PERASAAN APA INI?

Azka meraih pergelangan tangan Mia dan menariknya kasar. Ia membawa Mia ke taman, ke sebuah pohon besar yang ada di sana. Dengan nafas yang memburu ia menatap ke arah Mia yang sedang mencari cara untuk pergi.

"Kamu mau ke mana?" tanya Azka.

"Pulang," jawab Mia singkat, tanpa melihat ke arah Azka.

"Lihat aku!" Azka mencengkeram pipi Mia, membuat Mia meringis.

"Kamu sengaja kan bersikap cuek padaku, agar aku merasa kehilanganmu. Kamu sengaja tak mengenaliku, agar aku yang mendekatimu. Apa kamu kira aku tidak tahu semua maksud sikapmu?" Mia menatap tajam ke Azka. Ia benar benar tak habis pikir ada pria yang kelewat narsis seperti Azka. Ya, mungkin selama ini ia tak mengenal Azka dengan baik. Karena ia menyukainya, membuatnya hanya melihat hal hal baik dari Azka.

"Aku tahu kamu senang berada di dekatku karena kamu akan membuat iri gadis gadis lain. Dan aku juga tahu bahwa kamu sangat ingin menjadi kekasihku, bukan begitu?" Mia menghela nafasnya ...

"Apa kamu sudah selesai? aku mau pulang," ucap Mia.

Tiba tiba Azka menempelkan bibirnya ke bibir Mia, membuat Mia terdiam karena kaget, "Aku tahu kamu ingin menjadi kekasihku, tapi sayang sekali aku tidak akan pernah bisa. Anggaplah ciuman itu sebagai bayaran untukmu karena aku tak bisa menerimamu."

Azka kembali lagi mencium Mia. Namun kali ini ia memberikan ******* dan memaksa Mia untuk membuka mulutnya.

Plakkk!!!

"Aku tahu kamu menghinaku dengan ciuman ini, dan kuucapkan terima kasih. Kuharap kita tak akan pernah bertemu lagi," Mia langsung memutar tubuhnya dan berlari meninggalkan Azka.

Azka memukul batang pohon besar yang ada di hadapannya. Ia juga tidak tahu mengapa ia mencium Mia. Awalnya ia hanya merasa tak terima jika Mia bersikap cuek padanya, namun justru setiap kalimat yang keluar dari mulutnya, membuatnya menyakiti gadis itu.

Sekali lagi Azka memukul batang pohon besar itu, kemudian ia duduk di bawah pohon, menengadahkan kepalanya dan memejamkan matanya, menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya.

*****

Pesta kelulusan diadakan 1 minggu setelah ujian sekolah selesai. Para panitia, termasuk Azka kini tengah sibuk sibuknya karena banyak yang harus mereka selesaikan.

Di kediaman Pranata,

"Pi, aku ingin berangkat lebih cepat," ujar Mia.

Sejak kejadian Azka menciumnya tiba tiba, Mia banyak berpikir sendiri di dalam kamar tidurnya. Awalnya ia merasa Azka membencinya karena ia selalu berada di dekatnya dan Azka merasa risih. Namun, ketika Azka menciumnya, kini ia tahu bahwa Azka bukan hanya risih, tapi telah benar benar ingin menghinanya sebagai gadis yang tidak tahu malu, menganggapnya gampangan.

"Bukankah kamu akan berangkat minggu depan? dan bukankah besok kamu acara perpisahan dengan teman teman sekolahmu?" tanya Ronald.

"Aku ingin beradaptasi di sana, Pi. Lagipula aku merasa tak ingin berpisah dengan teman temanku, jadi aku tak ingin menghadiri acara itu," Mia berusaha mengelak.

"Jadi kapan kamu ingin berangkat?"

"Besok atau lusa, bagaimana?"

"Apa tidak terlalu cepat?" tanya Ronald lagi.

"Di sini aku tidak ada kerjaan, Pi. Kalau di sana kan aku bisa berkeliling untuk lebih mengenal tempat aku kuliah nanti," Mia tersenyum manja, berharap Ronald mengabulkan permintaannya lagi kali ini.

Ronald berdehem, "Baiklah, besok Papi akan mengantar kamu ke bandara. Lusa Papi ada meeting penting di luar kota."

Mia segera memeluk Ronald, "thank you, Pi."

"Minggu depan, Papi akan menyusulmu ke Jerman. Sementara Papi akan menitipkanmu pada sahabat Papi di sana, untuk mengawasimu," Mia pun mengangguk.

Keesokan harinya,

"Mi, kok kamu berangkat cepat sekali? Apa kamu tidak ingin bertengkar lagi dengan kakak?" Mia tertawa mendengar pertanyaan Kak Abigail.

