Setelah kegiatan panas dan mengasyikan dua minggu yang lalu sepasang pengantin baru itu lakukan, membuat Pandu, laki-laki yang terkenal dengan dingin dan datar tanpa ekspresinya kini menjadi lebih banyak tersenyum, bahkan tertawa. Lyra yang melihat perubahan sang suami jelas merasa senang, karena sekarang laki-laki itu lebih bisa terbuka. Tapi? Tentu saja ada kata ‘tapi’ dalam setiap perubahan. Pandu selalu membuatnya jengkel juga kesal. Jika dulu ia kesal karena di abaikan, tapi sekarang Lyra kesal karena kejahilan laki-laki tampan yang tak lain adalah suaminya sendiri.
Pandu juga sudah mulai berani menampakkan perhatian, posesif, manja, bahkan mendaratkan ciumannya pada Lyra di depan keluarga bahkan sahabatnya. Ratih selaku ibu yang sedari kecil selalu mengasuh dan tahu bagaimana anak bungsunya tumbuh, cukup takjub melihat perubahan itu. Panji dan Bayu pun sampai menganga menyaksikannya.
“Ra, lo cairin es baloknya gimana sampai lumer begini?” tanya Panji yang masih tak percaya.
“Selama hidup di dunia, gue baru pertama kali lihat kulkas dua pintu ini menghangat.” Lanjutnya saat beberapa waktu lalu Pandu dan Lyra berkunjung ke rumah Bayu.
Dan yang paling membuat Lyra memerah layaknya kepiting rebus adalah ketika mereka berkunjung ke rumah Leon. Dimana saat itu kebetulan keluarga besar dari pihak Mama sedang bertamu. Pandu yang biasanya anteng duduk membiarkan Lyra mengobrol dan bercanda dengan sepupu-sepupunya, kali ini berubah menjadi sangat posesif dan selalu mengintil ke mana pun Lyra beranjak. Saat duduk, lengan Pandu selalu melingkar di perut dan pinggang Lyra, menyandarkan kepala Lyra di dada bidangnya dan sesekali mendaratkan kecupan pada puncak kepala atau bahkan pipi dan bibirnya. Lyra malu, karena keluarganya yang selalu mencie-cie kan, memuji betapa hangat dan romantisnya mereka.
Leon merasa Pandu jadi lebih sering tersenyum dan itu cukup menjadi tanda tanya bagi Leon, Linda dan Levin yang mengetahui bahwa menantunya itu sedari kecil tidak banyak berbicara bahkan berekspresi.
“Pan, Princess hamil, ya?” tanya Leon waktu itu. Pandu menaikan satu alisnya kemudian menggeleng.
“Tapi, kamu, kok, kelihatannya bahagia banget? Yakin Princess gak hamil?” kembali Leon bertanya masih dengan raut penasaran, semua orang yang berada di sana tentu memperhatikan.
“Ya, Pandu gak tau, Pa.” Jawab Pandu tak yakin, lalu menatap sang istri yang juga raut kebingungan sangat ketara di wajahnya.
“Yang, apa benar kamu hamil?” beralih Pandu bertanya pada sang istri yang di jawab gelengan tak yakin oleh Lyra.
“Coba besok kita cek ke Dokter kandungan ya?" ucap Pandu menatap lembut sang istri yang hanya memberikan anggukan kecil.
“Anjir ternyata adek gue udah di bobol! Bener-bener deh Si Pandu, masih sekolah padahal, udah main bobol aja!” seru Levin cukup keras, membuat Lyra dan Pandu malu bukan main, karena semua keluarga sudah terkekeh dan Leon menghampiri Lyra dan mengkhawatirkan sang putri yang pasti kesakitan.
Linda tersenyum maklum. “Gak usah malu, itu wajar, kok, karena kalian juga kan udah nikah, jadi sah-sah aja. Kecuali kalau belum nikah baru kalian malu, tapi Mama cuma pesan untuk kalian main aman dulu ya, satu tahun lagi. Setelah itu Mama gak masalah kalau kalian mau kasih cucu untuk kami.”
