Setelah sampai di rumah, Meili langsung berjalan menuju kamarnya. Untuk saat ini ia butuh waktu sendiri, bahkan bibi dan Mang Didin yang bertanya kepadanya tidak ia hiraukan.
Kejadian beberapa saat lalu sungguh membuatnya sakit.
Di dalam kamar, ia hanya duduk di balkon kamarnya. Membiarkan angin malam menerpa wajah cantiknya.
Pandangannya teralihkan pada gelang yang di pakainya.
Gelang pemberian dari mamanya dulu, sebelum kedua orang tuanya bercerai.
Tidak ada lagi air mata yang membasahi pipinya, namun dari sorot matanya terlihat jelas jika hatinya benar-benar terluka.
"Apa hidup kalian sekarang lebih bahagia?" gumamnya.
Yang ia tujukan kepada kedua orang tuanya. Mengingat setelah perceraian orang tuanya, sepertinya mereka merasa lebih baik dengan keadaannya sekarang.
Tapi kenapa kedua orang tuanya tidak pernah bertanya, bagaimana keadaan putrinya sekarang?
*
*
"Ini Non!" Mang Didin menyerahkan SIM milik Meili.
Meili yang melihat itu begitu gembira. "Terima kasih Mang."
Dua hari yang lalu Meili menyuruh Mang Didin untuk mengurus SIM mobil untuknya. Karena umurnya sudah menginjak 17th.
Namun tidak seperti gadis lainya yang akan antusias merayakan ulang tahunnya, Meili bahkan lupa dengan tanggal lahirnya kalau saja bibi tidak mengucapkan selamat padanya.
Baginya sejak kedua orang tuanya berpisah, tidak ada gunanya merayakan ulang tahunnya.
"Kalau begitu, mulai besok aku sekolahnya berangkat sendiri saja." kata Meili.
"Tapi kalau Tuan marah gimana?"
Mang Didin takut jika ia akan di salahkan.
"Tenang aja, nanti aku yang bilang sama papa." Meili meyakinkan.
"Ya sudah kalau Non maunya begitu." Mang Didin akhirnya mengalah.
Hari ini adalah hari libur sebelum besok akan menjalani ujian kenaikan kelas.
Dan seperti janjinya, Meili benar-benar belajar dengan giat. Bahkan ia libur dari kegiatan melihat drama kesukaannya, demi mendapatkan nilai yang lebih baik.
Malam harinya, Meili tengah fokus membaca dan menghafal beberapa materi pelajaran yang akan di jadwalkan besok di hari pertama ujian.
Tes.
Setetes darah segar jatuh di buku yang di baca oleh Meili.
"Ya ampun!"
Meili terkejut melihat darah itu keluar dari hidungnya, ia segera mengambil tisu lalu membentuk nya sedikit lonjong kemudian ia masukkan ke dalam hidungnya agar darahnya tidak keluar kembali.
Ia menengadah ke atas. "Mudah-mudahan besok lancar ngerjain tugasnya." Hanya itu harapannya beberapa hari ini yang selalu ia ucapkan.
Sejenak ia memejamkan mata, merasakan kepalanya yang kembali terasa pening.
*
*
"Tasya!" panggil Meili begitu ia selesai memakirkan mobilnya. Dan ternyata sahabatnya itu hari ini juga membawa mobil, sungguh kebetulan yang luar biasa.
"Tumben bawa mobil?" tanya Meili.
Kini kedua gadis cantik itu berjalan menuju kelas mereka berada.
"Iya, lagi pengen aja." sahut Tasya. "Kasian sama mama juga kalau tiap pagi nganterin." imbuhnya.
"Oh."
Saat mereka sedang asik mengobrol, dari arah berlawanan terlihat Nathan cz sedang berjalan menuju kelasnya juga.
"Sya!" Meili menggoyangkan tangan Tasya. "Lihat deh, ada pangeran sekolah."ujarnya dengan mata berbinar.
Mendengar perkataan Meili, Tasya mengikuti arah pandang sahabatnya. Sontak saja ia langsung menundukkan kepalanya, apalagi Raka juga ada di sana.
Sejak kejadian di halaman belakang sekolah, Tasya merasa tidak enak hati dengan Raka. Meskipun Raka sudah mengatakannya jika tidak apa-apa, bahkan Raka masih sama seperti sebelumnya. Mengirimi ia pesan hanya untuk menanyakan hal hal kecil.
...----------------...
...Detik-detik bentar lagi mommy Jessy muncul nih 🤭...
...Jangan lupa dukungannya ya 🥰...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
LC
yeah..paling suka liat mommy Jessy...
2022-07-20
0
༄༅⃟𝐐 Melina Ayu
kenapa dengan meili semoga dia baik* saja
2022-04-08
2
Elizabeth Zulfa
apa meili sakit??
2022-03-17
2