Libur kenaikan kelas sudah tiba, membuat semua pelajar bahagia dan mulai merencanakan ke mana akan pergi dan apa yang akan dilakukan, tapi tidak dengan Lyra dan Pandu yang lebih memilih untuk tinggal di rumah, menghabiskan waktu berdua mengerjakan pekerjaan rumah bersama, memasak bersama, dan melakukan kegitan-kegiatan sederhana lainnya. Belajar memantaskan diri masing-masing untuk membangun rumah tangga yang lebih layak untuk kedepannya.
“Yang,” panggil Pandu, sambil memainkan jemari tangan Lyra yang begitu mungil.
"Hm," deheman singkat itu lah yang menjadi jawaban Lyra, yang saat ini fokus pada film yang di tayangkan di televisi.
“Sayang," sekali lagi Pandu memanggil, mencari perhatian istrinya.
“Apa sih Pandu?” kesal Lyra, yang merasa terganggu dengan panggilan-panggilan dari suaminya itu, karena acara menontonnya jadi tidak fokus.
“Kalau di panggil sama suami itu sambil nengok, bukan cuma nyaut.” Lyra yang duduk dengan posisi menyandar di dada bidang Pandu, langsung menengok ke arah laki-laki tampan itu, mengalihkan sejenak film yang di tontonnya.
“Ya udah, ada apa suamiku sayang?” lembut Lyra berucap, meski dengan senyum yang di paksakan. Pandu tersenyum dan membingkai wajah Lyra dengan telapak tangannya, mengecup sekilas bibir mungil di depannya itu.
Pandu menggeleng, “Gak apa-apa.” Lyra mendengus lalu memalingkan wajahnya, menatap kembali pada layar datar 60 inch itu dengan cemberut.
“Ke kamar yuk,” ajak Pandu saat beberapa menit terdiam, merasa bosan karena sang istri malah kembali asyik dengan tontonannya.
Dengan cepat Lyra menoleh. “Ngapain?” tanyanya manaikan sebelah alis.
“Bikin Baby.” Celetuk Pandu asal
Pletak.
“Masih sekolah Pandu!!” sentak Lyra dengan wajah yang sedikit memerah, entah karena kesal atau malu.
“Ya, gak apa-apa, kita kan udah nikah. Jadi, sah-sah aja dong.” Lyra terdiam mengingat statusnya saat ini, juga membenarkan apa yang di katakan suaminya. Status mereka memeng sudah sah, dan wajar jika sang suami menginginkannya.
“Kamu serius pengen?” tanya Lyra pelan. Pandu mengangguk.
“Sekarang banget?” kembali Pandu mengangguk.
Lyra masih menatap laki-laki yang menjabat sebagai suaminya itu, beberapa menit hanya saling pandang, dan akhirnya Lyra mengangguk setelah sebelumnya menghela napas dan menimbang-nimbang keputusannya.
“Ya udah deh, yuk.” Lyra bangkit dari duduknya, dan berjalan menaiki satu per satu anak tangga, meninggalkan Pandu yang masih terbengong di sofa.
Setelah mematikan televisi terlebih dulu, Pandu menyusul Lyra yang sudah memasuki kamar. Dilihatnya gadis itu tengah duduk di tepi ranjang sambil menunduk. Pandu sadar bahwa sang istri belum siap. Dan tadi ia berkata seperti itu niatnya hanya untuk menggoda istrinya, bercanda dan ingin melihat wajah kesal Lyra. Namun ternyata bukan wajah kesal dan malu-malu yang Pandu dapat, melainkan wajah pasrah, membuat Pandu jadi tidak tega juga serba salah bagaimana harus menanggapinya.
Pandu berjalan mendekat dan duduk di samping Lyra. Meraih wajah bulat itu agar menghadapnya. “Aku tadi bercanda, Ra. Jangan murung gini dong,” Pandu berucap dengan pelan, merasa bersalah.
Mendengar itu dari suaminya, bukan membuat Lyra bahagia atau sekiranya tersenyum, tapi gadis mungil itu malah menatap suaminya itu dengan marah, wajah putihnya berubah memerah dan lengan kecilnya berhasil mendarat di dada bidang Pandu, memukul dengan berutal hingga laki-laki tampan dengan tatapan bingungnya itu terjatuh di ranjang saking tidak siapnya menerima serangan tiba-tiba dari sang istri.
“Kamu kenapa sih, sayang?” bingung Pandu seraya menahan lengan Lyra yang terus memukulinya, dan itu cukup terasa sakit.
