Seminggu sudah Alana berada di kediaman mewah milik Rayan. Sunyi, sepi Alana rasakan. Alana merasa sendiri tanpa satupun teman. Para pelayan yang ada di rumah itu sama sekali tidak bisa di ajak mengobrol. Mereka begitu kaku dan terlalu formal padanya. Benar benar membuat Alana merasa sangat tidak nyaman.
Alana bangkit dari duduknya ditepi ranjang. Pandanganya menyapu keseluruh ruangan luas itu. Tidak ada barang murah dikamar yang ditempatinya. Semuanya barang barang bagus berkualitas yang pasti sangat mahal harganya. Mulai dari guci yang berjejer di samping lemari baju sampai pernak pernik kecil yang membuat Alana tidak pernah bosan menatapnya.
Alana menghela napas. Seminggu ini Rayan tidak pernah lagi kelihatan. Tepatnya setelah kunjungan mereka ke rumah baru Sari. Pelayan bilang Rayan sedang berada di luar negeri untuk sebuah pekerjaan. Entah pekerjaan apa Alana tidak ingin tau. Alana justru merasa bersyukur karna Rayan tidak ada.
Alana melangkah mendekat pada tembok kaca di kamarnya. Tanganya menyentuh lembut permukaan halus kaca bening itu. Semuanya seperti mimpi. Alana tiba tiba harus menyandang status sebagai istri seorang kaya raya namun tidak Alana kenal. Jika Alana mencintai Rayan mungkin Alana akan sangat bahagia. Memiliki hunian mewah, banyak uang, juga bisa memenuhi semua yang Alana inginkan.
“Dion...”
Alana bergumam menyebut nama kekasihnya yang mungkin lebih pantas Alana anggap sebagai mantan kekasihnya. Dion sudah akan menikah dengan gadis lain. Sementara dirinya juga sudah menyandang status sebagai istri Rayan.
“Apa ini memang takdir yang harus aku jalani?”
Tatapan Alana tertuju pada langit mendung malam itu. Bahkan alam sepertinya ikut merasakan apa yang sedang Alana rasakan sekarang.
“Sakura..”
Lamunan Alana buyar. Sakura, lagi lagi nama itu keluar dari bibir Rayan. Alana kemudian membalikan tubuhnya. Di samping ranjangnya Rayan sudah berdiri dengan paperbag berukuran sedang yang di tentengnya. Pria tinggi tegap itu sudah tidak lagi mengenakan jas hitamnya. Lengan kemeja toska yang di kenakanya pun sudah di gulung sampai siku. Alana tidak bisa memungkiri bahwa Rayan memang sangat tampan.
“Harus berapa kali saya menegaskan padamu tuan muda, nama saya Alana bukan Sakura.”
Rayan mendesis pelan. Paras Alana benar benar sangat mirip dengan kekasihnya dulu, Sakura. Hal itu juga yang membuat Rayan langsung menikahi Alana tanpa pikir panjang. Rayan menganggap Alana adalah Sakura yang sudah lama menghilang dari sisinya. Rayan menganggap hadirnya Alana di sisinya sekarang adalah kembalinya Sakura.
“Maaf.. Alana.”
Alana mengangkat dagunya dengan berani. Alana tidak ingin terlihat lemah di depan siapapun sekarang termasuk Rayan, suaminya.
“Siapa Sakura sebenarnya? Kenapa anda selalu memanggil saya Sakura?”
Rayan berdecak. Alana tidak boleh dulu tau siapa Sakura sebenarnya.
“Kamu tidak punya hak menanyakan tentang itu padaku. Patuhlah sebagai istriku dengan begitu hidupmu akan mudah. Semuanya yang kamu inginkan bisa terpenuhi.” Kata Rayan dingin.
Alana mendelik. Rayan benar benar bersikap semaunya sendiri. Rayan tidak menghargai orang lain.
“Anda...”
“Besok bukankah adalah pesta pernikahan Dion? aku sudah bawakan gaun untuk kamu hadir di pesta besok. Aku harap kamu suka.” Sela Rayan.
Alana diam. Pikiranya kembali pada Dion yang memang akan menikah dengan gadis lain besok.
“Kamu datang sebagai istriku besok. Jadi jangan pernah menunjukan tampang menyedihkan sekalipun Dion adalah kekasihmu.”
Alana terkejut. Rayan bisa dengan tepat mengatakanya. Alana menatap Rayan yang melangkah masuk ke dalam kamar mandi. Pria itu benar benar sangat membingungkan.
