Suasana pagi ini di sekolah begitu ramai, karena para murid hadir dengan orang tua mereka untuk pengambilan raport.
Dan Meili sendiri sudah berada di aula yang akan di jadikan tempat pengambilan raport, tentu saja bersama bibi.
Meili mengedarkan Mata untuk mencari keberadaan sang sahabat.
Ternyata Tasya ada di deretan kursi paling depan.
Beberapa saat acara akan di mulai, karena semua murid kelas satu dan para wali sudah hadir. Dan kepala sekolah berdiri di tengah podium untuk memberi sambutan.
"Selamat pagi untuk semuanya!" Pak kepala sekolah mengawali pidatonya. "Pagi ini akan saya wakili untuk memberi sambutan, karena pemilik yayasan tidak bisa hadi."
Meili yang mendengar itu hanya tersenyum kecut.
Setelah memberi sambutan, kini tiba saatnya untuk kepala sekolah mengumumkan siapa murid yang menjadi juara umum.
Suara tepuk tangan bergemuruh tatkala nama Tasya di sebut oleh kepala sekolah. Meili sudah tidak heran dengan itu, karena ia tau sahabatnya itu memang cerdas. Ia juga melihat betapa bangganya kedua orang Tasya melihat putrinya bisa membanggakan mereka berdua.
*
*
"Nggak apa-apa Non, Non udah berusaha dengan keras." kata bibi.
Bibi merasa kasihan kepada Nona nya, dan ia tau seperti apa Meili begitu giat belajar. Namun hasil nilai raport Meili tidak sesuai harapan, nilainya masih jauh dari perkiraan.
Meili yang sedari tadi melihat raport nya kemudian menutupnya kembali, ia menghembuskan nafasnya kasar. "Ya udah Bi, kita pulang saja."
Ia sekarang sudah tidak berminat melakukan hal apapun, yang ia butuhkan hanya ingin segera pulang. Apalagi sahabatnya tadi juga langsung pulang, sepertinya mereka mempunyai acara sendiri.
Sesampainya di rumah Meili berjalan menuju dapur, yang ia perlukan adalah sesuatu yang dingin agar bisa membuat suasana hatinya membaik.
Pilihannya tertuju pada ice cream yang ia beli kemarin, di lemari pendingin nya tersisa cukup banyak.
Ia lalu mengambil mangkok untuk tempat beberapa ice cream yang ia ambil, tidak lupa ia mengambil beberapa cemilan yang berada di rak makanan.
Setelah selesai, semuanya ia bawa menuju kamar. Di dalam kamar ia langsung naik ke atas ranjang, dan menyalakan televisi yang berukuran jumbo.
Tentu saja yang ia tonton adalah drama kesukaannya di channel tertentu.
Inilah cara Meili untuk menghibur dirinya sendiri.
*
*
Malam hari Irfan yang sudah pulang dari kantor, langsung menuju kamar putrinya. Tentu saja untuk mengecek perkembangan nilai putrinya dalam sekolah.
"Pa!" Meili mengurungkan niatnya untuk tidur. Ia sudah menyiapkan hati untuk ini, tapi ia tidak menyangka jika papa nya malam-malam menemuinya. Ia pikir papanya itu tidak akan pulang.
Tanpa embel-embel, Irfan langsung meminta raport Meili. "Mana raport kamu!"
Raport yang berada di atas nakas, seketika di serahkan oleh Meili.
Ia menahan nafasnya sejenak ketika sang papa melihat nilainya.
"Meili, kenapa nilai kamu seperti ini?" Irfan tak habis pikir. "Kenapa sama sekali tidak ada perubahan!" Suaranya yang mulai meninggi.
Sedangkan Meili hanya bisa menundukkan kepalanya. Sejujurnya ia sendiri juga kecewa dengan dirinya.
"Kalau kamu begini terus, kapan kamu bisa membanggakan Papa?" Suara bariton Irfan rasanya menggelegar di kamar Meili, apalagi suasana malam yang sepi. "Papa tidak tau harus bagaimana lagi sama kamu!"
Irfan meninggalkan kamar Meili begitu saja, setelah mengungkapkan kekecewaannya.
"Maaf Pa," lirih Meili dengan bibir yang mulai bergetar.
Meskipun ia sudah menyiapkan hati untuk ini, tapi kenapa rasanya masih saja sama.
Sakit.
*
*
Pagi harinya, tentu saja Meili datang ke sekolah dengan mata yang sembab. Semalam ia hanya bisa menangis untuk meluapkan apa yang ia rasakan.
Ingin sekali ia membolos hari ini, namun niat itu ia urungkan. Ia tidak mau jika pihak sekolah sampai menelfon papanya untuk menanyakan kenapa ia hari ini tidak masuk.