"Masih banyak waktu kita bisa bertengkar, Kak," jawab Mia, membuat Abigail menjitak kepala adiknya itu.

"Ayo, Papi sudah menunggu di bawah," ucap Abigail sambil membantu Mia membawa kopernya.

Sementara itu di tempat acara kelulusan sekaligus perpisahan, suasana hiruk pikuk mendominasi. Para panitia berlarian ke sana dan ke sini untuk memastikan semuanya siap.

"Az, gantilah pakaianmu. Sebentar lagi acara kelulusan akan dimulai," pinta Marcello. Ia sedari tadi melihat Azka berdiri di depan pintu masuk dan melihat ke arah gerbang.

"Ya, sebentar lagi," Matanya tak berhenti menatap ke arah pintu, berharap menemukan seseorang di antara para siswa kelas 3 yang mulai datang.

"Cepat, Az! Bukankah kamu harus memberikan kata kata sambutan juga sebagai wakil dari seluruh kelas 3?" Azka akhirnya menuruti permintaan Marcel. Ia segera menuju ruang ganti untuk berganti pakaian.

Azka mengenakan kemeja sekolah dan juga jaket almamaternya. Ia memasuki aula besar di Williams School yang biasa digunakan untuk acara acara penting. Ruangan itu kini sudah penuh dengan para siswa siswi ketika Azka masuk dan duduk di barisan kedua.

Setelah sambutan dari pemimpin yayasan yang adalah Daddynya, kemudian sambutan kepala sekolah, kini giliran Azka yang maju ke depan. Ia berjalan naik ke atas panggung, tapi matanya memindai setiap siswa yang hadir di sana. Namun, ia tak menemukan gadis itu.

Azka menyelesaikan sambutannya dengan baik. Acara kelulusan pun berjalan dengan lancar. Mereka tinggal menyelesaikan acara perpisahan nanti malam yang khusus diadakan untuk para siswa siswi. Para panitia kembali mempersiapkan dekor ruangan untuk acara nanti malam.

*****

Para siswa kelas 3 berdatangan dengan menggunakan jas untuk siswa laki laki, dan gaun untuk siswa perempuan. Seluruh siswa terlihat berbeda dari biasanya karena mereka terlihat gagah dan anggun.

"Az, siapa sebenarnya yang sedang kamu tunggu?" tanya Marcello.

"Tidak ada," elak Azka, "Aku hanya memperhatikan kelancaran acara saja dan melihat apakah semuanya sesuai dengan keinginan kita."

Kamu masih saja mengelak, Az. Hati dan pikiranmu tak ada di sini, dan mulutmu selalu mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan hatimu. - Marcel hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Malam perpisahan itu dilewati Azka begitu saja. Ia lebih banyak berada di luar ruangan, "Apa dia memang tidak datang?" gumam Azka.

Keesokan paginya,

"Mel, kapan Mia ke sini lagi? Kemarin Mommy lupa ada sesuatu yang ingin Mommy berikan padanya," tanya Vanessa pada Amelie.

"Mommy berikan saja padaku, nanti akan kuberikan pada Abigail."

Azka yang keluar dari kamar tidurnya mendengar pembicaraan antara Mommynya dengan kakaknya. Ntah sejak kapan, ia selalu merasa tertarik jika itu berkaitan dengan keluarga Pranata, terutama jika itu tentang Mia.

"Ajak Mia kemari. Mommy ingin bertemu dengannya sebelum ia berangkat."

"Sepertinya tidak bisa, Mom. Rencanaku bertemu Abi kemarin saja gagal karena ia harus mengantar Mia ke bandara."

"Jadi, Mia sudah berangkat? bukankah kamu bilang masih minggu depan?" tanya Vanessa.

"Katanya ia ingin cepat pergi ke sana untuk beradaptasi terlebih dahulu, Mom. Jadi, berikan saja padaku ... nanti akan kuberikan pada Abi. Katanya mereka akan pergi ke sana minggu depan."

Brakkk!!!

Azka membanting pintu kamar tidurnya. Di dalam kamar ia mengatur nafasnya yang seketika memburu. Kenyataan bahwa Mia sudah berangkat dan ia kini tak bisa melihatnya lagi, tiba tiba membuat hatinya semakin terasa hampa.

Perasaan apa ini?

Terpopuler

Comments

Ita rahmawati

Ita rahmawati

sokor,,,rasain,,makan tuh songong mu 🙄🙄

2024-04-26

0

Ita Sinta

Ita Sinta

rasain

2024-05-11

0

Rabiah Windi

Rabiah Windi

haaa senjata makan tuan

2024-05-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!