Bab 20. Langit Mencari Jingga

Mata cantik itu terbuka lalu mengerjap beberapa kali. "Kau sudah sadar?" tanya Agnes.

"Aku di mana?" Jingga menjawab pertanyaan, dengan bertanya lagi.

"Kamu di markas." jawab Agnes.

"Bagaimana keadaan Bintang?" tanyanya lagi dengan suara pelan.

"Entahlah kami meninggalkannya, tapi dia bersama kakaknya."

"Langit? Maksudmu ada Langit di sana?"

"Kenapa kau bertanya terus? Kau harus istirahat. Dari pada kau memikirkan orang lain, pikirkan dulu dirimu sendiri juga dia yang ada di dalam dirimu!"

"Dia?" tanya Jingga.

"Ya, dia anakmu. Kau sedang hamil sekarang!"

"Jadi aku benar-benar hamil, ini bukan mimpi? Aku pikir aku bermimpi." Jingga terkekeh.

"Kau tidak sedih?"

"Aku sedih, karena baru mengetahuinya. Aku hampir saja membunuhnya. Maafkan Mamah sayang. Berapa umurnya?" tanya Jingga pada Agnes.

"Kau tanya saja pada dokter nanti."

"Baiklah, terima kasih."

"Jangan berterima kasih padaku, aku hanya disuruh untuk menjagamu." Agnes bicara dengan ketus. Jingga tahu gengsi Agnes tinggi walau sebenarnya dia perduli. Jingga terkekeh, "Kau bisa menolaknya jika kau mau."

"Kau sudah sadar dan tampaknya kau baik-baik saja, aku pergi saja. Perutku lapar sekali menjaga orang sakit. Oh ya kamu jangan dulu makan dan minum apa pun, sampai dokter mengizinkannya. Kau harus berpuasa." Agnes lalu keluar.

Sepeninggal Agnes, Jingga memegang perutnya. Di sini ada sebuah nyawa yang bergantung di dalamnya. Darah dagingnya juga pria itu. Apa yang harus dia lakukan. Dia harus pergi dari tempat ini. Sekali lagi takdirnya berubah. Tempat ini terlalu berbahaya untuk anaknya.

Namun, saat ini dia tidak bisa berbuat apa pun. Keadaannya sedang lemah, untunglah tembakan itu tidak mengenai anaknya. "Kevin, lihatlah aku akan membalasmu!" gumam Jingga, matanya berkilat marah. Jingga terus berpikir langkah apa yang harus dia ambil untuk keselamatan anak dalam kandungannya?

...***...

"Kevin! Kamu bodoh, kamu hampir saja menggagalkan rencana saya!" Rafael marah pada Kevin.

"Maaf, saya tidak tahu kalau Bintang akan melawan. Juga Angela yang akan menolongnya. Semua di luar kendali saya."

"Sepertinya Angela adalah mata-mata. Beruntung supir kita melihat saat seseorang menenaruh pelacak di mobil."

"Iya, benar Tuan."

"Lain kali kita bereskan dia, sekarang kita fokus saja pada rencana kita. Bagaimana apakah sudah ada laporan?" tanya Rafael.

"Sudah Tuan. Mereka sudah memberi laporan, rencanamu berhasil sempurna."

"Lebih sempurna jika kedua wanita itu ikut juga, tapi sayang mereka bertingkah."

"Sudahlah, yang penting rencana awal kita berhasil. Mereka pasti berpikir kalau aku ingin mencuri perhiasan atau berlian-berlian itu. Tidak akan ada yang menyangka kalau aku sebenarnya mengincar yang lain."

"Kau memang pintar, Tuan."

"Mari kita rayakan, Kevin. Kita pergi ke tempat biasa." Rafael dan Kevin pergi bersama dari tempat itu.

...***...

Langit kembali ke ruangan Bintang pada saat malam. Bintang sedang berbaring sambil menonton televisi. Begitu dia melihat Langit, Bintang tampak senang.

"Kakak lama sekali, aku sudah kesal di sini sendirian. Aku ingin pulang saja, boleh ya?"

"Boleh, asal kau sudah sembuh."

"Aku sudah sembuh, cuma terkena peluru di bahu, tu adalah masalah kecil."

"Apa kau bisa berjalan?"

"Kakak, yang tertembak bahuku bukan kakiku. Kenapa aku tidak bisa jalan?"

"Kalau kau pulang, nanti Mamah akan bertanya mengenai luka itu, apa yang akan kau jawab?"

"Bilang saja bahuku terlilir."

"Apa kau sudah sering terkena luka tembak? Kau seperti sudah terbiasa."

"Tidak, tapi kau kan tahu aku suka latihan bela diri. Jadi masalah terluka sudah biasa."

"Aku tidak percaya. Aku merasa kau menyembunyikan sesuatu dariku."

"Tidak Kakak. Aku tidak menyembunyikan apa pun."

"Baiklah kita pulang tapi besok pagi saja. Aku malas menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Mamah. Sekarang kita tidur."

"Baik Kak."

Bintang lalu memejamkan matanya. Berbeda dengan Langit yang berbaring di sofa. Dia tidak bisa tidur, karena merasa khawatir pada Jingga. yang tidak bisa di temukan di mana pun.

Dia berjanji jika bertemu dengannya lagi. Langit akan mengatakan perasaan yang sebenarnya pada Jingga. Jika Jingga menolaknya, dia akan terus berjuang agar Jingga percaya.

Langit sudah meyakinkan hatinya. Dia ingin hidup bersama Jingga. Saat melihat Jingga seperti tadi. Langit takut akan kehilangan dia. Andai tadi dia mencegah mereka membawa Jingga, tapi Bintang pun terluka. Dia lebih memilih menolong adiknya. Semoga keadaan Jingga baik-baik saja.

...----------------...

Author up lagi semoga terhibur ya, terima kasih sudah membaca cerita author. jangan lupa like komen dan kirim bunga juga vote nya ya. Terima kasih semuanya.

Terpopuler

Comments

Tan Bernah

Tan Bernah

gak jelas ceritanya aneh lgsg jd agen trus lg hamil ketembak.. gak masuk akal

2022-04-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!