Di hari minggu ini Pandu dan juga Lyra sudah berada di studio photo untuk melakukan pemotretan, prewedd. Lyra sudah cantik dengan riasan make up simple dan natural juga gaun pengantin warna putih yang mengembang dan panjang di bagian belakang. Pandu memakai jas hitam dengan Kemeja putih sebagai dalamannya. Dasi kupu-kupu berwarna merah mempercantik penampilan.
Lyra terpesona begitupun dengan Ratih yang menemani keduanya. Sesi pertama dimulai dengan pose yang saling berhadapan, senyum Lyra begitu natural, sedangkan Pandu masih saja menampilkan wajah datarnya. Berkali-kali sang photographer meminta Pandu untuk tersenyum, namun selalu gagal begitupun postur tubuh Pandu yang selalu terlalu kaku.
“Pandu yang benar dong, ah, kamu gimana sih!” omel Ratih yang kesal karena anak bungsunya yang selalu tak bisa diarahkan.
Lyra menghela napas lelah, saat pemotretan sesi kedua dengan gaun pengantin biru muda selesai, sang photographer menyuruh mereka untuk istirahat terlebih dulu sebelum nanti lanjut ke sesi terakhir dengan menggunakan kebaya modern berwarna merah menyala.
“Kamu capek ya, sayang?” tanya ratih lembut seraya mengusap lembut rambut panjang Lyra. Gadis cantik itu mengangguk dan menyandarkan kepalanya di bahu kiri Ratih. Pandu duduk di sisi sang mama sambil mengarahkan kipas angin kecil ke wajahnya tanpa mengatakan apa-apa.
“Mama Ratih dulu waktu hamil Pandu ngidamnya es batu sama triplek, ya?” Ratih tertawa, sementara Pandu melirik Lyra tak suka.
“Mama juga bingung, sayang. Perasaan dulu Mama gak ngidam yang aneh-aneh, tapi kok anaknya jadi model Pandu gini,” ucapnya sambil terkekeh yang diikuti Lyra.
“Tapi Kak Panji baik, ramah lagi. Sebenarnya kalau kak Panji belum punya tunangan Lyra pilih dia aja yang jadi suami Lyra nanti.” Kembali Ratih terkekeh, lalu membiarkan keduanya melanjutkan pemotretan.
Lyra dan Pandu berdiri di tengah ruangan yang berlatar belakang sebuah pohon pinus dengan pose keduanya yang saling berhadapan dan kening yang saling bersentuhan. Kini, Pandu sudah lumayan bisa diarahkan, dan wajahnya sudah tidak terlalu kaku lagi. Ada senyum meskipun tipis. Tapi itu sudah lumayan dan membuat hasilnya menjadi bagus.
Lyra dan Pandu menghela napas lega, karena akhirnya pemotretan selesai. Tinggal menunggu hasilnya yang akan keluar dua hari kemudian. Ratih membawa anak dan calon mantunya pulang untuk istirahat, karena hari pun memang sudah menjelang malam.
“Makasih Mama Ratih cantik udah nganterin Lyra sampai rumah. Mama sama Pandu hati-hati di jalannya ya.” Lyra mengecup pipi Ratih singkat lalu melambaikan tangannya saat mobil yang kali ini di kendarai Pandu melaju meninggalkan gerbang rumah keluarga Lyra.
🍒🍒🍒
Upacara hari senin sedang berlangsung, semua OSIS berdiri di belakang secara terpisah untuk mengamati satu per satu siswa yang tidak mematuhi peraturan, juga yang mengobrol selama upacara berlangsung dan membawanya untuk berpisah barisan.
Lyra kebagian mengawasi kelas XI IPS C -- kelasnya Dimas dan juga Leo. Barisan ini adalah yang paling ramai, karena Leo selalu saja menjahili dan menggoda murid lain. Lyra masuk ke dalam barisan itu dan berdiri tepat di samping Leo yang tengah menggoda perempuan barisan sebelah.
“Lele sayang, bisa fokus dulu ke upacara? Godain Nadinnya nanti, ya kalau sudah selesai." Lembut tapi sarat akan penekanan membuat Leo menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
“Eh ada yayang Lily. Maaf ya, sayang, Leo cuma bercanda kok. Jangan cemburu.” Jawaban ngaco Leo membuat Lyra memutarkan bola matanya jengah.
“Mau di jemur atau berhenti becanda?”
