Langit Pov.
Enam minggu lebih sudah berlalu, kini Jingga sudah bisa berjalan normal bahkan berlari.
Kami sering berolahraga bersama, bersepeda ataupun jogging. Jingga pun sudah tidak gemuk lagi. Dia bahkan berubah total menjadi sangat cantik. Aku akui dia memang cantik dan sexy.
Lelaki manapun pasti akan meliriknya bila berpapasan dengan Jingga. Apalagi ketika Jingga memakai baju yang agak ketat, aku pun berusaha untuk mengalihkan pikiran mesumku.
Jingga sudah pintar berdandan, dan memilih pakaian. Berkat ajaran Kak Mentari dan Bintang.
Aku dengar dari Mamah kalau Jingga kemarin minta izin untuk pergi. Katanya dia tidak ingin merepotkan kami dan berencana untuk mencari kerja, tidak mungkin selamanya dia berpangku tangan. Ternyata pikirannya dewasa dan dia juga tahu diri. Tidak memanfaatkan orang lain untuk kepentingannya. Dia juga bukan cewek matre, nilai plus untuk Jingga. Karena selama ini, wanita yang ku kenal selalu modus dan matre.
Mamah sebenarnya berat melepas Jingga, tapi Mamah sadar, mungkin Jingga tidak nyaman bila berdiam diri dan tidak bekerja. Mamah dan yang lain sudah membujuk Jingga untuk tetap tinggal di sini walau dia bekerja, tapi dia menolak.
Hari ini Mamah akan mengajak Jingga shooping. Aku memberi kartu pada mamah untuk membeli semua keperluan Jingga. Mulai dari pakaian, sepatu, make up dan yang lain-lain untuk Jingga bekerja dan sehari-hari.
Ini tanggung jawab terakhirku pada Jingga. Agar dia bisa hidup lebih baik.
Jam sudah menunjukkan pukul 13.30, aku putuskan untuk pulang. Aku ingin melihat Jingga.
Saat sampai di rumah, Jingga tidak ada, mamah bilang dia pergi ke Kampus. Buat apa dia ke kampus? Apakah untuk mengurus cutinya? Padahal aku sudah mengurus cutinya selama 1 semester. Kalau tidak, dia pasti sudah di DO.
Aku menyusulnya ke kampus. Sampai di sana aku melihat para mahasiswa ssdang berkerumun terutama laki-laki aku pikir mereka ada orasi atau apa. Ternyata mereka mengerumuni Jingga. Wah kurang ajar! Mereka modus pada Jingga.
Aku mendengarkan apa yang mereka katakan.
"Kau sangat mengenal aku dan bahkan sering menghinaku. Apa kau lupa?" Oh, jadi mereka dulu sering membully Jingga dan sekarang saat Jingga sudah cantik mereka ingin mendekatinya, mimpi! Jingga mana mau dengan lelaki seperti itu.
"Menghinamu? Mana mungkin aku menghina wanita secantik dirimu?" Pria itu sepertinya yang paling dominan. Lagaknya sudah seperti playboy kampung.
"Aku dulu tidak seperti ini. Biar aku ingatkan kamu, aku adalah ...." Mereka pasti akan terkejut mendengar pengakuan Jingga.
"Gacu!" Apa itu Gacu? Rupanya mereka punya panggilan khusus untuk Jingga dan sepertinya itu bukan panggilan yang baik.
"HAH!" See semua terkejut mendengarnya.
"Gacu? Kamu Gacu? Aku tidak percaya! Kamu dulu ... gendut, ka ... kamu jerawatan, kucel, jelek." Kurang ajar dia menghina Jingga, makan tuh hinaan lo, sekarang Jingga sudah cantik dan lo mau dekatin Jingga. Ke laut aja lo sono! Aku menjadi emosi mendengarnya. Tidak boleh ada yang menghina dan mendekati Jinggaku.
"Jingga!" Aku menghampiri mereka dan memanggil Jingga.
"Om Langit." Jingga tampak terkejut melihatku. Aku berjalan melewati mereka.
"Ayo, Mamah sudah menunggumu!" Aku menggenggam tangannya dan menariknya pelan menuju ke mobil.
Semua memperhatikan kami. Aku tidak perduli. Aku terus berjalan menuju ke mobil. Saat ini aku hanya ingin membawa Jingga ke luar dari sini.
Entah bagaimana dia dulu melalui harinya sebagai mahasiswi di sini, tapi kelihatannya mereka memperlakukan Jingga tidak baik dan Jingga sepertinya tidak punya teman.
Aku ingin melindungi Jingga dari mereka dan seluruh orang di dunia ini yang menyakiti Jingga.
