Paginya Alana mengerjapkan kedua matanya saat merasakan sinar mentari pagi tepat mengenai matanya. Alana mengerang. Rasa kantuk masih menguasainya namun cahaya silau itu mengganggunya.
“Aku masih ngantuk.” Katanya sambil menaikan selimut menutupi seluruh tubuhnya sampai ujung kepala.
Rayan di pelaku pembuka hordeng berdecak. Pria itu merasa heran karna sejak menikah denganya sekalipun Alana tidak pernah bangun lebih dulu darinya.
“Bagaimana bisa menjadi istri yang baik dan patuh kalau sekali saja aku tidak pernah melihatmu rapi di pagi hari.” Sindir Rayan.
Mendengar sindiran Rayan kedua mata Alana langsung terbuka dengan sempurna. Rasa kantuk yang membuat kedua matanya terasa lengket langsung sirna begitu saja. Alana menurunkan kembali selimut tebal yang digunakan untuk melindungi kedua matanya dari sinar mentari pagi.
“Kamu ingin aku melakukan apa?” Tanya Alana sambil bangkit dari berbaringnya kemudian duduk. Rambut coklat terangnya begitu berantakan awut awutan.
“Hoam...” Alana menguap membuat Rayan menghela napas.
“Mandi dan dandan yang cantik.” Perintah Rayan.
Alana terdiam sesaat kemudian tertawa.
“Hanya itu?” Tanya Alana di sela tawanya.
Rayan berdecak. Sebenarnya bagaimanapun Alana dimata Rayan tetaplah cantik. Alana begitu natural membuat Rayan tidak pernah merasa bosan menatapnya. Bahkan jika tidak bisa memejamkan matanya di malam hari Rayan menatap Alana yang terlelap damai sampai akhirnya perlahan memejamkan kedua matanya tanpa sadar.
“Aku beri kamu waktu 15 menit.”
Tawa Alana langsung mereda.
“Apa? 15 menit?” Tanya Alana tidak percaya.
“Aku hitung dari sekarang.”
Alana kelabakan di atas ranjang. Ingin protes tapi sudah tidak ada waktu. Rayan pasti akan menarik ucapanya jika Alana tidak mendengarkan ucapanya pagi ini.
“Tambah 5 menit!” Seru Alana sambil masuk dan membanting pintu kamar mandi saat menutupnya.
Rayan diam diam tertawa. Pria itu merasa sangat terhibur dengan tingkah lucu Alana. Alana tidak protes dan melawanya seperti biasanya. Alana terlihat sangat polos, konyol, bahkan menggemaskan.
“20 Menit?” Rayan tampak berpikir sesaat.
“Tidak masalah.” Katanya sambil mengedikkan kedua bahunya tidak perduli.
Rayan mengancing kemeja putih yang di kenakanya. Senyumnya mengembang menatap pantulan wajah tampanya sendiri di cermin. Alana seperti sudah mulai masuk ke dalam kehidupan Rayan yang sesungguhnya.
Rayan menghela napas. Dulu Rayan merasa tidak akan pernah bisa lagi jatuh hati pada siapapun. Perasaanya seakan mati setelah kepergian Sakura. Tapi sekarang semuanya berbeda. Rayan sempat berpikir mungkin karna alana begitu mirip dengan Sakura. Tapi setelah di pikir lagi, Alana dan Sakura sangatlah berbeda. Mungkin dari fisik mereka sama. Tapi kepribadian mereka sangat berbeda. Sakura membuat Rayan merasa istimewa. Tapi Alana, dia mampu membuat Rayan merasa tertantang.
20 Menit kemudian Alana keluar dari kamar mandi. Alana tertawa menatap Rayan yang mendelik karna Alana tidak memakai handuk, tapi memakai kemeja hitam Rayan yang kotor dan Rayan sampirkan di kamar mandi.
“Aku lupa membawa handuk tadi.” Katanya.
Rayan melengos. Kemeja hitamnya begitu kontras dengan kulit putih bersih Alana. Dan penampilan Alana kali ini berhasil membuat sesuatu dalam diri Rayan bangkit.
“Kenapa tidak keramas?” Tanya Rayan sambil melangkah menuju nakas untuk mengambil hp nya. Rayan enggan menatap Alana yang terus berdiri dengan tampilan mengundangnya.
“Aku takut membuatmu menunggu terlalu lama jika keramas.”
Rayan hanya mengangguk saja. Mandi dengan waktu 20 menit bagi seorang wanita mungkin terasa seperti sekejap. Rayan tau itu.
“Tunggu apa lagi? Ayo ganti bajumu.”.
Alana menghela napas pelan. Padahal kemarin kemarin Rayan sangat manis padanya. Tapi sekarang, entah kenapa Rayan menjadi dingin padanya.
“Aku tidak mau.”
Rayan yang mulai mengikat dasi di kerah kemeja putih tulangnya mengeryit. Rayan menoleh kembali menatap Alana yang menatapnya sendu.