Di suasana hatinya yang masih kacau, ia lagi-lagi harus merasa sendiri. Karena Tasya ternyata sedang ada rapat OSIS.
Beberapa hari kemudian.
Begitu bel pulang sekolah berbunyi, semua murid berlomba lomba keluar dari kelas. Tujuan mereka jelas saja untuk cepat-cepat pulang.
"Sya!" panggil Meili.
Tasya yang sedang merapikan bukanya, seketika menoleh. "Apa?"
"Ke mall yuk? Dah lama kita nggak nonton." Meili rasanya ingin susana baru.
"Maaf, nggak bisa." tolak Tasya. "Hari ini aku ada perlu dengan beberapa anggota OSIS." jelasnya. "Ya sudah aku pergi dulu."
Meili hanya bisa menatap punggung Tasya yang sudah menghilang dari balik pintu kelasnya.
Kemarin-kemarin sahabatnya itu sibuk untuk mengurusi acara penerimaan murid baru bersama anggota OSIS. Dan sekarang sahabatnya itu masih saja sibuk.
Jika di pikir-pikir selama mereka bersahabat, Tasya sama sekali belum pernah mengunjungi rumahnya.
Tidak mau berpikir yang tidak-tidak, Meili memutuskan untuk pergi sendiri.
"Lah, kenapa nih mobil?"
Meili melihat ban mobilnya yang kempes. "Ada-ada aja deh," ia menggerutu pada mobilnya.
Ia lalu memilih memesan taksi online untuk mengantarkannya ke mall, tidak lupa juga menghubungi Mang Didin agar mengambil mobilnya.
Siang hari yang akan tergantikan sore itu, membuat suasana mall cukup ramai. Karena ia hanya sendirian Meili lebih memilih menghabiskan waktunya untuk membeli makanan dari beberapa foodcourt.
"Ya ampun, enak-enak semua!" Air liurnya hampir saja menetes melihat beberapa makanan sudah tersaji di hadapannya. Padahal ini bukan yang pertama kalinya ia membelinya.
"Uhm ..." Meili memejamkan matanya meresapi makanan yang baru saja ia makan melewati tenggorokannya. Tidak lupa senyum menghiasi bibirnya.
Tidak terasa waktu berlalu begitu saja. Hari sudah beranjak malam.
Meili yang sudah lelah memutuskan untuk pulang setelah mencari beberapa novel romantis.
"Lah kenapa ke parkiran?" Meili menepuk keningnya, ia lupa jika tidak membawa mobil. Ia lalu mengeluarkan ponselnya untuk memesan taksi online, karena tidak memperhatikan jalan. Ia tidak sengaja menabrak seseorang.
Bruk.
Meili jatuh terduduk. "Maaf," ucapnya tanpa melihat seseorang yang ia tabrak.
"He, enak aja lo minta maaf gitu aja!" Seseorang yang di tabrak Meili tidak terima.
Mata Meili membulat mendengar suara itu, ia rasanya kenal. Benar saja, begitu ia mengangkat pandangannya, ternyata Lisa dan Tia.
Meili hanya bisa menelan saliva nya susah paya. Di sekolah saja dua kakak kelasnya itu berani menindas nya apalagi jika di luar. "Maaf kak, sungguh nggak sengaja."
Ia ingin cepat mengakhiri ini lalu pergi dari sini.
"Eits, mau kemana lo?" Lisa mencegah Meili yang hampir pergi. "Kita belum maafin lo!" sahut Tia.
Mata mereka berdua kemudian tidak sengaja melihat gelang Meili yang terlihat cantik. "Gue mau gelang lo, sebagai tanda maaf."
Meili jelas menggelengkan kepalanya, mana mungkin ia memberikannya. itu adalah pemberian dari ibunya.
"Aku mohon jangan ambil itu, itu pemberian terakhir Ibu ku. Ambil saja yang lain nya," ujar Meili.
"Lo pikir gue peduli? Gue cuma mau yang ini!" Lisa mencoba menarik gelang Meili, dan Tia yang juga ikut membantunya.
"Apa kalian anak kecil? Jadi harus berebut sesuatu?"
Seseorang datang menginterupsi mereka.
...----------------...
...Nah lo, siapa tuh?...
...Biasa gengs, jangan lupa dukungannya 🥰...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
Chuiy Bunda'e Rizma
jessy datang
2022-03-20
2
Elizabeth Zulfa
mommy Jessy coming😁😁
2022-03-17
1
Friska
lanjut kak auraaurora cantiikkkk😍😍😍😍.. sekali kali up 2 bab dong kakak
2022-03-17
1