Malamnya Rayan pulang dengan rasa bahagia yang terus hinggap di hatinya. Rayan bahkan sampai beberapa kali memutar video Alana yang sedang mencari tau tentangnya pada bibi.
Rayan menghela napas. Dengan langkah pelan Rayan masuk ke dalam rumahnya. Pria itu mengedarkan pandanganya ke seluruh sudut rumah megahnya.
“Kamu sudah pulang Rayan.”
Rayan mengangkat sebelah alisnya bingung. Alana tidak lagi berbicara dengan bahasa baku padanya.
“Aku sudah membuatkan sesuatu untuk kamu. Ayo..”
Alana mendekat pada Rayan. Tanganya mengambil alih tas kerja yang di tenteng Rayan. Tidak hanya itu saja, Alana bahkan melingkarkan tanganya di lengan Rayan mengajak Rayan melangkah menuju meja makan.
Rayan sebenarnya bingung dengan perubahan tiba tiba Alana.
“Ayo duduk..”
Meskipun bingung tapi Rayan menurut saja saat Alana mendudukkanya di kursi di meja makan.
“Bibi bilang kamu suka udang asam manis. Aku baru saja belajar memasaknya sama bibi. Kamu bisa cicipin. Aku masak dengan resep dari bibi.” Senyum Alana sambil mengambil nasi untuk Rayan juga udang asam manis yang di buatnya dengan pengawasan langsung dari bibi.
Rayan menatap sepiring nasi juga udang asam manis yang baru saja di ambilkan Alana untuknya. Dari tampilanya, udang asam manis itu tidak ada bedanya dengan udang asam manis buatan bibi.
Rayan beralih menatap Alana yang sudah duduk di seberangnya dengan senyuman manis yang terukir di bibirnya.
“Kamu tidak memberikan racun di masakan kamu ini kan?”
Pertanyaan yang di lontarkan Rayan berhasil membuat senyuman manis di bibir Alana pudar.
“Aku tidak sejahat itu.” Jawab Alana kesal.
Rayan terus menatap Alana. Pria itu berharap Alana kembali memperlihatkan senyuman manis di bibirnya.
“Aku buatin ini untuk kamu sebagai tanda terimakasih aku karna kamu sudah membela aku di depan Dion. Juga hp barunya itu. Aku suka.” Kata Alana kemudian. Rencananya tidak boleh gagal. Alana harus menjadi istri yang baik untuk Rayan agar semua keinginanya terwujud.
Rayan terus menatap Alana. Bukan tidak percaya dengan apa yang Alana katakan. Rayan hanya merasa tidak ingin mengalihkan perhatianya sekarang pada istrinya itu.
“Eemm.. Kalau kamu nggak percaya aku akan cicipi dulu.”
Alana meraih sendok dan menyinduk udang asam manis di depanya. Namun saat akan menyuapkan ke dalam mulutnya tiba tiba Alana terdiam. Alana menatap Rayan yang terus menatapnya kemudian beralih menatap piring berisi nasi juga udang asam manis yang berada di depan Rayan.
“Kenapa diam?” Tanya Rayan mengangkat sebelah alisnya menatap Alana.
Alana tersenyum kemudian meletakkan sendok yang hampir dia suapkan ke mulutnya ke piring. Alana bangkit lalu mendekat pada Rayan.
“Biar lebih meyakinkan kamu.” Katanya kemudian menyinduk nasi dan udang asam manis yang sebelumnya Alana ambilkan untuk Rayan.
“Hey itu punyaku.” Protes Rayan.
Alana tertawa sambil mengunyah udang dan nasi tersebut. Dengan santai di letakkanya sendok tersebut kembali ke piring Rayan.
“Lihatkan aku tidak apa apa. Sekarang kamu harus makan juga.” Senyumnya.
Alana kembali menyendok nasi dan udang di piring Rayan tanpa memperdulikan ekspresi Rayan yang terlihat kesal.
“Aku suapin.” Alana menyodorkan sesendok nasi dan udang asam manis buatanya pada Rayan.
Rayan diam. Tatapanya perlahan mulai berubah dari kesal menjadi berbinar. Tapi Rayan tidak ingin terlihat bodoh. Rayan menutupi rasa bahagianya dengan ber-ekspresi datar.
“Ayolah.. setidaknya makan sesuap untuk menghargai usaha istri cantikmu ini tuan.”
“Istri?”
“Ya tuhan.. Jangan bilang kamu lupa ingatan. Aku Alana putri, istrimu.”
Rayan berdecak. Rayan tidak lupa ingatan. Rayan hanya bingung saja dengan perubahan derastis Alana.
“Aku sudah makan.” Rayan melengos.
Alana menghela napas. Gemas sebenarnya, tapi Alana harus bisa meluluhkan kerasnya Rayan demi bisa membalas rasa sakit hatinya pada Dion juga Michelle.
