Bab 14

Tak ada sedikit pun sesalku

T'lah bertahan dengan setiaku

Walau di akhir jalan

Ku harus melepaskan dirimu

Ternyata tak mampu kau melihat

Dalamnya cintaku yang hebat

Hingga ada alasan

Bagimu 'tuk tinggalkan setiamu

Demi nama cinta

Telah kupersembahkan hatiku hanya untukmu

T'lah kujaga kejujuran dalam setiap nafasku

Kar'na demi cinta

Telah kurelakan kecewaku atas ingkarmu

Sebab ku mengerti cinta itu tak mesti memiliki

Andai saja bisa kau fahami

Layaknya arti kasih sejati

Kar'na cinta yang sungguh

Tiada akan pernah mungkin bersyarat

(Cinta tak bersyarat-Element)

Tingkat tertinggi dalam mencintai seseorang itu adalah dengan mengikhlaskan, dan melihatnya bahagia, walaupun bahagianya bukan dengan diri kita. Cinta tak dapat dipaksakan, dan kita juga tidak pernah tau kemanakah cinta ini akan membawa kita berlabuh. Cinta tak pernah memandang kasta,derajat seseorang,maupun usia. Ketika cinta sudah menetapkan pilihan, disitulah kita berlabuh dengan cinta kita.

———

“Assalammualaikum Kak Reza,” salam Dewi ketika sudah menggeser tombol hijau pada layar ponselnya.

“Waalaikumsalam Wi. Kamu lagi dimana?”

“Lagi di rumah sakit Kak. Kenapa ada apa aya naon?”

Tampak disana Reza tersenyum, ini anak ekspresif banget pikirnya.

“Kak lagi di Korea sekarang.”

“Apa?”

“Kak lagi di Korea. Kenapa kaget kayak gitu sih?”

“Ya kagetlah. Tumben gitu ngunjungin Dewi, biasanya kan cuma mami Lisa doang.”

“Kebetulan lagi ada kerjaan. Udah mau balik sih besok malam.”

“Sama siapa Kakak disini?”

“Sendirian aja. Kak Rena gak bisa ikut, ayah sedang sakit juga.”

“Oh iya kemaren ayah juga ada cerita kalau sakit kakinya kambuh lagi. Yaudah sekalian nih bawa barang-barang jastipnya kak Rena ya Kak. Ribut mulu ditelfon minta dikirimin barangnya. Besok Dewi libur sih, kabari aja besok Kak. Kita ketemu di Itaewon aja ya.”

“Iya karena itu kakak telfon kamu. Yaudah Kakak mau lanjut dulu kerjanya. Assalammualaikum.@

“Waalaikumsalam.”

Dewi memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku jasnya.

“Kenapa kak Reza?” tanya Candra.

“Lagi ada disini dianya. Tapi besok malam udah mau pulang,” jawab Dewi. “Oh iya lo sendiri sampai kapan disini?”

“Sore ini juga gue udah balik lagi kok.”

“Kok cepet amat Can?”

“Ya ngapain lagi gue disini. Loe nya nolak gue juga.”

“Caaaan.”

“Iya-iya gue gapapa. Udah gak usah dipikirin lagi.”

“Gue doaian loe dapat jodoh yang cantik,baik hati, sayang banget dan tulus sama loe Can.@

“Kenapa gak loe aja cewek itu Wi?”

“Candra Kusuma.”

“Hahaha iya iya. Gue cuma bercanda. Aamiin. Doa yang sama buat loe,” harap Candra.

“Gue harap loe gak ngejauhin gue ya Wi karena hari ini,” lanjut Candra.

“Ya gaklah. Loe,Tania,Leo adalah teman terbaik gue. Aaah lope lope kalian,” ucap Dewi sambil memberikan finger heart pada Candra.

“Lebay loe. Yaudah gue balik dulu. Baek-baek loe disini ya. Jangan lupa tetap kabar-kabaran kita di grup.”

“Siip hati-hati loe Can.”

Mereka pun berpisah di coffe shop itu. Candra melanjutkan perjalanannya untuk kembali ke Singapura sedangkan Dewi kembali ke ruangan khusus dokter residen yang ada di rumah sakit tersebut.

Tak nampak raut wajah sedih ataupun kecewa di wajah Candra karena sedari awal ia juga tidak terlalu yakin Dewi akan membalas perasaannya. Karena jujur juga ia tak ingin hubungan persahabatan mereka hancur gara-gara perasaan dia.

