Alana mengunci dirinya di kamar tamu. Rayan sudah sangat diluar batas kali ini. Rayan membakar semua baju yang ada dilemari baju di kamarnya. Dan itu adalah baju baju yang biasa Alana kenakan. Lebih menyakitkan lagi Rayan mengatakan itu bukanlah baju Alana tetapi baju Sakura.
Tok tok tok
Ini sudah yang ke-3 kalinya Rayan mengetuk pintu tapi Alana sama sekali tidak merespon. Alana yakin sebenarnya Rayan bisa dengan gampang membuka pintu tersebut. Rayan hanya sedang berpura pura baik saja agar Alana luluh.
“Ketok saja sampai pintu itu berlubang. Aku tidak akan membukanya. Dasar suami kejam!” Umpat Alana sebal.
Sedang di depan pintu Rayan hanya bisa menghela napas. Tidak mudah memang meluluhkan hati seorang Alana.
“Ambilkan kunci duplikatnya.” Perintah Rayan pada seorang pelayan yang ada di belakangnya.
“Baik tuan.” Angguk si pelayan kemudian segera berlalu untuk mengambil kunci duplikat kamar yang menjadi tempat Alana mengurung diri.
Tidak lama pelayan itu kembali. Dengan penuh rasa hormat dia memberikan kunci duplikat yang di inginkan Rayan.
Rayan segera membuka pintu kamar tamu itu dan tersenyum saat mendapati Alana yang berbaring di atas ranjang dengan posisi membelakanginya.
“Alana.”
Alana enggan berbalik. Alana tau Rayan membuka pintu tapi Alana tidak perduli. Alana merasa sangat marah pada Rayan sekarang.
“Kamu marah?” Tanya Rayan pelan.
Merasa gemas Alana pun bangkit dari berbaringnya. Alana menatap kesal pada Rayan yang sepertinya sama sekali tidak merasa bersalah atas apa yang baru saja di lakukanya.
“Apa kamu melihat aku sedang tersenyum sekarang?” Tanya balik Alana menyindir Rayan.
Rayan tersenyum. Alana pasti tidak paham dengan maksudnya. Rayan mengangkat kedua tanganya dengan tatapan terus tertuju pada Alana.
“Kemari.” Perintahnya.
Alana mendelik. Rayan benar benar bermuka tembok menurutnya.
“Kamu pikir kamu siapa bisa menyuruhku seenaknya?” Ketus Alana.
“Aku suami kamu dan aku perintahkan kamu sekarang kesini.” Balas Rayan santai.
“Aku nggak mau.” Tegas Alana.
“Aku yang kesitu atau kamu yang kesini.” Dengan nada mengancam.
Alana berdecak. Rayan pasti akan melakukan sesuatu yang membuatnya semakin merasa kesal nanti jika Alana tidak menurutinya.
“Ck, iya iya aku kesitu.”
Alana melangkah dengan menghentak hentakan kedua kakinya. Begitu sampai di depan Rayan, Alana mendongak menatap Rayan mengangkat dagunya dengan begitu sangat berani.
“Apa? apa lagi yang kamu mau? Kamu mau memotong rambutku atau kamu juga mau meminta aku mengganti baju dengan baju bibi kemudian kamu bakar lagi baju ini? Jangan harap aku mau menurutinya Rayan.”
Rayan menggeleng kemudian meraih bahu Alana. Dengan lembut Rayan memeluk Alana yang langsung bungkam tanpa sedikitpun memberontak.
“Aku minta maaf..” Lirih Rayan di balik punggung Alana.
Alana hanya diam saja. Kekesalanya berangsur reda karna merasakan hangat dan lembutnya pelukan Rayan.
“Kamu nyebelin tau nggak.” Alana menyenderkan kepalanya di bahu tegap Rayan. Alana merasakan nyaman saat itu juga.
“Ya.. Aku memang menyebalkan. Sekarang jangan marah lagi dan maafkan aku.”
Alana mengerucutkan bibirnya.
“Enaknya sekali meminta maaf begitu gampang. Aku sangat marah tau.”
Rayan tersenyum geli. Alana begitu jujur dan lucu saat sedang marah.
Rayan melepaskan pelukanya kemudian menatap Alana dengan senyuman yang terukir di bibirnya.
“Aku bisa jelaskan.” Katanya.
“Aku tidak mau dengar.” Alana langsung menutup kedua telinganya menolak untuk mendengar apa yang akan di jelaskan Rayan.
Bukanya marah Rayan malah tertawa. Tingkah terbuka Alana membuatnya semakin merasa gemas.
Rayan membopong tubuh Alana membuat Alana memekik.
