Alana menatap paperbag yang memenuhi ranjang king zise-nya bahkan seluruh sudut kamarnya. Rayan benar benar tidak main main. Pria itu membelikan semuanya untuk Alana. Dari pakaian dalam sampai semuanya. Tas, hils, juga perlengkapan make up.
“Ini benar benar sangat berlebihan..” Gumam Alana.
Alana merasa tidak banyak memilih baju tadi siang. Tapi entah kenapa yang datang malah begitu banyak bahkan sampai mobil box yang mengantarkan.
“Kamu kenapa?”
Alana menoleh dan menemukan Rayan berdiri di ambang pintu kamar mereka. Pria itu baru saja menyelesaikan pekerjaanya di ruang kerjanya.
Alana melangkah mendekat pada Rayan.
“Kenapa menjadi sebanyak ini? Aku merasa tidak banyak memilih baju tadi siang.”
Rayan tersenyum kemudian menghela napas.
“Aku kan sudah bilang kamu harus terbiasa dengan semua ini Alana.”
Alana berdecak. Alana pikir dirinya bisa memilih sesuka hatinya apa yang dia mau.
“Begini Alana, kamu adalah nyonya di rumah ini. Apapun yang kamu pakai haruslah berharga.”
“Ck, Rayan. Tidak semua kemewahan semua orang suka. Contohnya aku, aku lebih suka kesederhanaan.”
Rayan tertawa. Pria itu meraih rambut panjang tergerai Alana memainkanya sedikit.
“Aku merasa ini sangatlah berlebihan.” Keluh Alana.
Rayan hanya diam saja. Apa yang di lakukanya untuk Alana belum ada apa apanya dengan apa yang Rayan lakukan untuk Sakura dulu. Tapi Alana sudah protes dan merasa semua yang Rayan berikan terlalu berlebihan.
“Rayan.. Aku mohon kedepanya jangan seperti ini. Aku tidak mau menjadi orang lain.”
Rayan mencium rambut Alana dengan kedua mata terpejam.
“Aku tidak bermaksud seperti itu Alana. Aku hanya sedang menjalankan peran sebagai seorang suami yang bisa membahagiakan istrinya.”
Alana diam. Menurutnya kebahagiaan tidak melulu harus dengan harta melimpah dan uang.
“Permisi tuan, nyonya.”
Alana dan Rayan kompak menoleh. Mereka menatap bibi yang berdiri di samping Rayan dengan menundukan kepalanya hormat pada Rayan.
“Ada apa?” Tanya Rayan tanpa basa basi.
Sedangkan Alana hanya diam saja menunggu bibi menjawab pertanyaan yang di lontarkan oleh Rayan.
“Di bawah ada tuan Sandi tuan.”
Rayan terkejut mendengarnya. Pria itu tidak menyangka Sandi akan datang langsung ke kediamanya. Sandi bahkan tidak memberitahunya lebih dulu jika dia akan datang malam ini.
Alana melirik Rayan. Alana bisa melihat ekspresi keterkejutan Rayan begitu bibi mengatakan tentang Sandi yang sudah berada di rumahnya.
“Siapa Sandi?” Tanya Alana penasaran.
Bibi hanya diam saja. Wanita tua itu tidak berani menjawab pertanyaan Alana. Selain takut Rayan marah, bibi juga merasa tidak berhak memberitahukan tentang siapa Sandi pada Alana.
“Dimana dia sekarang?” Tanya Rayan pelan.
“Tuan Sandi bilang akan ke ruang baca tuan.”
“Apa?!”
Rayan langsung berlalu begitu saja saat tau Sandi sedang berada di ruang baca. Rayan khawatir Sandi akan menanyakan tentang barang barang Sakura yang memang sudah tidak ada satupun disana.
“Kenapa dengan Rayan? Siapa itu Sandi? Kenapa sepertinya dia sangat panik?”
Bibi hanya diam saja. Bibi tidak berani menjawab pertanyaan Alana.
Karna bibi tidak menjawab, Alana menoleh. Alana berdecak kemudian segera menyusul Rayan.
“Nyonya, tunggu nyonya.”
Alana tidak menghiraukan panggilan bibi. Alana ingin tau siapa sebenarnya Sandi itu. Kenapa sepertinya Rayan sangat takut dan khawatir begitu tau Sandi berada di ruang baca.
Alana berlari menuruni anak tangga. Dalam hati Alana terus merutuk kenapa Rayan tidak menyediakan lift saja untuk mempermudah saat naik maupun turun.
Alana sampai di depan ruang baca dengan napas tersengal. Rasa capek karna berlarian saat menuruni anak tangga membuatnya sedikit susah mengatur pernapasanya.
Alana mendekat ke pintu yang sedikit terbuka mencoba mendengarkan percakapan antara Sandi dan Rayan.
“Kemana photo photo Sakura Rayan? Kenapa tidak ada satupun disini?”
Rayan diam sesaat. Pria itu mencoba memikirkan alasan untuk menjawab pertanyaan Sandi. Rayan tidak mau salah menjawab yang pasti akan menimbulkan kesalah pahaman.