——

“Iya ini mas mau ketemu Dewi dulu setelah itu langsung ke bandara.”

“………”

“Iya siap sayangku. Roso roso roso.”

“……..”

“Itu yang sering kamu bilang roso roso kalau lagi telfonan sama Dewi.”

“…….”

“Iya itulah namanya sama aja. Yaudah ya Ren mas berangkat sekarang.”

Usai bertelfonan ria dengan sang istri tercinta dengan pesan jangan melupakan pesanannya ini itu, Reza kemudian bersiap-siap untuk pergi menemui gadis yang dianggap adik oleh istrinya itu. Reza keluar dari kamar hotel menuju lobby dimana sang supir sudah menunggunya.

Mobil sedan merk ternama Korea Selatan keluaran terbaru itu melaju membawanya ke daerah Itaewon di distrik Yongsan-gu kota Seoul. Reza dan Dewi sepakat bertemu di masjid Seoul Central atau yang biasa disebut dengan masjid Itaewon. Rencananya ia akan menunaikan salat ashar disana sebelum bertemu dengan Dewi.

Sementara itu, Dewi juga sudah berangkat dari apartemennya menuju tempat janji temunya dengan Reza. Dewi menggunakan transportasi umum yaitu bus.

Setelah sampai di daerah Itaewon, gelombang bunyi yang bersahut-sahutan menghampiri perut Dewi. Ya sepertinya perutnya sudah tidak bisa diajak kompromi lagi. Dewipun memutuskan untuk pergi pergi terlebih dahulu ke restaurant Turki yang ada disana.

Dewi mengirim pesan kepada Reza lokasi dimana dia akan menunggu Reza. Tak berapa lama setelah mengirim pesan tampak Reza telah datang ke restoran itu.

“Maaf Kak lapar banget. Hehehe. Punya Kakak juga udah Dewi pesenin kok.”

“Iya gapapa Wi. Thanks. Biar menghemat waktu juga.”

“Yoi, maama. Oh iya ini titipannya Kak Rena. Mercandise Exo dan Super Junior. Sampe antri berjam-jam tau ngga buat dapetinnya,” kata Dewi sambil menyerahkan paper bag yang berisikan berbagai macam mercahndise dari group idol asuhan dari SM Entertainment itu.

“Dari awal kakak berangkat dia udah ribut ngingatin jangan lupa ambil ini dari kamu Wi. Sampe sakit tau telinga kakak dengerinnya,” kata Reza sambil menerima bingkisan tersebut.

“Hahaha sabar atuh demi istri tersayang.”

“Pokoknya semenjak kamu di Korea ya Wi makin gila Korea kakak kamu itu. Tiap hari nonton drakor melulu,” keluh Reza.

“Ya gapapa dong Kak. Istri itu butuh hiburan setelah seharian capek dengan urusan rumah dan anak. Penyegaran mata juga liat yang bening-bening gitu kan. Apalagi ni ya….”

“Permisi pesanannya Kak,” kata pelayan yang membawa pesanan mereka.

“Thankyou,” kata Reza

“Selamat menikmati,” kata pelayan kemudian berlalu meninggalkan meja mereka bedua.

“Udahan bahas cowok beningnya, sekarang makan dulu,” kata Reza.

“Jal meokgessseumnida (selamat makan).”

“Baca doa, bukan semida semida,” ingat Reza ke Dewi.

“Doa itu dalam hati Kak, ngga perlu diucapkan keras-keras,” jawab Dewi dengan mulut penuh makanan.

“Makan dulu baru ngomong,” tegur Reza.

“Salah mulu dedek ih.”

Rezapun mengeluarkan tatapan mata elang yang membuat gerutuan Dewi berhenti. Tatapan yang mampu membuat Dewi mati kutu. Tak mau disemprot lagi, Dewipun memakan makanannya dengan damai.

———

Mohon jempolnya doong ya biar otor semakin semangat menulisnya. Gomawo yeorobun. Saranghae🥰🥰🥰😘

Terpopuler

Comments

Zhree

Zhree

part ini langsung dibawa nyanyi sama othor..

2022-06-23

1

VLav

VLav

pembukanya lagu element, duhh langsung melow

2022-06-11

1

Lina Zascia Amandia

Lina Zascia Amandia

KakanyW Dewi penggemar Drakor, padahal orang Korea tak sedramatis drakor, hidup orang Korea kaku. Kebanyakan, tapi ada juga yang santuy kaya kita.... heheh...

2022-05-12

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!