AKU TIDAK AKAN MENANGIS

Kelas 3 Sekolah Menengah Atas menjadi salah satu titik balik bagi banyak orang. Mereka akan berhadapan dengan ujian akhir sekolah dan mulai dihadapkan pada pilihan tentang tujuan hidup mereka, salah satunya dengan memilih jurusan kuliah.

Wajah para siswa dan siswi kelas 3 kini menampakkan kebahagiaan, karena ini adalah tahun terakhir mereka dengan menggunakan pakaian seragam.

Mia yang sedari kemarin tidak begitu bersemangat, hanya duduk sendiri di bawah sebuah pohon besar. Williams School memiliki taman yang sangat luas dengan banyak pohon besar sebagai peneduh.

"Mi!" sapa Marcel.

"Cel ... kamu sendiri?" mata Mia menelisik ke kanan dan ke kiri seperti mencari seseorang.

"Kamu cari Azka?" Mia pun mengangguk.

"Dia ada di dalam kelas. Kamu tahu kan kalau dia tidak suka berlama lama berada di luar kelas, apalagi dengan banyaknya gadis gadis yang selalu ingin dekat dengannya," ucap Marcello.

"Lalu, kenapa kamu di sini? bukankah kalian itu kembar dempet," Mia terkekeh saat mengatakannya.

"Lagi cari angin, sumpek banget di dalam kelas. Banyak cewe cantik, tapi semua ngeliatnya cuma ke Azka. Apa aku kurang keren ya Mi?" tanya Marcel.

Mia menatap Marcel kemudian menelisik dari atas hingga ke bawah, membuat Marcel menjadi salah tingkah , "Keren kok ... tapi ... masih lebih keren Azka memang," Mia tertawa sekeras mungkin, membuat Marcel menggerutu kesal.

"Kamu sendiri ngapain di sini? lagi sedih apa merenung? Apa lagi ngobrol sama penghuni pohon?"

"Ishhh, kamu tuh penghuni pohonnya."

"Penghuni pohon seganteng ini mah, dijamin pada nempel sama nih pohon, bahkan bisa dibawa pulang sama pohon pohonnya," Mereka berdua tertawa bersama.

"Kok aku nggak sekelas lagi sama Azka ya Cel? Kamu malah sekelas terus. Kok gurunya pilih kasih sih. Harusnya kan aku yang dipilih, bukan kamu," Mia melipat kedua tangannya di depan dada.

Mi, mi, kalau saja kamu tahu kalau Azka sendirilah yang meminta pada Kepala Sekolah agar tidak sekelas denganmu, kira kira bagaimana perasaanmu? - batin Marcel.

"Ah, tapi nggak apa apa lha. Masih 1 sekolah ini," Mia tersenyum.

"Mi, kamu tuh suka banget ya sama Azka? Kayaknya sejak pertama kali kamu masuk sekolah ini, kok kayaknya maunya nempel aja," Marcel melihat ke arah Mia berusaha mencari jawaban.

"Ahhh keliatan banget ya? Aku nggak tahu Cel. Tapi ... waktu pertama kali lihat Azka, aku tuh kayak ngeliat kakek aku. Orangnya dingin, tapi sebenarnya hatinya baik."

"Baik? Emangnya kamu ngerasa Azka baik selama kamu kenal dia?" Mia menggelengkan kepalanya, kemudian termenung, kemudian melihat ke arah Marcel.

"Gimana ya Cel. Aku nggak tahu. Tapi nyaman aja kayaknya deket dia. Udah gitu keliatan cewe cewe pada iri gitu kalau aku deket sama Azka. Iya kan?"

tikkkk ....

Sebuah sentilan mendarat di kening Mia, "Jadi cuma mau bikin cewe cewe iri?"

"Nggak, mana mungkin. Tujuan utama kan ....," ucapan Mia terputus.

"Jadi pacarnya Azka?" tembak Marcel langsung, membuat Mia tertawa.

Dari kejauhan, sepasang mata melihat kedua muda mudi tersebut saling bicara dan bercanda.

*****

"Azkaaaa!!" Mia memiringkan kepalanya, melihat ke dalam kelas. Ia tersenyum saat melihat Azka menghela nafasnya.

"Ini bekal untukmu," Mia meletakkan sebuah kotak bekal di hadapan Azka. Kelas 3 sudah berjalan selama 6 bulan, itu artinya tinggal 5 bulan lagi sebelum mereka menghadapi ujian kelulusan.