🍒🍒🍒
Jam baru menunjukan pukul 09:45 siang, Lyra merasa bosan, karena sedari tadi hanya duduk diam sambil menonton layar 60 inch yang tengah menayangkan sebuah berita. Pandu duduk di sampingnya seperti biasa memeluk tubuh ramping Lyra dengan posesif.
“Bosan Pan,” keluh Lyra pada sang suami.
“Jalan-jalan mau?” dengan berbinar Lyra dengan cepat mengangguk.
“Ya udah, kamu siap-siap, aku panasin mobil dulu. Nanti jangan lupa ambil ponsel sama dompet aku,” ucap Pandu seraya melepaskan tangannya yang melingkar di perut Lyra agar perempuan cantik itu terbebas dan dapat berlalu ke kamar untuk bersiap-siap.
Selesai dengan mematut diri di depan cermin, Lyra lalu meraih sling bag kecilnya, memasukan ponselnya juga ponsel Pandu, tak lupa juga dompet kulit berwarna hitam milik sang suami. Terlebih dulu ia melihat ke dapur membuka kulkas dan meneliti apa saja yang sekiranya sudah habis.
“Bi jaga rumah ya, Lily mau jalan-jalan dulu sama Pandu sekalian belanja bulanan.” Bi Nani yang sedang duduk di kursi sambil memotong-motong wortel mengangguk lalu menyebutkan bahan-bahan dapur apa saja yang sudah tidak memiliki stok.
“Ya udah, kalau gitu Lily berangkat ya, nanti kalau lupa Lily telepon Bibi.”
“Hati-hati Neng, pulangnya jangan lupa belikan Bibi rujak uleg ya.”
“Oke, siap.”
Setelah mengucapkan itu baru lah Lya benar-benar pergi. Bi Nani seorang janda dan tidak memiliki seorang anak, suaminya meninggal beberapa tahun lalu dan tidak berniat menikah lagi. Sedari Lyra masih Bayi dia sudah bekerja dengan kedua orang tuanya, itu makanya Bi Nani tidak merasa sungkan lagi. Bukan karena tidak tahu diri, tapi Leon dan Linda yang menyuruh, karena bagi mereka Bi Nani sudah di anggapnya sebagai keluarga, bukan Asisten Rumah Tangga lagi.
Lyra langsung masuk ke dalam mobil menyusul Pandu yang sudah menunggu di balik kemudi. Setelah sabuk pengaman sudah terpasang, baru lah Pandu melajukan mobil berwarna hitam itu ke luar dari pekarangan rumah dan meninggalkan komplek menuju pusat kota dimana Mall besar di kota ini berada.
Hanya membutuhkan waktu sekitar satu jam kurang, Pandu sudah memarkirkan mobilnya dan berjalan memasuki mall tersebut. Dengan stelan santai dan sederhana, sweeter polos berwarna hitam dan celana pendek selutut berwarna abu juga sepatu warna hitam kesukaannya menyempurnakan penampilan Pandu. Bersampingan dengan perempuan cantik nan imut yang juga mengenakan celana jeans hitam panjang dan di padukan dengan blus merah muda tanpa lengan, rambut yang di kuncir satu di samping kiri yang di tata sedemikain rupa memberikan kesan manis.
“Mau nonton dulu apa makan dulu?” tanya Pandu di tengah perjalanannya.
“Pesan tiketnya dulu aja, habis itu kita makan sambil nunggu jam tanyangnya.” Pandu mengangguk menyetujui usulan sang istri.