“Kenapa?” Tanyanya bingung.
Alana melangkah pelan pada Rayan yang berdiri di sisi ranjang king zise mereka. Alana menghela napas pelan mendongak menatap Rayan yang begitu tinggi menjulang di depanya.
“Kamu memintaku untuk patuh. Tapi kamu sendiri tiba tiba bersikap dingin padaku.” Katanya.
Rayan menelan ludahnya. Rayan bukan sengaja bersikap seperti itu. Rayan hanya tidak ingin terlihat bodoh dan seperti budak cinta dimata Alana. Itu pasti akan sangat memalukan.
“Rayan..” Panggil Alana meraih dasi yang belum dengan sempurna terpasang di kerah kemeja Rayan kemudian mulai mengikatnya dengan pelan.
Rayan hanya diam saja. Aroma mawar langsung masuk ke indra penciumanya begitu Alana berada di dekatnya.
“Kita ini suami istri bukan? Harusnya kita kompak, bukan malah berjarak.”
Rayan mengangkat sebelah alisnya. Dalam benaknya Rayan bertanya tanya apakah Alana sedang meminta di perhatikan secara tidak langsung.
Alana kembali menghela napas.
“Mungkin kamu tidak mencintaiku. Tapi.. Apa memang sudah tidak bisa?”
Rayan tidak tau harus menjawab apa. Alana, dia begitu pandai berbicara.
“Apa sudah selesai?” Tanya Rayan membuat raut sendu kembali terlihat di wajah cantik nan imut Alana.
“Belum. Masih banyak yang ingin aku katakan.” Jawabnya jujur.
Rayan diam lagi. Rayan tidak akan mampu menjawab pertanyaan Alana ataupun membalas ucapan Alana. Rayan tidak ingin salah bicara dan mempermalukan dirinya sendiri.
“Tapi ini sudah siang. Aku harus kekantor.”
Alana berdecak pelan. Rayan mendadak menjadi orang yang kaku.
“Aku lebih suka Rayan yang kemarin bukan yang sekarang.”
“Hem?”
“Sudahlah. Aku mau ganti baju.”
Alana hendak berlalu saat Rayan meraih dan memeluk pinggangnya dengan mesra.
“Bari aku waktu dan mohon sabar menunggu.”
Alana menunduk menatap sepasang tangan besar Rayan yang melingkar di perut ratanya.
“Aku bisa sabar tapi.. Bagaimana dengan ucapan kamu tentang itu..”
Rayan diam diam tersenyum. Sepertinya Alana memang tidak bodoh. Alana enggan melakukan sesuatu tanpa bayaran.
“Aku hanya ingin membalas sakit hatiku. Itu saja.” Lanjutnya.
Rayan memutar pelan tubuh Alana agar kembali menghadapnya. Perlahan Rayan mendekatkan wajahnya pada Alana yang hanya diam seperti patung dengan tatapan polos.
“Lakukan semaumu saja. Tapi jangan bertindak tanpa sepengetahuanku.” Bisik Rayan tepat di depan wajah Alana.
Senyum Alana langsung mengembang. Dengan sangat antusias, Alana menganggukan kepalanya.
“Kedepanya aku akan sangat bergantung padamu.” Senyumnya sumringah.
“Oh ya?”
Alana mengangguk lagi menjawab.
“Kalau begitu lakukan dengan baik. Jadilah wanita kuat yang tidak mudah di remehkan orang lain. Margamu Gilbert sekarang.” Kata Rayan menatap Alana serius.
Lagi, Alana menganggukan kepalanya.
“Aku ganti baju dulu.”
Saat Alana hendak melepas tangan Rayan dari pinggangnya Rayan menggeleng membuat Alana bertanya tanya.
“Kenapa?” Tanya Alana bingung.
Rayan tersenyum samar kemudian menoleh kesamping kanan mendekatkan pipinya pada Alana.
“Apa?” Alana kembali bertanya.
“Kiss me..” Kata Rayan pelan.
Alana tersenyum malu malu kemudian segera mengecup sekilas pipi tirus Rayan. Setelah memberikan kecupan singkatnya Alana berlari kekamar mandi dan menutup pintunya menghindari tatapan Rayan tanpa perduli dengan baju yang akan dikenakanya.
Rayan tersenyum sambil menyentuh pipinya yang di kecup Alana tadi.
“Hanya ciuman di pipi, tapi kenapa begitu mendebarkan?” Batin Rayan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 215 Episodes
Comments
Arsyalom Timothy
sweet.... sweet
2022-03-21
1
ℤℍ𝔼𝔼💜N⃟ʲᵃᵃ࿐ⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈
udh mulai benih2 kebucinan tumbuh😆😆😆
2022-03-03
2
Halimah Saadiyah
cie rayan dapat ciuman 😊😊😊
2022-03-02
0