“Rayan!” Kesal Alana memukuli dada bidang Rayan namun pukulanya sama sekali tidak di hiraukan oleh Rayan. Rayan justru membaringkan Alana di atas ranjang kemudian menindihnya membuat Alana semakin memberontak.
“Aku tidak akan memaksa kalau kamu diam Alana.” Tekan Rayan.
Seketika Alana langsung diam. Alana takut Rayan memaksanya.
Rayan menghela napas kemudian bangkit dari atas Alana. Rayan duduk di tepi ranjang dengan posisi miring menatap Alana yang diam berbaring di sampingnya dengan posisi terlentang.
“Aku memusnahkan semua barang itu bukan tanpa alasan Alana. Bukankah kamu tidak mau aku terus menganggap kamu Sakura?”
Alana hanya diam saja. Tatapanya terus lurus ke langit langit kamar tidak menghiraukan tatapan Rayan yang terus mengarah padanya.
“Baju baju didalam lemari itu adalah baju baju yang aku beli untuk Sakura, bukan untuk kamu. Itu artinya semua itu milik Sakura karna aku membelinya atas nama Sakura.”
Alana menelan ludahnya. Denyutan ngilu itu kembali terasa di hatinya.
“Alana.. setiap kamu memakai baju itu aku teringat pada Sakura. Aku takut kalau kamu terus mengenakan satu persatu semua yang aku beli untuk Sakura kamu akan merasa sakit.”
Alana menoleh pelan pada Rayan. Pria tampan itu menatapnya dengan sangat penuh perhatian.
“Apa itu artinya sekarang kamu masih melihat aku sebagai Sakura karna baju ini?” Tanya Alana.
Meskipun ragu namun Rayan tetap menganggukan kepalanya. Rayan tidak ingin berbohong.
Melihat Rayan menganggukan kepalanya, Alana langsung bangkit dari berbaringnya. Alana meraih selimut tebal yang di tindih tubuhnya kemudian menutupi tubuhnya.
“Sekarang kamu berbalik.” Perintahnya.
Rayan mengeryit menatap tidak mengerti pada Alana.
“Aku bilang berbalik..” Gemas Alana kembali memerintah.
Tanpa berkata apapun Rayan menurut. Pria itu membalikan tubuhnya memunggungi Alana yang mulai melepas semua kain yang melekat ditubuhnya.
“Jangan berbalik sebelum aku perintahkan.” Katanya lagi.
Rayan hanya diam saja. Entah apa yang sedang Alana lakukan sekarang di belakangnya. Rayan penasaran dan ingin sekali menoleh tapi Rayan tau Alana pasti akan sangat marah padanya.
Pluk
Rayan terkejut begitu melihat baju yang di kenakan Alana terjatuh ke lantai. Pria itu bingung kenapa tiba tiba Alana melepas bajunya.
“Sekarang kamu boleh berbalik.”
Rayan menurut saja. Pria itu mendapati Alana yang sudah membalut tubuhnya menggunakan selimut tebal berwarna biru dongker.
“Kenapa?”
“Aku nggak mau pake baju itu karna kamu pasti akan terus melihat Sakura bukan aku.” Jawabnya.
Rayan langsung mengerti. Pria itu tersenyum merasa geli dengan apa yang di lakukan istrinya.
“Aku akan belikan semuanya untuk kamu nanti. Untuk malam ini kamu bisa pakai bajuku dulu.” Senyum Rayan.
“Benarkah?”
“Tentu saja.” Jawab Rayan tanpa ragu.
Alana langsung tersenyum lebar. Rasa kesal dan marahnya pada Rayan seketika sirna setelah penjelasan dari Rayan tentang semua yang di lakukanya.
“Terimakasih.” Lirih Alana tersenyum.
Rayan mengangkat tanganya dan membelai lembut pipi Alana. Rayan sudah tidak lagi punya pilihan. Menganggap Alana sebagai Sakura hanya akan menyiksa batinya juga Alana. Rayan mulai berpikir logis bahwa mungkin memang Alana adalah jodohnya yang sengaja tuhan pertemukan dan persatukan dengan cara yang tidak biasa tanpa cinta.
“Sudah malam, lebih baik kita tidur sekarang.”
“Iya..” Angguk Alana.
Rayan bangkit dari duduknya kemudian meraih tubuh Alana menggendongnya tanpa perduli dengan anggapan para pelayan di rumahnya karna Alana yang hanya mengenakan selimut untuk menutupi tubuh polosnya. Rayan membawa Alana kekamar mereka yang berada di lantai 3 rumah megah itu.
Visual
Alana Putri
Rayan Gilbert
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 215 Episodes
Comments
reza gaming 30
rayannya kurang bule
2022-04-14
1
L2r
lanjut
2022-03-04
2
Halimah Saadiyah
vicual cowoknya ngga cocok thor
2022-03-04
0