Seminggu berlalu dan MOPD sudah terlaksana dengan baik. Kini mereka sudah resmi menjadi murid Kebaperan. Lyra dan OSIS-OSIS lainnya menghela napas lega, karena sungguh kegiatan itu menguras tenaga juga emosi mereka. Setelah melakukan upacara hari senin, Lyra dan Pandu berjalan menuju kelas masing-masing setelah sebelumnya mampir terlebih dulu ke kantin untuk membeli minum.
Kelas memang tidak di ubah acak lagi, karena pihak sekolah merasa itu tidak perlu, juga karena tidak ingin membuat murid-muridnya meras terganggu dan menghambat mereka dalam belajar. Meskipun awalnya Pandu berharap ada perubahan acak seperti tahun kemarin alasannya hanya satu, karena Pandu ingin sekelas dengan Lyra.
“Yang, Nanti istirahat ke ruang OSIS aja ya, gak usah kekantin.”
“Tapi aku mau beli sosis bakar dulu,” rengek Lyra.
“Nanti aku yang beli. Kamu langsung ke ruang OSIS aja,” ucap Pandu yang mau tak mau Lyra angguki.
“Emang mau apa di ruang OSIS, ada rapat?” Pandu menggeleng. “Terus?”
“Mau berduan aja sama kamu,” bisik Pandu di telinga Lyra, dan satu tiupan membuat perempuan ini merinding.
“Ih Pandu geli!” Pandu tertawa dan berlari menuju kelasnya, sedangkan Lyra mendengus.
Lyra masuk ke dalam kelas, menghampiri Devi yang tengah mengobrol dengan beberapa teman sekelasnya. Lyra duduk di bangkunya. Mendengarkan apa yang menjadi percakapan antara teman-teman perempuan sekelasnya. Setelah paham dengan topik yang mereka bicarakan, Lyra mendengus bosan dan berjalan keluar, duduk di kursi panjang depan kelasnya. Hari ini memang belum di mulai pembelajaran, karena guru-guru tengah mengadakan rapat. Entah mengenai apa.
Merasa mengantu,k akhirnya Lyra memutuskan ke UKS untuk tertidur. Beruntung UKS kosong dan penjaganya pun tidak ada. Lyra membaringkan tubuhnya di ranjang kecil dan keras UKS yang berada paling pojok, menutup kembali tirai berwarna biru muda itu sebelum memejamkan matanya.
Terdengar suara pintu yang terbuka membuat Lyra kembali membuka matanya merasa terganggu. Berniat untuk melihat siapa yang datang, tiba-tiba satu suara terdengar mengurungkan niatnya. Lyra kenal dengan suara barusan dan ia yakin bahwa tidak hanya satu orang yang masuk ke dalam ruangan sepi ini.
"Ini semua juga salah kamu, yang sudah memulainya, membuat aku terbiasa sama kamu, dan perasaan ini ada!"
"Kamu tahu sendiri aku sudah menikah, Mel. Oke, aku tahu, aku salah, karena sudah masuk ke dalam hidup kamu, menghadirkan perasaan itu dalam hati kamu. Tapi tolong hargai keputusan aku, Mel. Lyra istri aku, dan aku gak mau mengecewakannya. Aku gak mau lepasin dia hanya gara-gara kamu. Maaf."
Suara perdebatan itu sedikit Lyra dengar, dan sudut bibirnya terangkat mendengar jawaban dari laki-laki yang dapat Lyra tebak sebagai suaminya, mengingat suara itu yang memang milik Pandu. Suara tangis menyusul setelahnya, lalu keadaan berubah hening, membuat Lyra yang bersembunyi penasaran, dan sedikit menyibak tirai tipis itu untuk mengintip.
"Aku tahu kamu masih cinta aku, Pan."
Menyesal. Lyra merasa menyesal sudah mengintip, karena akhirnya ia harus merasakan dadanya sesak dan hatinya berdenyut nyeri. Lyra belum juga melepaskan tatapannya dari kedua orang yang sedang berciuman itu, sekuat tenaga menahan isakan agar tidak keluar dan kedua orang itu mengetahui keberadaannya.
Tadinya Lyra tidak ingin salah paham, mengira bahwa suaminya akan menolak ciuman yang di berikan Amel, tapi ternyata Lyra salah. Laki-laki itu malah membalasnya, membuktikan bahwa Pandu memang masih memiliki rasa cinta pada perempuan yang menjadi pujaannya selama ini. Bertambah kesakitan Lyra, dan tentu saja ia merasa dibohongi. Inginnya ia langsung menghampiri dan melayangkan tamparan pada kedua orang itu, tapi untuk saat ini Lyra terlalu lemah, dirinya tidak setegar itu untuk menghadapinya sekarang.