“Apa kamu memindahkanya?” Tanya Sandi lagi.
Alana yang sedang menguping dicelah pintu semakin merasa penasaran. Alana menebak Sandi mungkin mempunyai hubungan dekat dengan Sakura.
“Om photo dan barang barang Sakura.. Semuanya sudah saya singkirkan.” Rayan menjawab dengan jujur. Apapun resikonya Rayan tidak perduli. Toh Sakura sudah tidak ada.
“Kamu singkirkan? Maksudnya bagaimana? Om tidak paham. Bisa kamu jelaskan apa maksud singkirkan itu Rayan?”
Rayan diam lagi. Rayan melirik kearah celah pintu yang terbuka dan tersenyum begitu melihat Alana yang sedang menguping. Seketika Rayan merasa seperti mendapat kekuatan di tengah perang. Rayan menatap pada Sandi yang masih menunggu jawaban atas pertanyaanya.
“Saya menyingkirkanya om. Saya membakar semua barang barang Sakura.” Jawab Rayan menjelaskan.
Sandi terkejut namun kemudian tertawa. Pria itu menganggap Rayan sedang bercanda.
“Bercanda kamu nggak lucu Rayan. Om tau kamu sangat mencintai Sakura. Kamu tidak mungkin melakukan itu.”
Rayan tersenyum lagi. Rayan kemudian melangkah pelan menuju pintu dan membukanya membuat Alana terkejut.
“Ya tuhan.. Rayan.”
Alana menelan ludahnya. Rayan mengetahuinya sedang menguping.
“Ayo masuk.” Ajak Rayan.
“Emm.. Tapi..”
“Bukanya kamu ingin tau apa yang sedang kami bicarakan? Masuklah. Tidak baik menguping.” Sela Rayan.
Alana menelan ludahnya. Malu sekali rasanya ketahuan menguping.
Rayan meraih pergelangan tangan Alana kemudian menuntunya mengajaknya masuk ke dalam ruang baca.
Sandi yang masih tidak percaya dengan penjelasan Rayan menoleh kearah Rayan dan Alana. Saat itu juga Sandi terdiam. Kedua matanya melebar melihat sosok Alana yang di tuntun Rayan masuk ke dalam ruangan itu.
“Sakura.. Putriku..” Lirih Sandi tidak percaya.
Rayan yang melihat keterkejutan di wajah Sandi hanya tersenyum. Rayan juga sangat terkejut saat pertama kali melihat Alana. Rayan bahkan menganggap Alana adalah Sakura yang kembali lagi untuknya.
“Rayan dia..”
“Kenalkan om ini Alana. Dia istri saya.” Kata Rayan memperkenalkan Alana.
Alana tersenyum kikuk pada Sandi. Dengan ragu Alana mengangkat tanganya bermaksud bersalaman dengan Sandi. Namun Sandi sama sekali tidak merespon. Sandi hanya diam menatap sosok Alana dari atas sampai bawah.
“Ini.. Apa yang kamu lakukan Rayan. Bagaimana mungkin kamu menyuruh wanita ini untuk menyerupai Sakura?!”
Alana mengeryit mendengar apa yang Sandi katakan. Dengan cepat Alana menarik tanganya. Sandi terlihat marah pada Rayan sekarang.
“Om tau kamu sangat mencintai Sakura. Tapi bukan seperti ini caranya Rayan. Dimana kesetiaan yang kamu pernah katakan pada Sakura? Sekarang kamu bahkan mengenalkan dia sebagai istri kamu. Lucu sekali.”
Rayan hanya diam saja. Sandi sedang emosi jadi Rayan merasa percuma jika menjelaskan. Sandi pasti tidak akan bisa paham. Sandi mungkin akan semakin marah padanya.
“Kamu.. Kamu keterlaluan Rayan.” Kata Sandi kemudian berlalu melewati Rayan dan Alana keluar dari ruang baca dengan langkah cepat.
Alana yang masih tidak mengerti dengan apa yang Sandi maksud hanya mengeryit.
“Dia siapa? Kenapa dia marah marah sama kamu Rayan?” Tanya Alana bingung.
“Namanya om Sandi. Dia adalah papahnya Sakura.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 215 Episodes
Comments
Halimah Saadiyah
kenapa papanya skura ngga suka rayan mencintai perempuan lain kenapa harus selalu mencintai anaknya sedangkan anaknya aja udah meninggal atau sebenarnya sakura masih hidup tpi di sembunyakan. hemmm jadi makin penasaran 😏😏😏
2022-03-05
1
Halimah Saadiyah
lah apa salahnya rayan kencintai orang lain lah wong sakura juga dah meninggal, masa iya rayan harus setia mencintai sakura trus ngga boleh nikah gtu
2022-03-05
0
Huang jiahong
lah sandi juga bego atau gimana org anak nya sudah mati,,, apa iya diaau Rayan juga seumur hidup gak menikah gtu,,,
2022-03-05
4