Setelah mendapatkan kabar, Rena dan tante Lisa langsung berangkat menuju rumah sakit. Belum pasti apa penyebab Dewi dilarikan ke IGD karena setelah mendengar dari Candra bahwa Dewi dibawa ke IGD Rena langsung mematikan telfon Candra tanpa mendengar kelanjutannya.
Setiba di rumah sakit, mereka langsung menuju ruang IGD. Disana tampak Candra dan Leo berada di sebuah bilik dan sedang berdiri disamping brankar Dewi.
“Candra, Leo, ada apa dengan Dewi? Kenapa dia sampai pingsan?” tanya Rena beruntun. Dilihatnya wajah pucat Dewi yang terbaring di ranjang pasien.
“Magh Dewi kambuh Kak. Dari kemaren makannya juga kurang teratur. Terus tadi malam kayaknya dia makan geprek sambal level 10,” kata Leo.
“Sejak malam sampai tadi siang dianya juga diare kak, jadinya dehidrasi juga sekarang. Demamnya tadi sempat 39,7 tapi sekarang udah turun kok Kak jadi gak usah khawatir,” sambung Candra.
“Dewi nya ngapain aja kok sampai telat-telat makan gitu?” tanya Tante Lisa.
“Dia lagi ngerjain presentasi punya dokter bedah jantung Tante. Lusa ada seminar, karena beliau sedang sibuk jadi minta Dewi untuk mengerjakannya,” jelas Candra.
“Siapa itu dokternya? Kok tidak bertanggung jawab sekali dengan perkerjaannya? Kenapa menyuruh Dewi yang mengerjakan tugas dia?” tanya Tante Lisa dengan emosi yang tertahan.
“Dewi sering seperti itu Tante bahkan dari semenjak dia kuliah,” jawab Rena
“Sekarang dia butuh buat apa,” tanya Rena sambil melirik ke arah Leo dan Candra.
“Kemarin pas kita ke mall daerah Serpong kan lagi ada bazar buku. Dia ada lihat buku tentang saraf gitu Kak, terbitan luar punya,” jawab Leo.
“Padahal Candra udah nawarin buat beliin dia. Tapi ya Kakak tau sendirikan Dewi gimana,” sambung Candra.
“Maksudnya apa Ren?” tanya tante Lisa.
“Sejak sekolah Dewi sering ngerjain tugas-tugas punya teman, guru, dosen, bahkan senior-seniornya dikampus Tante untuk tambahan uangnya,” jawab Rena.
“Dari situ juga Dewi banyak tahu hal. Bayangin aja Tante dia yang anak kedokteran tapi tahu tentang ekonomi manajemen. Soalnya anak fekon yang sering minta Dewi ngerjain tugasnya,” lanjut Candra.
“Ya ampun Dewi-Dewi,” lirih tante Lisa sambil mengelus-elus pelan lengan Dewi.
“Oh iya ini udah bisa dipindahin ke ruangan belum?” lanjut tante Lisa.
“Belum Tante. Leo belum sempat urus berkasnya. Tadi Leo cuma sendiri, Candra juga baru datang dari visit pasien, Tania udah pulang daritadi karena mamanya datang dari kampung.”
“Yasudah kalian disini aja biar Tante yang urus administrasinya dulu.”
———
Dewi dipindahkan keruangan VVIP sesuai permintaan tante Lisa. Setelah diruangan barulah Candra dan Leo pamit untuk kembali bertugas. Om Arya dan Reza sudah dikabari oleh tante Lisa dan mereka akan berkunjung ketika pekerjaan mereka selesai.
Dewi sadar bertepatan dengan kedatangan Reza. Awalnya dia merasa kepalanya sedikit pusing dan memaksa untuk bangun.
“Ugh silau sekali lampunya,” kata Dewi sambil menghalangi matanya dari cahaya lampu dengan tangannya.
“Kamu sudah sadar sayang?” tanya tante Lisa yang menghampiri Dewi.
“Lho kok ada Tante?” tanya Dewi heran.
“Teman kamu tadi kasih tau ke Rena kalau kamu pingsan, makanya tante sama Rena langsung kesini.”
Dewi mengalihkan pandangannya menuju sofa. Tampak disana Reza duduk bersama Rena dengan tatapan tajam bagai pisau yang bisa menusuk jantung. Tentu saja tatapan itu dia tujukan pada gadis yang sedang setengah berbaring di ranjang pasien.