"Sekali lagi aku minta maaf."
Itu yang terakhir kali Lyra dengar sebelum dirinya menutup telinga, tidak ingin lagi mendengar apa pun yang keluar dari kedua orang itu.
Sampai jam istirahat Lyra menangis di UKS seorang diri, ia tidak tahu kapan kedua orang itu pergi, karena memang dirinya tidak ingin mengetahui itu, Lyra terlalu kecewa atas penghianatan sahabat juga suaminya
Mencuci wajahnya terlebih dulu di toilet UKS, Lyra kemudian keluar begitu di rasa penampilannya tidak sekacau sebelumnya.
Lyra berjalan menuju ruang OSIS seperti apa yang Pandu perintahkan tadi pagi. Mengirim pesan lebih dulu pada Leo untuk laki-laki itu ke ruang OSIS juga. Lyra duduk di kursi yang menghadap jendela menatap kaca bening yang tertutup kain tipis itu dengan tatapan kosong. Tak lama Leo datang dan duduk di samping Lyra.
“Kenapa nyuruh gue kesini?” tanya Leo.
“Gak apa-apa.” Singakat Lyra menjawab tanpa menoleh pada laki-laki di sampingnya.
“Lo lagi galau?” Lyra menatap laki-laki di depannya dengan tatapan yang tak dapat Leo jelaskan sendiri. “Lo habis nangis?” tanya Leo saat melihat mata bulat Lyra yang sedikit memerah.
“Sorry kalau gue harus manfaatin lo, Le.”
Belum juga Leo berhasil bertanya dari maksud ucapan sahabat cantiknya itu, tiba-tiba Lyra sudah menempelkan bibir mungilnya pada bibir tebal milik Leo. Mata Leo membulat, terkejut? Tentu saja, karena disaat Leo ingin menjauh, Lyra malah menahan tengkuk Leo untuk tetap berada di sana. Bibir mereka benar-benar menempel. Andai Leo tidak ingat bahwa perempuan di depannya sudah memiliki suami, sudah dapat di pastikan Leo dengan senang hati ******* bibir mungil itu.
“Apa yang kalian lakukan! Lyra! Leo!” geram Pandu yang langsung menarik tubuh Leo untuk menjauh. Wajah Pandu sudah memerah, marah bukan main.
“Apa yang kalian lakuin hah?!” sentak Pandu murka dan siap untuk melayangkan tinjuan pada Leo.
“Emang lo gak liat apa yang gue lakuin barusan?” pertanyaan yang di layangkan Lyra menghentikan pergerakan Pandu, menatap sang istri dengan raut bertanya. "Gimana rasanya lihat milik lo ciuman sama orang lain?” kembali pertanyaan Lyra layangkan. Pandu membatu, sedangkan Leo mulai sedikit paham dengan keadaan ini, termasuk perkataan terakhir Lyra sebelum perempuan itu mendaratkan bibirnya.
“Maksud kamu apa sih, Ra?” entah bingung atau pura-pura bingung, karena sekarang Lyra merasa muak pada laki-laki yang berstatus sebagai suaminya itu.
“Haha, pura-pura **** ternyata!” tawa Lyra sinis. Lyra menarik Leo cukup kuat, membuat laki-laki tampan dengan wajah cengonya itu menubruk tubuh Lyra. Langsung Lyra mendaratkan kembali bibirnya di bibir Leo. Pandu jelas tidak tinggal diam dan menarik tubuh keduanya cukup kuat agar saling menjauh.
“Lyra, berani kamu melakukan ini di hadapan suami kamu sendiri!” sentakan marah Pandu tidak juga membuat Lyra takut. Justru perempuan mungil itu malah menatapnya menantang.
Leo bingung harus melakukan apa, karena dirinya tentu saja masih shock dengan ciuman yang di berikan Lyra, terlebih dirinya terlalu bingung harus memposisikan diri seperti apa di tengah-tengah pertengkaran rumah tangga sahabatnya.
“Setidaknya gue ngelakuin ini di depan lo. Gak seperti yang lo lakuin sama Amel tadi pagi!” Pandu diam membisu tidak menyangka sang istri akan mengetahui perbuatannya.