Alana meletakkan kembali sesendok nasi yang tadi disodorkan pada Rayan. Sebisa mungkin Alana berakting sedih kemudian pura pura menangis.
“Aku memang bukan Sakura. Tapi aku tetap istrimu Rayan. Tolong hargai aku sedikit saja.” Katanya di sertai isak tangis.
Rayan terkejut. Alana tiba tiba menjadi sangat cengeng.
“Aku membuatnya susah payah. Aku bahkan beberapa kali tertusuk capit udangnya. Rasanya sangat perih Rayan. Tapi kamu..”
“Oke aku makan.” Sela Rayan kemudian segera melahap makanan di piringnya.
Alana langsung tersenyum. Rayan tertipu dengan aktingnya.
“Dion, Michelle.. Tunggu pembalasanku.” Batin Alana merasa puas.
“Sekarang kamu puas?” Tanyanya menatap Alana.
“He'em.. Bagaimana rasanya?” Angguk Alana kemudian bertanya ingin tau apa pendapat Rayan tentang masakanya.
“Tidak seenak udang asam manis buatan bibi.” Jawab Rayan sambil menyantap kembali makananya. Rayan bahkan menambah lagi udang asam manisnya.
Melihat itu Alana menyipitkan kedua matanya.
“Tidak seenak buatan bibi tapi nambah.” Sindir Alana.
“Aku menghargai usahamu.” Jawab Rayan santai.
Alana menghela napas kemudian mendudukkan dirinya dikursi disamping Rayan. Alana menatap Rayan yang begitu lahap menyantap masakanya.
“Rayan..” Panggilnya.
“Hem..” Saut Rayan tanpa menoleh pada Alana.
“Kamu makan pakai sendok bekasku.”
Rayan langsung berhenti mengunyah. Pria itu menoleh menatap Alana yang menumpukan dagunya pada tangan kananya.
“Memangnya kenapa?” Tanyanya.
“Ya.. Nggak papa. Cuma memangnya kamu nggak jijik?”
Rayan tertawa pelan. Pria itu meraih segelas air putih dan menenggaknya sampai habis tidak tersisa.
“Aku khilaf.” Jawab Rayan kemudian bangkit dari duduknya meninggalkan Alana yang mendelik sebal mendengar jawaban atas pertanyaanya.
“Sialan! dasar suami tidak romantis.” Umpat Alana kesal.
Alana melirik udang asam manis buatanya. Kedua mata Alana membulat sempurna melihat piring yang digunakan untuk wadah udang asam manis buatanya sudah kosong tanpa satu ekorpun udang tersisa.
“Tidak seenak buatan bibi tapi di habisin.”
Saat di kamar Alana kembali mencoba menarik perhatian Rayan. Alana menyiapkan piyama untuk Rayan yang masih berada di dalam kamar mandi. Alana juga berhias agar Rayan tertarik padanya.
Suara pintu kamar mandi yang terbuka membuat Alana menoleh. Senyuman di bibirnya langsung pudar begitu melihat Rayan yang sudah mengenakan kaos lengan pendek warna putih polos dengan celana piyama coklat gelap.
“Aku sudah menyiapkan baju untukmu.” Katanya dengan wajah sendu.
Alana menatap kearah ranjang. Disana sudah ada piyama biru muda, warna yang senada dengan piyama yang dikenakkan Alana.
“Jadi maksudmu aku harus melepaskan yang aku pakai sekarang dan memakai apa yang kamu siapkan?” Tanya Rayan dengan ekspresi datar.
Alana menganggukkan kepala dengan wajah polos membuat Rayan tersenyum sinis.
“Aku tidak bodoh Alana, katakan apa yang sedang kamu rencanakan sebenarnya?”
Alana tersentak namun sebisa mungkin terlihat biasa saja di depan Rayan. Alana melangkah mendekat pada Rayan yang masih berdiri di depan pintu kamar mandi.
“Aku hanya ingin bertanya saja.”
“Tentang apa?”
“Tentang ucapan kamu waktu itu.”
Rayan mengeryit.
“Kamu bilang asal aku patuh apa yang aku inginkan semuanya bisa aku lakukan. Apa kamu serius?”
Rayan tersenyum miring. Tangan besarnya menyentuh dagu Alana kemudian mendongakkanya agar Alana menatapnya.
“Sudah aku duga. Kamu sedang menginginkan sesuatu.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 215 Episodes
Comments
Diah Anggraini
haaa.. rayain peka juga ternyata
2024-01-06
0
Huang jiahong
suami istri tapi kyk lgi berhadapan dgn musuh bebuyutan 😤😤😤
2022-03-02
2
Riyani
alana oh alana😁😁😁🤣🤣🤣
2022-03-02
1