Setelah menempuh jarak beberapa puluh menit sampailah mereka di tempat Jingga.
"Mah, di sini lelaki tidak boleh masuk. Jadi Mamah aja yang ke dalam, ya?" Langit memberi tahu pada mamahnya mengenai peraturan yang berlaku di tempat ini.
"Oh, gitu ya, bagus peraturannya, jadi Jingga aman. Ya udah, kamu tunggu di sini, Mamah masuk dulu!" Senja turun dati mobil dan menghampiri satpam.
"Assalamu'alaikum, maaf Pak bisa saya ketemu Jingga?" Senja bertanya pada satpamnya.
"Jingga? Maaf Bu, tapi Jingga sudah lama tidak di sini, dia sudah keluar kurang lebih satu bulan yang lalu."
"Apa? Keluar? kenapa ya dia keluar?"
"Maaf bu, kalau alasannya saya tidak tahu."
"Baiklah terima kasih ya Pak."
"Iya bu, sama-sama
Senja kembali ke mobil. Langit yang melihat Senja kembali masuk ke mobil bingung. Apakah Jingga tidak ada?
"Jingganya gak ada, Mah?" tanya Langit pada Senja yang sedang termenung.
"Tidak ada! Kata Pak Satpam dia sudah pindah, sekitar satu bulan yang lalu."
"Pindah? Ke mana?"
"Satpam juga tidak tahu." Langit melihat tempat kos Jingga. Ke mana Jingga pergi? Ada masalah apa yang membuat Jingga harus pergi? Semua pertanyaan itu melintas di pikirannya.
"Aku tahu tempat kerjanya, kita coba cari ke sana! Siapa tahu dia ada di sana." Langit menyalakan mobilnya lalu dia melajukannnya ke tempat kerja Jingga.
"Semoga saja," saut Senja.
Tak lama mereka sampai di tempat kerja Jingga. Langit turun lebih dulu di susul Senja. Mereka berdua memasuki restoran.
"Mah, duduk di situ aja." Langit meminta Senja untuk duduk, di salah satu kursi yang tersedia.
"Kita mau sekalian makan aja, Mah?" tanya Langit .
"Iya, boleh."
"Ok, Mba!" Langit memanggil pelayan.
"Silahkan Pak, Bu, mau pesan apa?" tanya pelayan itu.
"Sebentar saya lihat dulu menunya."
"Silahkan Bu?"
"Mba, sambil nunggu ibu saya, boleh saya tanya sesuatu?" Pelayan itu menautkan alisnya, dia bingung mau bertanya apa pelanggan ini sampai harus meminta izin.
"Boleh Pak." .
"Kalau boleh tahu, apa Jingga sekarang ada?" Pelayan itu terlihat bingung.
"Maaf, Jingga sudah keluar sekitar satu bulan yang lalu. Kalau boleh tahu, kalian siapanya Jingga?"
"Kami keluarganya. kami sudah ke tempat kosnya tapi dia sudah tidak di sana. Apa kamu tahu di mana Jingga tinggal?" Senja bertanya pada pelayan itu.
"Saya tidak tahu, Bu. Alasan dia keluar pun tidak ada yang tahu. Jingga saat itu datang dengan wajah yang sembab. Dia langsung menemui Ibu Fatimah, lalu pamit pada kami dan pergi dengan mobil." Mendengar itu, dia langsung melihat ke arah Langit. Mereka saling bertatapan.
"Terima kasih Mba, kami hanya ingin bertanya tentang Jingga, maaf sudah mengganggu waktunya." Langit dan Senja berdiri lalu pergi, tidak lupa Langit menyimpan uang merah senilai Rp 100.000,- di meja.
"Iya Bu, sama-sama," ucap pelayan itu. Dia lalu melihat ada selembar uang di atas meja. Dia lalu mengambilnya dan memberikannya pada Ibu Fatimah namun beliau memberikannya kembali pada pegawainya.