“Ah istriku tolong ambilkan handuk !”
Alana berdecak namun tetap meraih handuk putih yang tersampir di sudut ruangan kemudian membawanya melangkah menuju kamar mandi untuk di berikan pada Rayan.
“Mau bergabung sayang?”
Rayan tersenyum meledek saat menerima handuk yang di berikan oleh Alana.
“Jangan mimpi tuan.” Balas Alana jutek.
Selesai membersihkan diri, Rayan mengajak untuk Alana makan malam di meja makan. Alana tidak menolak karna memang Alana juga sudah merasa lapar.
“Kamu sudah lihat gaunya?”
Alana berhenti mengunyah makanan dalam mulutnya. Alana sudah melihatnya. Gaun itu sangat mewah dan elegan. Dan tentang harganya Alana yakin pasti harganya setara dengan harga satu rumah mewah.
“Saya pikir gaunya terlalu berlebihan. Saya merasa tidak pantas.” Balas Alana tanpa menatap Rayan yang malah tertawa mendengarnya. Alana bingung dimana lucunya Alana berkata sampai Rayan bisa tertawa.
“Kamu istriku Alana. Apapun pantas kamu pakai sekarang. Ah atau mungkin gaunya terlalu jelek?”
Alana mengangkat kepalanya dengan cepat. Entah sekaya apa tuan muda di depanya sampai mengatai gaun semewah dan sebagus itu jelek. Sombong sekali.
“Jangan menyombong di depan saya Rayanza Gilbert.” Tekan Alana tidak suka.
“Aku tidak sedang menyombongkan diri istriku. Kamu saja yang terlalu tidak menghargai dirimu sendiri. Pantas saja kekasihmu lebih memilih menikah dengan gadis lain. Mungkin harga diri gadis itu tinggi sampai Dion-mu itu bertekuk lutut.”
Alana mengepalkan tanganya.
“Apa maksud anda tuan?”
“Kamu pikir aku takut dengan ekspresi marahmu eh? hey apa yang aku katakan benar. Kalau kamu ingin di hargai orang lain, hargai dulu dirimu sendiri.”
Alana marah. Rayan berkata seperti itu dengan sangat enteng.
“Anda tidak tau apa apa tentang menghargai orang lain tuan. Jadi tolong pikirkan dulu sebelum berucap sesuatu.”
Alana melepaskan sendok dan garpu yang di pegangnya kemudian bangkit dari duduknya dan berlalu meninggalkan Rayan sendiri di meja makan.
Rayan mengeram kesal. Pria itu merasa apa yang di katakanya benar. Alana terlalu merendah sehingga orang lain bisa dengan gampang meremehkanya.
Rayan ikut bangkit dari duduknya. Rayan merasa sudah tidak lagi berselera menyantap makan malamnya. Pria itu meraih segelas air putih dan menenggaknya sampai habis kemudian melangkah menuju ruang kerja pribadinya setelah meletakan gelas kosong itu di tempatnya semula.
Rayan mendudukan dirinya di kursi kerjanya. Tanganya meraih bingkai photo dimana seorang gadis bergaun putih bersih tersenyum manis berada disana. Dialah Sakura, kekasih hatinya, calon istrinya yang meninggal sehari sebelum mereka melangsungkan pernikahan.
“Sakura.. Dia sangat mirip denganmu..” Lirih Rayan menyentuh wajah cantik Sakura di photo itu. Sakura memang sama persis seperti Alana. Tapi sifat mereka berdua tidak sama dan Rayan bisa membedakan itu. Alana sangat keras kepala sangat jauh berbeda dengan Sakura yang lemah lembut dan bijaksana.
“Tapi kalian berbeda.. Kamu tetap yang ter-istimewa untuku juga hatiku..”
Rayan meneteskan air matanya. Rayan sangat merindukan sosok penuh pengertian Sakura. Sosok hebat yang selalu berada di belakangnya, mendukungnya, juga menyemangatinya. Sosok yang tidak akan pernah Rayan temukan lagi bahkan pada Alana yang begitu sangat mirip sekalipun.
“Sakura.. Aku merindukanmu..”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 215 Episodes
Comments
Emmaniez
Aku suka ceritanya bagus ... tapi yg like dikit ya ...🤔
2022-05-14
1
💞N⃟ʲᵃᵃ࿐yENni💖
kak sy suka sm karakter Alana perempuan yg tdk mudah melow.
2022-03-06
2
Nika Nugraha
visual nya dong thor
2022-02-27
1