“Jangan dong Ly, nanti gue kepanasan terus kulit gue makin hitam. Gak ganteng lagi.”
“Leo Aryatama!!”
“Oke, gue diem!” putusnya pasrah saat mendengar Lyra yang sudah menyebut nama lengkapnya dengan nada rendah, di tambah sorot matanya yang seolah akan membunuh.
Inilah kenapa Lyra terpilih menjadi OSIS. Jika di sekolah-sekolah lain OSIS di pilih karena kepintaran dan keaktifannya dalam berorganisasi. Di SMA Kebaperan ini berbeda, OSIS dipilih langsung oleh guru. Yang pertama adalah siswa yang kreatif dan imajinatif, kedua tegas, bertanggung jawab, dan yang pasti memiliki jiwa pemimpin. Mereka yang menjadi OSIS apa lagi ketua OSIS bukan yang pintar dalam semua pelajaran tapi dia yang cerdas dan bisa mengarahkan anggotanya.
Bukan menindak, tapi mengarahkan.
Itu sebabnya Pandu terpilih menjadi ketua OSIS meskipun dirinya berada di kelas IPS, juga Lyra yang menjadi wakilnya. Bukan karena Lyra cantik, tapi karena gadis itu memiliki jiwa pemimpin, meskipun terlihat pecicilan, dia bisa tegas di saat-saat tertentu dan membuat si bandel menjadi tunduk.
“Lapor, upacara hari ini sudah selesai di laksanakan!”
“Bubarkan!”
“Balik kanan bubarrrr … jalan!”
Semua orang menghela napas lega termasuk Lyra. Satu per satu murid meninggalkan lapangan menuju kelas masing-masih, ada juga yang mampir ke kantin juga ke toilet. Memang, sehabis upacara ini sekolah memberikan istirahat selama sepuluh menit, setelah itu baru kembali masuk dan mulai pada pembelajaran selanjutnya.
Lyra memilih ke ruang OSIS bersama beberapa teman OSIS lainnya termasuk Luna. Devi memilih ke kelas begitupun dengan Amel.
Obrolan menemani langkah Lyra dan juga Luna yang berjalan berdampingan. Sesampainya di ruang OSIS, ternyata sudah ada beberapa orang yang sudah duduk selonjoran di lantai, kebanyakan laki-laki termasuk Pandu.
Tidak ada yang mereka lakukan selain mengobrol dan memainkan ponsel masing-masing. Lyra seperti biasa menggoda beberapa teman OSIS laki-laki yang memang dekat dengannya. Kadang juga mengganggu Rara dan Alven yang berpacaran atau membuat Pandu kesal. Ruang OSIS yang luasnya 4x5 meter itu riuh dengan tawa mereka.
Saat mendekati bel berbunyi satu per satu pamit kembali ke kelas masing-masing, sedangkan Lyra memilih untuk duduk di kursi ketua OSIS dan menelungkupkan wajahnya di lipatan tangan.
“Lo kenapa malah disitu, bukannya ke kelas?” Lyra mendongakkan kepalanya menatap Pandu yang baru saja bersuara.
“Gue gak ikut pelajaran deh, pusing. Mampir kelas gue, Pan, tolong izinin.” Ujarnya menyengir lebar lalu kembali menelungkupkan wajahnya di atas meja. Pandu mendengus kecil, namun kemudian mengangguk pelan sebelum keluar dari ruang tersebut meninggalkan Lyra seorang diri.
🍒🍒🍒
Devi, Luna dan Amel mendatangi ruang OSIS menemui Lyra yang tidak juga kembali ke kelas. Terlihat disana gadis mungil bermata bulat dan bulu mata lentik itu sepertinya baru saja bangun dari tidurnya.
“Lo kebo banget sih, Ra tidur sampai jam istirahat gini!” omel Devi berjalan menghampiri Lyra yang masih berusaha mengembalikan kesadarannya.
“Abis gue ngantuk banget. Kurang tidur gara-gara bantu Mama nyiapin persiapan untuk nikahan nanti.”
“Lo kok belum cerita sih siapa calon suami lo?” tanya Amel.
“Nanti juga kalian pada tahu kok.” Jawab Lyra singkat.
“Gitu lo mah, ih, main rahasia-rahasiaan,” ucap Luna cemberut.
“Bukan gitu, tapi ini udah jadi kesepakatan gue sama dia buat gak ngasih tahu dulu.” Ketiganya mengangguk paham. Mengerti dengan privasi yang sahabatnya inginkan.