Setelah sampai mobil, ku bukakan pintu depan untuknya lalu aku tutup kembali setelah Jingga duduk.
Aku pun berlari menuju pintu lain di depan.
Setelah memastikan Jingga sudah nyaman dan memasang seatbelt, aku melajukan mobilku, meninggalkan kampus Jingga.
"Om, terima kasih ya, Om sudah mengurus cutiku untuk satu semester." Jingga sudah tahu, kalau aku mengurus cutinya.
"Hm ...!" Hanya itu jawabanku. Aku sedang malas bicara dengannya, entahlah aku merasakan sesuatu di hatiku.
Kami menikmati perjalanan dalam sunyi. Aku melajukan mobilku ke rumah.
Jalanan sangat macet. Kami sampai di rumah satu jam kemudian yang seharusnya hanya 15 menit, bila jalanan kosong.
Jingga turun lebih dulu dan langsung masuk ke dalam rumah.
Aku berusaha meraba hatiku. Apa yang kurasakan untuk Jingga? Aku tidak rela dia pergi.
...----------------...
Sore hari Jingga pamit pada kami. Mamah menyuruhku untuk mengantarkannya mencari tempat kos.
Jingga menolaknya tapi siapa yang bisa menolak ratu di rumah ini? Tidak ada.
Jingga akhirnya pasrah aku antar. Aku membantunya mencari tempat kos. Kami menemukan tempat yang bagus dan murah. Keamanan terjamin, itu yang terpenting karena Jingga perempuan. Tempat kos ini khusus wanita dan tamu di larang masuk ke dalam.
Aku sudah membayar untuk 3 bulan ke depan. Tadinya aku mau bayar untuk satu tahun tapi Jingga melarang.
"Om, terima kasih. Sekarang Om pulang aja, tidak enak sama yang lain."
"Oke, Jingga. Aku pulang! Jaga dirimu baik-baik dan seringlah main ke rumah. Kalau ada apa-apa kau bisa hubungi kami." Aku pamit pada Jingga dan pemilik kos.
...***...
Hari sudah pagi. Rumah ini tampak berbeda. Biasanya ada Jingga yang akan memasak sarapan dengan mamah.
Wajah mamah pun tidak seceria biasa.
"Mamah sudah rindu Jingga, dia sudah sarapan belum ya?"
"Mamah jangan terlalu memikirkan Jingga, dia sudah dewasa dan biasa hidup mandiri. Nanti Mamah bisa mengunjungi tempat kos nya kalau Mamah kangen." Papah berusaha menghilangkan kekhawatiran mamah.
Selesai sarapan aku langsung pamit pergi ke kantor. "Langit sudah selesai, aku langsung berangkat. Assalamu'alaikum."
Di tengah perjalanan aku putuskan untuk ke tempat kos Jingga melihat keadaannya sebentar.
Sampai di dekat kosnya aku tidak turun hanya mengawasi sebentar. Ternyata di kawasan ini banyak lelaki nongkrong. Aku pikir ini tempat yang aman.
Mereka menggoda Jingga saat dia melewati mereka.
Jingga hanya tersenyum dan terus berlalu. Tebar pesona, huh.
Jingga terus berjalan sampai ke depan dan naik angkutan umum. Mau ke mana dia? Aku mengikutinya dari belakang.
Jingga turun lalu berjalan lagi, Jingga berhenti di sebuah restoran. Sepanjang perjalanan banyak yang melirik Jingga bahkan ada yang tersandung karena terlalu fokus melihat Jingga.
Jingga masuk ke dalam restoran, 1 jam kemudian dia keluar memakai seragam pegawai restoran dan membuang sampah. Rupanya Jingga bekerja di sini. Cepat sekali dia mendapat pekerjaan. Kenapa harus pegawai restoran, bukan pegawai kantor?
Lihat mereka, pria-pria itu menatap Jingga seperti ingin memakannya.
Eh, kenapa aku jadi mengikuti Jingga dan mengawasinya? Kenapa aku marah saat ada pria yang menatap Jingga? Sadar Langit Jingga itu masih muda, mana mau dia dengan ku. Jingga juga bikin milikku, apa hakku untuk marah?
Apa aku mencintainya? Jangan sampai! Jingga juga tidak akan mencintaiku, dia tahu bagaimana aku. Jingga pantas mendapat yang lebih baik dariku. Aku harus menghilangkan perasaan ini dan berhenti mengawasi Jingga. Aku sudah tidak ada lagi hubungan dengannya.
Aku akhirnya melajukan mobilku ke kantor, tujuan awalku.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
MandaNya Boy Arbeto❤️
yakin tu bsa lupain jingga😂😂
2022-04-26
0