MENJALIN KASIH

Mia mendengus kesal setelah kepergian Azka. Ia juga langsung membuka pakaiannya karena ia sudah mulai berkeringat sejak pemanas mulai menyala.

Apa sebenarnya yang ia inginkan? Dia sudah punya Lucia, kenapa masih saja menggangguku? Apa dia ingin mempermainkanku? - Mia.

Sementara Azka tang ternyata menyewa unit apartemen persis di sebelah Mia tersenyum karena sudah bisa mengganggu gadis itu.

Ia juga tak tahu mengapa mengganggu dan membuat Mia kesal menjadi sangat menyenangkan baginya. Ketika Mia mulai menampakkan wajah kesal, seperti ada sesuatu di dalam dirinya yang ingin melompat.

Kedatangan Azka ke Munich sebenarnya ingin menemui adik Vanessa, yakni Victor Barata. Rencana awalnya Axelle yang akan pergi, namun ketika mendengar Kota Munich, Azka langsung menawarkan dirinya untuk pergi. Ia harus memeriksa data Rumah sakit dan berencana untuk memperbesarnya.

Azka merebahkan dirinya di tempat tidur dan memandang ke langit langit sambil tersenyum. Ia kemudian memejamkan matanya sebentar sebelum ia pergi menemui Uncle nya itu.

*****

"Azka pergi?" tanya Lucia pada seorang pelayan di kediaman Williams.

"Ya Nona."

"Menyebalkan sekali! Aku sudah perhatian padanya, tetap saja dia tidak memperhatikanku. Tapi lihat saja, aku akan meminta pada Daddy untuk menjodohkanku dengan Azka," gumam Lucia.

Dari arah dalam, Vanessa keluar dan melihat kehadiran seorang gadis di ruang tamu. Vanessa yang baru saja membuat kue berjalan menuju ruang tamu dengan masih memakai apron dan wajah yang sedikit terkena tepung.

"Permisi, maaf ka ....," ucapan Vanessa terpotong ketika Lucia memutar tubuhnya dan berhadapan dengannya.

"Jangan dekat dekat! Aku tidak suka dekat dekat dengan sesuatu yang kotor!" hardik Lucia. Ia segera menjauh dari Vanessa dan memperlihatkan tatapan jijik.

Vanessa tersenyum dan mulai mengerti bahwa gadis di hadapannya ini mengira dirinya adalah seorang pelayan, tapi tidak apa, ia jadi tidak perlu berlama lama bersama seseorang yang tidak bisa menghargai orang lain. Ia memberi tanda pada pelayan yang ada di ruangan itu agar diam.

Vanessa baru saja berbalik ingin kembali ke dapur, "hei tunggu dulu. Sediakan aku minum, aku haus."

Vanessa dan pelayan yang ada di ruangan itu berjalan kembali ke dapur, "Nyonya, mengapa nyonya diam saja. Seharusnya nyonya mengatakan kalau nyonya adalah nyonya rumah ini."

"Biarkan saja. Bukankah akan lebih baik jika kita melihat seseorang dari sudut pandang yang lain. Coba kalau tadi ia mengetahui siapa saya, pasti ia akan berpura pura baik."

"Anda benar Nyonya. Kalau begitu, biar saya buatkan minum dan membawakannya ke sana."

"Tidak perlu, Bi. ia tadi menyuruhku, jadi biar saya saja yang membawakannya," ucap Vanessa sambil tersenyum.

Vanessa berjalan keluar sambil membawa nampan berisi secangkir teh. Ia meletakkan nampan itu di atas meja, kemudian memindahkan cangkir ke atas meja.

"Silakan diminum. Oya anda mencari siapa?" tanya Vanessa.

Lucia mengangkat cangkir dan meminumnya, kemudian menyemburkannya ke arah Vanessa, "Kamu mau membuat lidahku terbakar ya?! Baru kerja jadi pelayan saja sudah tidak becus. Lihat saja nanti kalau aku sudah menjadi Nyonya di rumah ini, aku akan segera memecatmu!" ucap Lucia ketus.

Pelayan yang melihat dari arah dapur seketika menutup mulutnya. Ia tak menyangka Nyonyanya akan mendapat perlakuan seperti itu. Namun ia tidak berani keluar untuk membela karena Vanessa sudah melarangnya tadi.

"Maafkan saya kalau anda tidak menyukai teh hangat. Tapi anggota keluarga di sini sangat menyukai buatanku," ucap Vanessa sambil tersenyum.