“Kenapa lo diam? Baru ingat? Kalau mau berhianat lihat-lihat tempat, Pan!”
“Ra, itu ga…"
“Apa? Gak kayak yang gue pikirin? Emang, tapi itu seperti yang gue lihat!” Pandu semakin membeku di tempatnya.
“Lo mau ngelak, hah? Tapi, sayang lo gak bisa, Pandu, karena gue lihat itu secara langsung, dengan kedua mata gue sendiri! Lo gak tahu 'kan kalau gue ada di sana?” air mata Lyra sudah mulai menetas membasahi pipi bulatnya.
“Haha, jelas lah lo gak sadar karena saking asyiknya ciuman sama perempuan tercinta lo itu. Mau gue ingetin bagaimana ciuman kalian? Atau mau gue contohin?” tanya Lyra pada Pandu yang menatapnya penuh penyesalan.
“Le, sini gue tunjukin gimana mereka ciuman, biar lo tahu rasanya seperti apa dan lo dapat menilai sendiri.” Lyra menarik kembali tubuh Leo, namun dengan cepat Pandu menahan dan membawa tubuh mungil itu ke dalam pelukannya.
Lyra terus meronta, meminta di lepaskan tapi Pandu malah semakin erat memeluknya. Tidak peduli rasa sakit di tubuhnya yang mendapat pukulan juga gigitan yang Lyra berikan. Berkali-kali Pandu membisikan kata maaf mengecup puncak kepala Lyra. Menyesal karena telah mengecewakan istrinya.
Leo yang sudah mengerti akar dari masalah yang di hadapi sahabatnya itu dengan paksa menarik tubuh Lyra hingga terlepas dari kukungan Pandu dan membawa perempuan mungil itu keluar, tidak peduli dengan teriakan Pandu.
Sampai di atap, Leo menyuruh Lyra untuk duduk dikursi kayu bercat coklat yang barada di sudut. Leo ikut duduk bersampingan dengan perempuan cantik yang masih sesenggukan dengan air mata yang tak hentinya mengalir. Membawa kepala mungil itu untuk bersandar di pundaknya. Leo iba, kesal juga marah pada Pandu yang sudah berani menyakiti sahabat tersayangnya.
“Nangis aja, tapi setelah ini lo harus janji akan kembali tegar dan ceria seperti bisanya. Gue tahu lo pasti sakit hati banget, tapi gue mohon jangan tampilkan kelemahan lo, karena dengan begitu kemungkinan kecilnya mereka akan kembali menyakiti lo.” Leo bicara sambil menyeka air mata yang ada di pipi juga mata Lyra dengan lembut.
Suara isakan Lyra mulai hilang, tapi air matanya masih terus mengalir seakan enggan untuk surut. Masih dalam sandaran pundak Leo, Lyra memejamkan matanya tanpa bicara sepatah kata pun. Leo mengerti bahwa sahabat mungilnya itu butuh waktu, maka dari itu Leo memilih untuk diam juga.
“Le, segitu gak cintanya kah dia sama gue sampai tega berhianat?” tanya Lyra mengukir senyum mirisnya. “Gue gak tahu bahwa mencintai dia akan sesakit ini.” Air mata yang lagi-lagi menetes mengiringi kepedihan Lyra.
“Le, andai waktu itu lo yang di jodihin sama gue, lo bakalan setuju gak?” tanya Lyra menatap sekilas Leo. Laki-laki tampan dengan iris hitam kecoklatan itu mengerutkan keningnya bingung.
“Dih ogah…”
“Haha, lo aja udah ogah, apa lagi dia.” Lyra menghela napas berat. Leo jadi merasa bersalah, niatnya hanya ingin becanda dan mengalihkan suasana melow ini. Namun Leo tidak ingat bahwa perempuan di sampingnya sedang galau dan sensitif.
“Gue minta cerai aja kali ya, Le?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Suzieqaisara Nazarudin
Dasar sabahat penghianat,,
Udah ku duga tidak semudah itu Amel melepaskan Pandu...
Dan tak semudah itu juga Pandu melupakan Amel,orang yg dia cintai dan di sayangi nya...
2022-06-09
1
Lilis Subekti
di lyra yg d gtuin ko q yg nyesek y bcany,,
2022-04-15
0
Hendra Yenni
Thor.. hrsnya jgn wik.. Wik dl.
Bikin pandu bucin habits sm lyra, buat pandu ngejar2 lyra.. bikin baper dl. Br wikk.. wikk
2022-02-17
1