BERHATI-HATI

Dengan menahan rasa sakit di tangannya, Mia membereskan pakaiannya ke dalam sebuah tas ransel. Ia tak akan membawa banyak pakaian karena di rumah juga masih tersedia beberapa bajunya.

Berita mengenai Kak Abigail yang mengalami kecelakaan saat pergi ke sebuah Mall, membuat hatinya tak menentu. Mia menghubungi Victor dan meminta izin untuk kembali ke Indonesia karena ia ada urusan keluarga. Namun, kenyataan yang ia terima membuat tubuhnya melemas dan kakinya terasa tak bisa lagi berpijak di lantai.

"Kamu tidak bisa pergi ke mana mana dulu, Mi. Masalah yang ada di rumah sakit adalah tanggung jawabmu dan sampai pasien itu sembuh, kamu dilarang untuk keluar dari negara ini," ucap Victor di ujung telepon.

"T-tapi Dok ...," Mia rasanya ingin menangis saat Victor tidak memperbolehkannya untuk pulang ke Indonesia. Hari ini masalah benar benar datang silih berganti seakan tak ingin membiarkan Mia merasakan ketenangan.

Tubuh Mia merosot ke lantai. Kini ia harus kembali menangis, padahal ia sudah berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia ingin menjadi seseorang yang kuat. Tapi kali ini hatinya sakit, dan semua ini karena Azka. Ia sudah merelakan hatinya dengan menjauhi Azka, meskipun di dasar hatinya masih terselip sedikit cinta.

*****

Mia diberikan tugas tugas yang cukup banyak oleh Victor. Mia juga mengerjakannya dengan perasaan yang tidak menentu. Ia masih memikirkan keadaan Kakaknya, Abigail, meskipun kedua orang tuanya sudah mengatakan bahwa Abigail sudah baik baik saja dan bayi dalam kandungannya aman.

Dengan tangan yang masih terasa sakit akibat terbentur tepi bathtub, Mia mencoba untuk menulis dan mengetik. Ia berusaha fokus dan tidak mengindahkan pesan ataupun telepon pada ponselnya, kecuali dari keluarga dan Dokter Victor.

Pesan ancaman pun berakhir setelah terakhir kali muncul ketika Mia mendengar kabar kakaknya mengalami musibah.

Ini hanya sedikit, dan belum ada apa apanya. Jika kamu masih ingin keluargamu aman, sebaiknya mengikuti kata kataku. - NN

Azka yang berkutat dengan skripsinya pun selalu mendapat informasi dari Black Alpha. Namun lagi lagi hanya informasi biasa, lebih banyak kegagalan yang mereka dapatkan karena semua informasi tertutup.

"Uncle!" Azka yang mulai kehilangan harapannya pun akhirnya menghubungi Blue yang adalah sepupu Axelle. Blue dan Axelle adalah pencetus utama berdirinya Black Alpha. Saat ini Blue tinggal di New Zealand bersama keluarganya.

"Ada apa Az? Uncle menangkap sesuatu yang tidak beres dari caramu berbicara."

"Apa Uncle bisa menolongku?"

"Katakan."

"Bantu aku mendapatkan informasi tentang seorang wanita."

"Ou ou, apa kamu menyukai wanita itu, Az?"

"Bukan begitu Uncle. Justru wanita itu mengganggu wanita yang kusukai. Tapi aku sama sekali tidak bisa mendapatkan informasi tentang dirinya."

"Bagaimana dengan Black Alpha? Kamu bisa menggunakan mereka, Az."

"Justru mereka tidak mendapatkan apa apa, Uncle. Tidak ada satupun informasi yang berhasil mereka dapatkan. Mungkin Uncle perlu mengganti semua staf Black Alpha," ungkap Azka yang tiba tiba merasa kesal.

"Az! Anggota Black Alpha adalah orang orang terbaik di kelasnya. Jika sanpai mereka tidak mendapatkan informasi satupun, itu berarti ada organisasi besar di belakangnya. Justru kamu harus berhati hati dan tidak boleh sembarangan bergerak," Blue berusaha menasehati Azka yang mulai kehilangan akal sehatnya.

"Lalu aku harus bagaimana, Uncle?"

"Uncle akan membantumu. Berikan semua data yang kamu miliki. Kirimkan pada Uncle secepatnya."

"Sudah, Uncle," dengan kecepatan tangannya, Azka sudah mengirimkan semua informasi yang ia miliki kepada Blue.

Blue menghela nafasnya dan menggelengkan kepalanya, "Kamu terlalu cepat, Az. Padahal Uncle masih ingin bersantai sejenak."