Hampir setiap hari Mia membawakan bekal untuk Azka. Ia rela bangun pagi pagi, demi memasak untuk Azka. Ia belajar dari Aunty Vanessa, membuka halaman youtube tentang memasak dan juga resep resep online.

"Bawa pergi!" ucap Azka dengan nada ketus.

"Apa kamu tidak mau mencobanya?" tanya Mia.

"Lihat, aku membuatkanmu nasi bento," Mia membuka penutup bekal makanan tersebut dan memperlihatkan nasi yang dibentuk menyerupai laki laki dan perempuan.

"Ini aku dan ini kamu, Az. Lucu kan?" ucap Mia lagi sambil memegang penutup tempat makan itu.

braghhhh ....

Azka melemparkan kotak bekal tersebut ke atas lantai, membuat isinya semua berhamburan. Mia mendekatkan penutup bekal itu ke dadanya. Ia tak menyangka Azka akan melempar kotak bekal itu.

"Kukatakan untuk membawanya pergi tapi kamu tidak mau. Maka makanan itu hanya cocok di lantai. Jangan kamu kira selama ini aku diam, lalu kamu makin seenaknya. Kamu kira kamu itu siapa?!" teriak Azka. Seketika jantung Mia berdetak dengan cepat. Dalam hidupnya tak pernah sekalipun ia dibentak dengan kasar.

"Apa kamu kira aku bisa menyukaimu dengan selalu berada di dekatku? jangan terlalu berharap. Aku bisa memilih gadis yang lebih cantik dan tidak pecicilan sepertimu. Sikapmu itu malah membuatku muak, sikap seperti seorang yang murahan!"

Deghhh ...

Mia tiba tiba merasakan sakit dan sesak di dadanya. Ia memandang ke sekeliling, semua orang di kelas melihat ke arahnya, bahkan siswa siswa dari kelas sebelah pun turut datang dan kini ia menjadi tontonan.

Mia kembali melihat ke arah Azka. Tatapan tajam Azka sangat menyakiti hatinya saat ini. Biasanya ia akan menerima saja setiap perlakuan atau sikap cuek Azka, tapi mengapa kali ini rasanya begitu menyesakkan.

Mia mengambil kotak bekal miliknya yang dilemparkan oleh Azka ke lantai. Dengan perlahan ia berjalan keluar dari kelas Azka. Suara suara dari sekitarnya semakin membuatnya merasa tak ingin berada di sana.

Ihhh malu banget tuh pasti.

Iya, kalau aku mah udah langsung auto cabut dari sekolahan.

Lagian pede banget sih selalu deket deket sama Azka. Dia kira Azka suka kali sama dia.

Dasar pecicilan, murahan!

Jangan balik ke kelas ini lagi, kalau perlu pergi yang jauh sana.

Mia akhirnya pergi menuju ke toilet yang tak jauh dari sana. Ia hanya ingin menjauh sementara dari tatapan orang orang.

Brakkk ....

Mia terjungkat kaget. Ia berada di dalam salah satu bilik di dalam toilet tersebut. Ia segera keluar setelah mendengar suara gebrakan. Matanya membulat saat melihat siapa yang ada di sana.

Lucia? - gumam Mia.

Lucia langsung menarik Mia keluar dari bilik toilet tersebut dan mendorongnya ke arah wastafel, "Gimana? enak dipermalukan di depan umum?"

Mia melihat ke beberapa orang di belakang Lucia yang ia tahu merupakan sahabat Lucia. Mereka langsung meraih kotak bekal milik Mia dan mematahkannya di hadapan Mia, kemudian membuangnya ke tempat sampah.

"Kalau Azka harus memilih seorang gadis, ia akan memilihku. Kamu tahu? Kedua orang tuaku akan melakukan kerjasama dengan keluarga Williams, dan kamu tahu selanjutnya apa?" tanya Lucia.

Mia hanya diam, sambil menahan rasa sakit di dadanya yang belum hilang sejak tadi.

"Untuk mempererat kerjasama kedua pengusaha, tentu saja mereka akan menjodohkanku dengan putra dari keluarga Williams. Siapa lagi kalau bukan Azka. Jadi, kalau kamu mau aman, jangan pernah berdekatan lagi dengan Azka, dasar murahan!" Lucia tiba tiba tertawa, " Bahkan Azka saja mengatakan kamu itu murahan ... di depan orang orang ... sungguh kasihan dan memalukan."

Lucia dan sahabat sahabatnya akhirnya pergi toilet, meninggalkan Mia seorang diri. