Jam sepuluh malam semua baru selesai bergotong royong membongkar panggung, membereskan kursi-kursi, sampah dan sebagainya. Lapangan kembali bersih dan siap digunakan untuk upacara hari senin besok. Lyra menyandarkan kepalanya di pundak Leo, duduk di lantai dingin pinggir lapangan. Mengistirahatkan tubuh dari lelah.
“Nih minum dulu, Ly." Leo menyodorkan sebotol air mineral yang sudah ia buka tutupnya. Lyra menerima dan langsung meneguknya hingga habis setengahnya, lalu di berikan kembali pada Leo.
“Lo pulang sama siapa?” tanya Leo, Lyra mengedikan bahunya.
“Laki lo gak jemput?”
“Gak tahu.”
“Ya udah bareng gue aja. Ambil barang-barang lo, gue tunggu di gerbang depan.”
Lyra mengangguk dan bangkit dari duduknya, berjalan menuju ruang OSIS untuk mengambil barang-barangnya. Teman-temannya yang lain banyak yang sudah pulang begitu semua selesai, sedangkan Lyra dan Leo memilih diam terlebih dulu di lapangan. Dimas sudah pulang dari beberapa menit lalu, sedangkan yang lainnya Lyra tidak tahu, termasuk ke mana perginya Pandu.
“Lo gak balik, Ra?” tanya Boby saat berpas-pasan di koridor dekat ruang guru.
“Ini baru mau pulang.”
“Jalan pulang ke sebelah sini, sayang, bukan ke sana,” ucap Baby sambil menunjukan lorong yang berada di sebelah kiri.
“Mau ke ruang OSIS dulu ngambil tas.” Boby akhirnya mengangguk.
“Kalau gitu gue duluan ya, lo berani 'kan ke sana sendiri?”
“Gue gak penakut kayak lo ya, Kak!” Boby tertawa dan mengacak rambut Lyra gemas sebelum akhirnya pergi.
Kembali, ia melanjutkan langkahnya menuju ruang OSIS yang hanya tinggal beberapa meter lagi. Lampu ruangan itu masih menyala, dan itu berarti masih ada orang. Tanpa mengetuk pintunya terlebih dulu, Lyra masuk, tapi tiba-tiba langkahnya terhenti dan mata bulatnya seakan ingin keluar dari tempatnya. Beberapa langkah didepannya, ia melihat Pandu dan Amel dalam posisi berpelukan, membuat hati Lyra sakit, matanya memanas, dan dadanya begitu sesak bagai tertimpa reruntuhan. Bukan hanya Lyra yang terkejut, tapi juga kedua orang itu sama terkejutnya dan segera menjauhkan tubuh masing-masing. Lyra dengan cepat mengubah ekspresinya agar terlihat biasa saja, kemudian tersenyum singkat.
“Sorry gue ganggu, cuma mau ngambil tas. Gak tahu kalau kalian lagi ...?”
Lyra kembali tersenyum tipis, kemudian melangkah menuju lemari kecil berwarna coklat yang berada di sudut ruangan dimana tasnya ia simpan. Lalu setelah itu dengan cepat keluar tanpa berpamitan terlebih dulu.
“Lama banget sih, Ly!” dengus Leo saat gadis cantik nan imut itu baru saja masuk ke dalam mobilnya.
“Sorry, Le tadi ngobrol dulu sama Kak Boby.” Lyra tidak sepenuhnya bohong.
Leo mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang meninggalkan pekarangan sekolah, menyalakan radio dan bernyanyi bersama dengan Lyra.
“Lo tinggal dimana sekarang, Ly?” tanya Leo membuka percakapan.
“Masih di komplek rumah Daddy, kok, cuma beda blok aja.”
“Tinggal cuma berdua doang sama laki lo?”
“Kagak lah, ada Pak satpam, Bi Nani juga 'kan ikut sama gue.” Leo menggangguk paham.
“Kapan-kapan boleh dong gue main, sekalian pengen kenalan sama laki lo?”
“Boleh, tapi nanti kalau laki gue ngizinin.” Leo mengangguk menyetujui.
“Stop disini, Le.”
Leo menghentikan laju mobilnya tepat di depan pagar hitam tinggi. Sayang ia tidak bisa melihat ke halaman rumah itu, karena pagar yang menghalangi. Lyra melepas sabuk pengamannya lalu turun dari mobil, tidak lupa mengucapkan terima kasih terlebih dulu.
Setelah mobil Leo sudah tidak terlihat, barulah Lyra meminta pak satpam untuk membukakan gerbang.
🍒🍒🍒
Alarm berbunyi mengganggu tidur nyenyak Lyra. Gadis cantik dengan rambut sedikit berantakan itu menggeliat. Namun di rasanya seperti ada beban berat di perutnya, dan saat ia berhasil membuka mata. Dapat Lyra lihat bahwa ada sebuah tangan yang melingkar. Semalam ia tidak sadar dengan kepulangan suaminya, karena setelah selesai mandi langsung tertidur saking lelahnya.
Masih ada rasa perih dan sesak saat melihat kejadian tadi malam. Bahkan saat mandi pun Lyra berhasil meneteskan air matanya. Lyra tidak menyangka bahwa keinginannya menikah muda akan seperti ini jadinya. Ia salah, karena mengira bahwa menikah muda akan menyenangkan. Andai waktu bisa di putar ulang, mungkin saat itu Lyra akan menolak untuk di jodohkan.
Tidak ingin larut dalam rasa sakit yang ia rasakan sendiri, Lyra bergegas berangkat kesekolah tanpa melihat lebih dulu Pandu sudah bangun atau belum. Ini adalah hari senin, hari dimana semua siswa dan pekerja kantoran mulai kembali pada aktivitasnya masing-masing.
Saat Lyra membuka gerbang bertepatan dengan bus sekolah datang, dengan cepat ia menyuruh bus tersebut untuk berhenti dan naik. Tadinya ia berniat untuk menaiki ojek atau angkutan umum, tapi berhubung ada bus sekolah, maka uang untuk ongkos kembali ia masukan ke dalam saku seragamnya dengan senang hati.
“Selamat pagi, Kakak-kakak, Adik-adik dan Bapak supir. Lyra yang cantik kembali hadir," sapa Lyra dengan ceria. “Pasti pada kangen deh, karena Lyra udah lama gak naik bus ini.”
“Kepedean banget lo, Ra!”
“Gue mah malah senang lo gak naik ini bus, suasana jadi tentram!”
“Kak Lyra ke mana aja emang?”
“Uhh, kangen kak Lyra.”
Itu lah sahutan-sahutan dari beberapa orang yang mengenal Lyra. Selain satu sekolah mereka juga satu komplek, tapi jujur saja, Lyra tidak terlalu hapal nama-nama mereka semua. Hanya wajahnya, itu pun kalau berpas-pasan di sekolah.
“Neng Lyra kok keluar dari rumah itu, bukannya rumah, Neng yang di depan ya?”
“Rumah Lyra 'kan banyak, Pak jadi Bapak jangan kaget kalau besok Lyra keluar dari pintu rumah yang lain lagi. Maklum anak sultan.” Ujar Lyra terkekeh, sementara yang lain menyorkinya.
Tiga puluh menit semua sudah turun dari dalam bus begitu juga dengan Lyra. Perempuan cantik bermata lentik itu berjalan dengan santai menuju kelasnya yang berada di lantai dua. Sesekali tersenyum saat mendapat sapaan dari adik kelas. Tidak jarang juga ia menjahili adik-adik kelasnya jika ada yang sedang bergerombol di tengah-tengah koridor. Entah itu mengagetkan mereka, menarik rambut salah satu dari mereka, meniup telinganya atau bahkan mengusap kakinya. Dan Lyra akan terbahak saat mereka yang dia kerjai menjerit ketakutan.
Lyra tidak mengenal mereka, tapi dengan cara itu ia bisa lebih akrab dengan mereka, meskipun tidak ia ketahui namanya. Lyra di kalangan adik kelas terkenal dengan sebutan si jahil, sedangkan di seangkatan dan kakak kelas lebih di kenal dengan sebutan si genit. Lyra tidak masalah, karena itu hanyalah becandaan dan selama ini pun Lyra tidak pernah keterlaluan dalam menjahili atau menggoda seseorang.
“Dari roman-roman senyumnya sih ini gue tahu lo abis berhasil ngerjain adik kelas lagi, nih pasti," tuduh Revan saat Lyra baru saja memasuki kelas dengan wajah merah bahagia. Lyra mengangguk dan menyeka setitik air di sudut matanya.
“Lo kalau mau jahilin ajak-ajak gue napa, Ra?” protes Revan.
“Kalau sama lo, gue gak yakin, Van. Yang ada nanti bukannya di jailin, tapi malah lo godain. Lo 'kan buaya!” tawa Lyra kembali pecah, sedangkan laki-laki tipis itu memberenggut kesal.
“Lyra!!!” teriak Devi dari ambang pintu.
“Gak usah teriak, Dev! Kuping gue masih normal.”
Devi berlari menghampiri Lyra, dan menarik perempuan itu untuk duduk di kursi. Devi menarik kepala Lyra dengan cepat dan membisikan sesuatu di telinga sahabatnya. Lyra menjauhkan kepalanya dan menatap sekilas pada Devi.
“Gue udah tahu, bahkan semalam gue lihat sesuatu yang bikin dada gue sesak banget,” ucap Lyra tersenyum miris.
“Yang benar, Ra? Gila sih itu, gue gak habis pikir, sumpah!"
“Terus gimana?” tanya Devi penasaran, tapi Lyra hanya mengedikan bahunya. “Lo nampar dia gak?” kali ini Lyra menggeleng.
“Gue langsung pergi. Dan gue udah tidur waktu dia pulang.”
“Lo tidurnya berdua sama dia?” Lyra mengangguk dan Devi membulatkan matanya tak percaya.
“Berarti lo sama dia …?”
“Ya, enggak lah, gila! Pikiran lo, Devi!”
“Ada apa sih, heh, kok gue gak di ajak bisik-bisik?” Revan ikut nimbrung dan duduk di atas meja.
“KEPO!” teriak Lyra dan Devi bersamaan, lalu keduanya tertawa melihat wajah cemberut laki-laki hitam manis itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Hendra Yenni
Penasaran sm cerita Nya.. MAU lompat bacanya,, tp Ngga ingin cpt tau ujung cerita Nya 😆😆mmmm
2022-02-17
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
lyra mending kamu bilang ke kakak mu Levin kl kamu gak bahagia😤😤
2022-01-04
1
Dewi Ansyari
nyebelin banget liat si pandu dengan si Amel..bikin Iyra jadi sesak napas
2021-05-08
0