Senja dan Langit kembali ke mobil lalu pulang.
...***...
Langit sedang berada di kamarnya, ia sedang menelepon seseorang.
"Saya sudah kirimkan data serta fotonya, tolong cari sampai ketemu! Berapa pun akan saya bayar! Saya tunggu kabar selanjutnya." Langit mematikan ponselnya.
Langit menyewa detektif untuk mencari keberadaan Jingga. Dia merasa khawatir, apalagi setelah mendengar kalau Jingga keluar dengan keadaan mata sembab dan pergi naik mobil dengan seseorang. Pasti telah terjadi sesuatu pada Jingga.
Sementara itu nun jauh di seberang benua, di negara yang terkenal dengan jam besarnya, terlihat seorang wanita cantik sedang duduk sambil memperhatikan orang-orang yang berduel. Suara teriakan-teriakan terdengar, suara senjata yang beradu menjadi pengiring duel mereka.
Seorang pria menghampiri wanita itu. [Mereka bicara dalam bahasa inggris tapi langsung saya translete aja ya ke bahasa indonesia]
"Jingga, ayo latihan!"
"Saya lelah."
"Sama kita semua juga lelah, tapi kita harus latihan untuk kebaikan kita sendiri."
"Beri aku waktu istirahat, aku perlu mengisi energi ku."
"Ok! Aku kasih waktu 5 menit untuk istirahat."
"Apa? Kau kejam sekali, aku butuh setidaknya setengah jam untuk mengisi energi."
"Aku memaksamu latihan karena kau tahu betapa bahayanya pekerjaan kita. Aku cuma ingin agar kau selamat."
"iya aku tahu, tapi saat ini aku sedang merasa kurang enak badan." Jingga menatap pria itu dengan wajah memelas.
"Jangan melihatku seperti itu, aku tidak akan berubah pikiran." Pria itu langsung mengalihkan pandangannya dari wajah Jingga atau dia akan tergoda dan berubah pikiran.
"Oh, ayolah! aku tahu kamu orang yang baik."
"Tidak, aku orang yang kejam. Sekarang kamu latihan."
"Ayolah Pak, sebentar lagi." Jingga terus merayu pelatih itu. Mereka terus berdebat sampai pelatihnya merasa jengah.
"Cukup, sekarang aku berubah pikiran. Tidak ada istirahat bahkan untuk 1 menit sekalipun. Sekarang kamu pergi latihan, Cepat!" Pelatih itu marah dan dengan tegas menyuruh Jingga untuk latihan.
"Gak apa-apa. Aku sudah mendapatkan waktu istirahatku. Terima kasih Pak." Jingga pergi bergabung denga temannya sambil tersenyum.
Pria itu melongo, setelah sadar bahwa dia telah di kerjai, pria itu menggelengkan kepala.
"Hahahaha ... kau di tipu lagi olehnya."
"Dia yang terlalu pintar atau aku yang bodoh."
"Kau menjadi bodoh karena kau terpesona padanya."
"Aku terpesona? Gak lah."
"Ya, akui saja. Dia cantik, pintar, baik pandai bergaul. Siapa yang tidak suka padanya? Aku rasa semua pria di sini mengaguminya, dan kau salah satunya."
"Aku tidak terpesona olehnya!"
"Ya, kau terpesona."
"Tidak."
"Iya."
"Sudahlah, terserah kau saja, Ken. Lebih baik aku melatih mereka." Pria itu pergi bergabung dengan mereka yang sedang berlatih senjata dan berduel.
"RICH, HATI-HATI ATAU KAU AKAN SEMAKIN BODOH!" Pria yang di panggil Rich itu menengok dan mengacungkan jari tengahnya. Ken tertawa dan pergi melanjutkan pekerjaannya.
...----------------...
"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
MandaNya Boy Arbeto❤️
wah kerj apa nie senja
2022-04-26
0
Mel Rezki
lanjut 💪
2022-03-17
0