"Aku menunggu kabar secepatnya dari Uncle. Thanks Uncle, Bye!" Azka memutus sambungan ponselnya, membuat Blue yang berada di seberang telepon mencebik kesal.

"Tidak anak tidak bapak, dari dulu keduanya selalu merepotkanku."

*****

"Bagaimana keadaanmu, Kak?"

"Kakak ingin keluar dari sini, kakak tidak mau berada di sini!"

"Tenanglah, Kak. Aku akan mencoba membebaskanmu dari sini."

"Kapan? Satu hari di sini sama dengan 1 bulan rasanya."

"Sabar, Kak. Aku juga tidak ingin bertindak gegabah yang justru akan membawa kita ke jalan yang salah dan malah mengacaukan rencana kita."

"Lalu, bagaimana keadaan Mommy?"

"Mommy dan Daddy baik baik saja. Tenanglah."

"Aku tidak bisa tenang, sebelum aku keluar dari sini."

"Baiklah, tunggu aku malam ini, aku akan mengeluarkanmu dari sini. Hanya saja aku minta padamu untuk tidak bertindak gegabah lagi. Aku tidak akan mau menolongmu," ungkap Lucia yang saat ini sedang berhadapan dengan kakaknya Lydia.

Sejak kepergian Lydia keluar negeri bersama kedua orang tuanya dan tinggal bersama Lucia yang mereka sekolahkan di luar negeri, kelakuan Lydia semakin menjadi. Ia malah tertangkap polisi karena berusaha mencuri tas mahal di sebuah restoran.

Malam itu, Lucia bersama dengan beberapa anak buah dari geng mafia mendatangi kantor kepolisian dengan mengendap-endap. Lucia memerintahkan anak buahnya untuk membebaskan kakaknya, sementara ia berjaga di luar. Tak sampai 10 menit, anak buahnya telah membebaskan Lydia.

"Ayo cepat!" perintah Lucia. Mereka memasuki mobil dan segera berlalu dari sana.

"Kamu bisa melakukannya, kenapa harus menungyu hingga malam ini?" tanya Lydia dengan marah.

"Banyak yang harus kukerjakan, kak. Yang penting sekarang dirimu telah bebas. Mulai sekarang jagalah sikapmu. Jika ingin melakukan sesuatu, beritahu aku."

Namun, bukanlah Lydia kalau ia mengikuti perintah Lucia. Baginya Lucia hanya sebuah pion yang ia gunakan untuk membalas semua perbuatan keluarga Sebastian dan Williams. Tapi ... Lucia melakukannya karena apa yang terjadi pada Shelly, mommynya.

Sejak Axelle mengetahui bahwa ia yang merencanakan semua fitnah pada Vanessa, hidupnya tak tenang dan keuangan keluarganya mulai hancur. Hingga akhirnya ia bertemu dengan seorang pria paruh baya yang menjadi suaminya kini dan memiliki Lydia dan Lucia.

Setelah suaminya sakit sakitan, keuangan kembali hancur. Padahal ia ingin membalaskan dendamnya pada Axelle. Lucia yang mengetahui kisah itu pun ingin membantu Mommynya, karena itulah ia bergabung dengan kelompok mafia. Ia menyerahkan tubuhnya pada kepala geng mafia itu dan mendapatkan hak istimewa di sana.

*****

Sudah 2 minggu Mia berdiam di dalam apartemennya. Ia tak keluar sama sekali dan memesan makanan dengan jasa online. Ia mengerjakan tugas tugas yang terus diberikan oleh Victor.

Semakin hari ia semakin bosan di dalam apartemen, tapi ia benar benar malas pergi ke luar. Tangannya yang membiru kini sudah mulai kembali seperti semula, meski kadang masih terasa sedikit sakit.

Ponselnya berbunyi, sebuah pesan masuk.

Kembalilah bekerja di Rumah sakit dan bawa semua tugas tugasmu. - Victor.

Mia sedikit bernafas dengan lega karena ia bisa kembali ke rumah sakit, namun masih terselip sedikit keraguan karena ia harus mulai berhati hati pada siapapun di sekitarnya.

Terpopuler

Comments

Ita rahmawati

Ita rahmawati

ish kok aku jingung di bab ini 🤦‍♀️🤦‍♀️🤣

2024-04-26

1

sherly

sherly

ternyata Lucia adik si Lydia patutlah jahatnya sama

2024-03-18

0

Maryani

Maryani

jangan terlalu banyak intrik donk 🙃

2022-03-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!