"Cihhh, tapi saya tidak suka. Aku ini calon istri Azka, jadi mulai sekarang kamu harus belajar menghormatiku sebagai calon Nyonya di rumah ini. Oya, beritahu Azka aku datang kemari untuk membicarakan pertunangan kami. Aku pergi," Lucia menghentakkan kakinya dengan kasar dan berlalu pergi.

Vanessa menghela nafasnya pelan, "Az ... Az ... Sepertinya Mommy harus mulai turut campur tangan dengan wanita yang akan menjadi istrimu nanti. Mommy tidak akan rela jika kamu sampai memilih wanita kasar seperti itu."

"Nyonya .... Nyonya tidak apa apa?" pelayan yang tadi mengintip langsung berlari menghampiri Vanessa ketika melihat Lucia sudah pergi.

"Aku tidak apa apa, tenanglah Bi. Oya, jangan ceritakan apapun pada Tuan. Biar ini menjadi rahasia kita saja, mengerti?" pelayan itu pun mengangguk menuruti permintaan Vanessa, meskipun ia sebenarnya tidak tahan untuk tidak menceritakannya pada Tuannya.

*****

Setelah kemarin seharian ia berada di tenpat tidur karena rasa malas yang tiba tiba merasukinya setelah kedatangan Azka, kini Mia telah bersiap untuk pergi ke kampus. Ia akan membawa surat rekomendasi yang diberikan oleh Rumah sakit Royal melalui keluarga Argantara.

Mia menggunakan jaket panjang tebal dan melilitkan sebuah syal di lehernya. Tak lupa ia menggunakan sebuah topi kupluk rajutan berwarna cokelat yang senada dengan jaket panjangnya. Mia meraih tas nya dan berjalan ke arah pintu keluar.

"Az!" Mia menarik nafas panjang ketika ia melihat Azka tengah berdiri di depan pintu unit apartemennya.

Apa dia ingin menggangguku lagi? - Mia.

"Selamat pagi. Aku akan mengantarmu ke kampus," ucap Azka.

"Tidak perlu, aku bisa pergi sendiri."

"Tapi aku memaksamu," Azka menatap ke arah Mia tanpa ingin dibantah.

Apa ia sedang membalasku? Apakah dulu aku semenyebalkan ini? selalu menempel seperti perangko? Memang tidak enak rasanya, sepertinya aku benar benar menyebalkan. - Mia menghela nafashya kasar.

"Sepertinya kita harus bicara," ucap Mia.

"Katakanlah, aku siap mendengarkan."

Mia masuk ke dalam apartemennya dan duduk di sofa, "Begini, aku minta maaf jika dulu aku sering mengikutimu, menempel padamu kemanapun kamu pergi dan mengganggu kenyamanan serta ketentramanmu. Aku benar benar minta maaf," ucap Mia.

"Hmmm ... lalu?"

"Aku tahu aku sangat menyebalkan. Tapi aku mohon jika kamu ingin membalas semua sikapku dulu, tolong jangan seperti ini. Aku benar benar tidak akan mengganggumu lagi, aku berjanji."

"Bagaimana kalau aku tidak mau?" tanya Azka.

"Ayolah Az, aku harus pergi. Jangan membuatku sulit."

"Menurutmu aku menyulitkanmu? aku mengganggumu?" tanya Azka lagi.

"Aku tahu dulu aku menyulitkanmu, membuatmu tak nyaman. Aku minta maaf. Aku harus pergi sekarang, dan aku yakin tujuanmu ke Munich bukan untuk menemuiku. Sebaiknya pergilah untuk menyelesaikan urusanmu. Bukankah ada yang sedang menunggumu pulang?" ucap Mia sambil kembali meraih tas yang akan ia bawa ke kampus.

Azka meraih pergelangan tangan Mia, "Apa maksud perkataanmu?"

"Lepaskan tanganku, Az. Bukankah sekarang kamu sedang menjalin kasih dengan Lucia? Aku tak ingin ada pemberitaan tidak baik tentangku. Lagipula, jangan mengorbankan dirimu berada di dekatku hanya untuk membalas dendam padaku."

"Aku pergi. Aku minta tolong untuk mengunci pintu apartemenku jika kamu tidak keberatan. Permisi," Mia akhirnya pergi meninggalkan Azka, yang termenung mendengar ucapan Mia.

Terpopuler

Comments

Ita rahmawati

Ita rahmawati

eh uncle victor nya azka sm kah sm uncle victornya billy,,ap mereka masih ada hub keluarga 🤔
si mia baru nyadar klo dia dulu nyebelin 🤣

2024-04-26

1

tris tanto

tris tanto

emng tuch rumh gk ada cctpnya ya

2023-07-21

0

Asma

Asma

bagus aku suka

2022-02-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!