“Lo kapan nikahnya?”
“Minggu depan.” Singkat Lyra menjawab pertanyaan yang di lontarkan Devi, yang nyatanya itu adalah kebohongan.
Bukan apa-apa Lyra memilih berbohong, ia hanya takut sahabat-sahabatnya itu tiba-tiba datang menghadiri pernikahan dirinya dan tahu bahwa Pandu-lah yang menjadi suaminya. Sebenarnya Lyra tidak keberatan, tapi Pandu yang menginginkan ini. Dan Lyra hanya menuruti keinginan laki-laki tampan itu, meskipun ia tidak tahu apa alasannya.
Tidak lama Leo dan Dimas datang, ikut duduk bergabung dengan keempat perempuan idola sekolah. Dengan wajah cerianya, Leo menghampiri Lyra dan duduk di sebelahnya, menyodorkan bungkusan yang dari baunya saja sudah dapat Lyra tebak bahwa itu adalah sosis bakar.
Dengan senang hati ia menerima dan tidak lupa mengucapkan terima kasih. Makan bersama-sama dengan di warnai canda dan tawa.
“Kenapa pada ngumpul disini? Kalian semua tahu ini bukan kantin!” tegur seseorang bersamaan dengan terbukanya pintu ruang OSIS.
Semua mata langsung menatap asal suara, di ambang pintu Pandu berdiri dengan wajah dingin dan tangan yang di lipat di dada, tatapannya tajam dan menusuk membuat siapa saja akan ketakutan, termasuk mereka yang berada di ruangan tersebut.
Lyra bangkit dari duduknya dan jalan mendekat ke arah Pandu. “Lo tenang aja, nanti gue beresin, kok. Mending sini lo ikut duduk, makan apa yang mereka semua bawa.” Lyra bicara dengan tenang dan menarik tangan Pandu untuk mendekat.
“Lo jangan galak-galak, Pan sama teman sendiri,” ucap Amel datar. Pandu menatap perempuan cantik itu sekilas kemudian mengangguk kecil.
Tanpa semua orang sadari Pandu selalu mencuri-curi pandang ke arah perempuan cantik yang duduk di depannya. Tawa manis gadis mungil itu selalu saja menambah getaran di dadanya. Pandu tidak pernah berani menatap tepat mata sipit itu. Etah kenapa, karena yang pasti ia seakan merasa lemah jika bertatapan dengan gadis cantik yang entah sejak kapan ia sukai.
Diam-diam ia selalu menatap wajah cantik itu, mengenang senyum manisnya dan menyimpannya dalam hati. Pandu ingin mendekatinya, tapi ia tidak tahu bagaimana caranya. Ia ingin jujur mengenai perasaannya kepada perempuan itu, namun tak ada cukup keberanian, ia terlalu takut untuk menerima kenyataan yang akan diterimanya nanti. Ia takut perempuan yang dicintainya akan menolak, atau lebih parahnya mungkin membencinya. Di hadapannya Pandu merasa menjadi pecundang.
Pernikahan akan di laksanakan dua hari lagi, dan itu menjadi beban berat untuk Pandu. Sebenarnya ia tidak menginginkan pernikahan ini, apa lagi dengan perempuan yang sama sekali tidak ia cintai. Tapi, Pandu tidak bisa menolak keinginan orang tuanya. Ia terlalu menyayangi Ratih dan Bayu, hingga untuk mengatakan tidak pun terasa berat. Padalah ia tahu orang tuanya tidak akan memaksa jika memang dirinya tidak mau.
Tatapan Pandu beralih pada Lyra yang tengah tertawa karena candaan dari Leo, laki-laki yang duduk tepat di sebelahnya. Beralih menatap lengan kiri gadis mungil bermata bulat itu menatap tepat pada jari manisnya yang terpasang cincin berlian, yang beberapa hari lalu ia sematkan. Cincin yang sama dengan yang dirinya miliki meskipun ia tidak memakainya seperti Lyra.
“Apa gue harus jujur sama lo, Ra?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Suzieqaisara Nazarudin
Pandu suka dan cinta sama Amel...
2022-06-09
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
pasti Amel yg di cintai pandu
2022-01-04
0
Riska Wulandari
ooo ternyata si mulut cabe Amel yg d sukai Pandu..
2021-11-04
0