Sekitar sepuluh menit mengantri di bagian tiket untuk menonton tayangan yang akan mereka tonton, Lyra dan Pandu kembali berjalan mencari tempat makan yang masih berada di dalam mall tersebut, sampai akhirnya Lyra memutuskan untuk makan di sebuah café yang letaknya tidak terlalu jauh dari bioskop. Pandu hanya menurut ke mana pun sang istri melangkah.
Duduk di meja yang berada di tengah-tengah ruangan dan memesan saat sang pelayan menghampiri. Dalam duduk pun Pandu rasanya enggan melepaskan genggaman tangannya di tangan Lyra kalau saja tidak karena ia dan sang istri harus makan.
Selama makan Lyra tak hentinya berbicara, menceritakan apa saja yang menurutnya layak untuk di ceritakan dan tertawa saat mendapat hal lucu dari ceritanya. Pandu dengan sabar mendengarkan dan sesekali ikut tertawa. Kebahagiaan sederhana yang mengandung banyak makna. Setiap kali melihat tawa Lyra, hati Pandu merasa hangat, ia menyesal karena sempat menyia-nyiakan perempuan di depannya, dan beruntungnya ia sadar secepat ini.
Benar apa yang Panji pernah katakan saat pernikahan ini belum berlangsung, tidak akan sulit jatuh cinta pada perempuan seperti Lyra. Dan ya, Pandu membenarkan ucapan sang Kakak. Buktinya hanya dalam waktu yang terbilang singkat Pandu berhasil memiliki rasa itu, meskipun ia belum berani untuk menyampaikannya langsung pada Lyra.
Lampu bioskop mulai di matikan dan layar besar di depan sana mulai menyala, tanda bahwa Film akan segera di mulai. Pandu dan Lyra menjatuhkan pilihan pada Film horror yang memang baru rilis.
Berkali-kali Pandu maupun Lyra memaki saat suara yang sengaja di keraskan saat hantu muncul mengagetkannya. Lyra memeluk tubuh besar Pandu, menyembunyikan wajah pada dada bidang laki-laki yang dicintainya. Jelas Pandu membalas pelukan itu mengecup lembut puncak kepala Lyra penuh sayang.
Dua jam lebih duduk di ruangan gelap, akhirnya Pandu dan Lyra dapat bernapas lega saat lampu kembali menyala. Satu per satu orang keluar meninggalkan bioskop, setelah merasa sedikit lenggang barulah Lyra bangkit dari duduknya di susul Pandu yang malah mengecup bibir tipis pink beraroma strawberry dari lip balm yang Lyra gunakan. Inginnya Pandu ******* bibir mungil itu, tapi apa lah daya mereka merada di tempat umum saat ini. Menyesal kenapa tidak sedari tadi saat ruangan masih gelap. Memukul kepalanya, Pandu memakin dirinya sendiri yang berpikir mesum.
“Ke supermarket dulu, ya? belanja bulanan, setelah itu baru pulang.” Kata Lyra saat mereka baru saja keluar dari toko pakaian dan memebeli sepasang baju couple. Pandu mengangguk, menggandeng lengan mungil Lyra, berjalan menuju supermarket. Pandu mendorong troli sedang, dan terpaksa harus melepaskan genggaman tangannya.
“Yang, Mau naik gak?” tawar Pandu menunjuk ke arah troli yang di bawanya.
“Ih, kamu mah, dikira aku anak kecil apa!” cemberut Lyra, mencubit kecil lengan Pandu. Laki-laki tampan dan tinggi itu tertawa, menambah ke kesalan Lyra.
Satu jam, waktu yang di butuhkan sepasang suami istri muda itu untuk berkeliling dan memenuhi troli dengan berbagai macam barang mulai dari sayuran, buah-buahan, daging, cemilan, sirup, susu, sabun, bumbu dapur yang di pesan Bi Nani pun sudah masuk keranjang dan tinggal menghitung di kasir.
Lelah tentu saja mereka rasakan, tapi ini cukup menyenangkan bagi Pandu, bisa menemani sang istri berbelanja untuk kebutuhan rumah mereka. Pengalaman yang tak akan pernah Pandu lupakan dan berjanji untuk selalu menemani istrinya.