“Hehehe peace love and gaul Kak,” kata Dewi sambil cengengesan. Tak lupa tangannya memperagakan gerakan dari slogan salah satu acara hits anak muda di zamannya itu.
“Gak ada peace peace-an. Hobi banget ya Dek bikin khawatir orang. Untung Kakak belum ngabarin Ibu,” kata Rena dengan nada tinggi.
“Udah Ren sabar. Dewinya masih sakit itu,” kata Reza sambil mengusap bahu Rena untung menenangkan gadisnya.
“Gak tau ni Kak Rena marah-marah mulu aja kerjanya. Udah sama kayak Ibu Kanjeng Ratu,” jawab Dewi.
“DEWI!” pekik Rena dengan mata melototnya.
“Wi udah jangan dipancing terus Renanya. Kamu juga Kakak udah kirim uang jajan buat kamu Dek. Kenapa ngga dipakai kalau kamu emang ada keperluan. Kurang?” tanya Reza.
Ya semenjak malam lamaran itu Reza mulai mentransfer uang jajan untuk Dewi dan juga Dirga. Reza yang anak tunggal tentu merasa senang mendapatkan adik-adik baru dan dia menyayangi mereka.
“Eh kurang gimana Kak. Melimpah-limpah yang ada,” jawab Dewi.
“Terus kenapa kamu malah ngerjain presentasi dokter kamu untuk beli buku itu?” tanya tante Lisa tak sabaran.
Dewi tidak menjawab. Dia hanya menunduk sambil memilin selimut rumah sakit. Dia bingung harus menjawab apa. Salah jawab bisa-bisa mereka akan tersinggung dengan jawaban Dewi.
“Kamu segan Wi?” tebak tante Lisa lagi.
Dewi hanya mengangguk kecil.
“Kamu ngga perlu segan Wi. Kamu itu sekarang udah jadi bagian anggota keluarga kami. Sebentar lagi juga kakak kamu akan nikah sama Reza,” jelas tante Lisa.
“Mulai hari ini kamu tinggal sama Tants. Segala keperluan kamu akan jadi tanggung jawab tante. Kamu tante angkat jadi anak Tante,” sambung tante Lisa.
“Eh ini gimana-gimana?“ tanya Dewi heran.
“Tante tidak terima bantahan apapun Wi.”
“Kalau nawar boleh?” tanya Dewi dengan tampang tengilnya.
“NO!!”
“Tapi Tante.”
“Tidak ada tapi-tapian Dewi. Kamu tidak perlu memikirkan apapun selain tentang sekolah kamu ini. Semuanya jadi tanggung jawa sekarang,” kata tante Lisa tak terbantahkan.
“Mami?” tanya Dewi.
“Iya Mami. Mulai sekarang kamu panggil Tante, Mami,” kata tante Lisa tak terbantahkan.
Terdengar suara pintu dibuka dan ternyata yang masuk adalah om Arya.
“Nah Om Arya kamu panggil Papi. Iyakan Pih?”
“Apa apa kenapa? Papi baru masuk juga udah iya iya aja,” jawab Om Arya yang bingung dengan situasi di ruangan itu.
“Mami bilang sama Dewi kalau hari ini dia akan jadi anak kita Pi. Papi setuju, kan?”
“Tentu saja Papi setuju kalau itu?”
Dewi yang mendengar jawaban itu melirik ke arah Rena. Tampak Rena menghampiri sambil tersenyum, mengisyaratkan bahwa tidak apa-apa Dewi menerima tawaran dari mami Lisa.
Rena langsung memeluk Dewi. Tangis haru mereka pecah. Rena bersyukur karena Reza dan keluarganya mau menerima dan menyayangi Dewi. Rena tahu bagaimana selama ini Dewi berkerja keras mencari tambahan untuk biaya hidupnya.
Rena tidak bisa membantu banyak karena gajinya tak seberapa. Itupun dia harus membantu perekonomian keluarganya di Bandung karena ayahnya yang seorang pensiunan PNS dan sering sakit-sakitan.
Maka nikmatNya mana lagi yang kau dustakan???
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Yen Lamour
Selalu smangat kak 💪😊
2022-06-17
1
Senajudifa
semangat ya
2022-06-15
1
VLav
kokk episode ini terasa singkat 👍
2022-05-27
1