“Ya, kamu juga apa-apaan mainin perasaan aku kayak gitu? Sebagai istri aku merasa gak di hargai. Kamu pikir mengambil keputusan untuk menyetujui ajakan suami melakukan kewajibannya mudah? Aku perempuan yang statusnya sudah menjadi seorang istri, dan aku sadar selama ini aku belum pernah memenuhi kebutuhan biologis kamu, aku belum melayani kamu layaknya seorang istri, kenapa kamu malah menjadikan itu sebagai bercandaan? Usiaku memang masih sangat muda, bahkan aku kekanakan, tapi setidaknya aku tahu kewajibanku sebagai istri yang hukumnya dosa jika aku menolak."
Pandu tidak tahu akan mendapatkan respons seperti ini dari Lyra. Perempuan Bar-bar dan pecicilan itu ternyata bisa berpikir hingga ke sana. Bahkan karena candaannya, perempuan itu sampai meneteskan air mata. Jelas saja Pandu merasa bersalah, tapi ia juga bingung harus melakukan apa sekarang.
Lyra menyeka air matanya dengan kasar, meskipun percuma, karena bulir bening itu kembali lolos dan membasahi pipi chubby-nya. Bangkit dari duduknya, lalu melangkahkan kaki menuju pintu keluar, namun baru dua langkah saja tangannya dengan cepat di cekal oleh Pandu membuat ayunan kaki pendek itu terhenti. Beberapa kali mencoba menepis tangan besar Pandu, tetap saja ia tidak bisa, karena laki-laki itu malah semakin mempererat genggamannya. Menarik cukup kuat lengan mungil itu, hingga sang empu tangan berbalik dan terjatuh di atas dada bidang Pandu, yang kembali terbaring di ranjang. Setelah diam beberapa detik karena keterkejutannya, Lyra hendak menjauh, tapi tangan Pandu yang berada di pinggangnya menahan.
“Lepasin gu…”
Cup.
"Sialan! Lep..."
Cup.
"Pandu breng..."
Cup.
Kecupan demi kecupan Pandu mendarat saat Lyra terus berusaha melepaskan diri dan melayangkan makian untuknya. Dan itu membuat Lyra membelalakkan mata bulatnya, wajahnya memerah menahan malu juga kesal, dan begitu hendak kembali membebaskan diri setelah sadar dari keterkejutannya, nyatanya Pandu tidak membiarkan hal itu terjadi, laki-laki itu malah justru mendaratkan bibirnya di bibir Lyra, menekan tengkuknya untuk memperdalam ciuman meraka. Lyra awalnya hanya diam, sampai ada akhirnya ia tidak lagi sanggup untuk berontak. Terlalu terbuai dengan keterampilan suaminya dalam mengajak bibirnya bergulat.
Entah sudah keberapa kalinya Pandu menyicip bibir tipis istrinya yang memiliki rasa manis itu, karena hingga saat ini pun milik Lyra adalah satu-satunya yang Pandu sukai. Jujur saja, ia memang laki-laki dingin dan kaku, tapi dia juga pernah memiliki kekasih, dulu. Bahkan beberapa kali berganti pasangan dan beberapa kali juga merasakan ciuman atau bahkan sekedar kecupan, tapi baru kali ini ia merasakan kenikmatan yang tiada duanya. Mungkin alasannya karena sudah halal, atau mungkin memang bibir Lyra-lah yang rasanya memang nikmat, yang jelas pasti, Pandu begitu mendamba dan akan menjadikannya sebagai candu.
Lyra tidak lagi bisa menghindar, karena memang ia sudah memantapkan hati untuk menerima apa yang suaminya lakukan walau sebelumnya masih merasakan keraguan itu, tapi Lyra sadar bahwa ini kewajibannya dan hal yang memang berhak suaminya dapatkan.
Pandu merasa dunianya seperti jungkir balik, tidak menyangka bahwa akan seindah ini setelah menikah apa lagi memiliki Lyra yang kini sudah seutuhnya menjadi miliknya.
Kecupan terakhir Pandu berikan pada kening sang istri sebelum akhirnya ikut terlelap bersama Lyra yang sudah lebih dulu tertidur, karena lelah akibat aktivitas panas yang keduanya lakukan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
pdhl lyra Jngn mau
2022-01-04
0
Riska Wulandari
asyekkk
pengen banget lihat Pandu bucin sama Lyra..
2021-11-04
0
Raisa Byi04
ciuman udah masuk dlm aktivitas panas
2021-04-30
2