Saat jam sudah menunjukan pukul empat sore, sepasang suami istri itu sudah dalam perjalanan menuju pulang. Pandu menyetir menggunakan satu tangan, sedangkan satu tangannya lagi menggenggam telapak tangan Lyra, sesekali menciumnya dan kembali meletakannya di paha Pandu. Lyra tak perotes, karena bagaimana pun ia menyukainya.
“Berhenti sebentar di depan grobak rujak itu, Pan.” Pandu menaikan sebelah alisnya , tapi kemudian menurut.
“Kamu tunggu bentar, aku beli rujak dulu.” Belum sempat Pandu menjawab, Lyra sudah lebih dulu keluar dan menutup pintu mobil.
Pandu hanya menunggu di dalam mobil yang ia parkir di pinggir jalan, menunggu sang istri. Hingga sekitar lima belas menit, barulah Lyra kembali dengan dua kantung kresek hitam kecil di tangannya.
“Kamu ngidam, Yang?” tanya Pandu saat Lyra sudah duduk dan memasangkan sabuk pengamannya.
“Kamu sembarangan aja kalau ngomong. Emang makan rujak buat yang ngidam aja apa!” dengus Lyra.
Pandu terkekeh, “Ya, kali aja gitu kamu beneran ngidam.”
“Emang kamu udah siap jadi orang tua?” tanya Lyra menatap Pandu yang sedang menyetir.
“Ya, kalau emang kamu beneran hamil, aku akan berusaha untuk siap. Bagaimana pun juga kan aku yang bikin kamu hamil. Jadi, masa iya aku nolak.” Lyra menatap tepat pada mata hitam itu, untuk mencari kesungguhan dari apa yang di katakan suaminya.
Pandu tersenyum kemudian mengusap rambut Lyra gemas. “Ingat ya, kalau kamu emang hamil jangan sampai buat kamu murung. Kamu harus bersyukur, karena anak itu adalah titipan dari Tuhan. Jangan minder sama teman-teman kamu yang lain dan jangan merasa masa depan dan masa remaja kamu terenggut. Aku akan selalu berada di samping kamu, menemani kamu mengurus dan membesarkan anak kita. Kamu ingat, waktu itu kamu yang menginginkan menikah muda? Itu berarti kamu sudah memikirkan semua ini bukan?”tanya Pandu dengan lembut. Lyra mengangguk.
“Tapi, masa iya aku hamil, lagian aku kan selalu minum pil untuk mencegah.”
“Kok gak bilang aku?” Pandu menginjak rem mendadak saat mendengar ucapan Lyra.
“Kan barusan aku bilang.” Polos Lyra menjawab.
“Tapi nanti setelah lulus sekolah jangan minum itu lagi ya,” pinta Pandu yang kemudian di anguki Lyra dengan senyum manis yang terukir dari bibir mungilnya.
“Kayaknya kamu udah kebelet pengen jadi Papa. Biayanya besar loh, Pan?”
Pandu mengangguk. “Ya, aku kan kerja sayang, emangnya ini aku biayain kamu dapat uang dari mana?”
“Dari Papa Bayu.”
“Enak aja!” jitakan kecil mendarat di kening Lyra. “Aku beli saham Papa, sama simpan modal di cafe-nya Kak Panji. Jadi, tiap bulannya aku dapat uang sendiri.” Jelas Pandu. Lyra menaikan sebelah alisnya enggan percaya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
Sultan mah bebas
2022-01-04
0
Riska Wulandari
papa Leon ini ya bikin bingung..masa iya khawatir anaknya kesakitan anaknya waktu MP..🤣🤣🤣
2021-11-04
0
Merry Do Rego
aku mw hidup di dunia novel aja trllu indah, sakit hidup di dunia nyata
2021-10-06
0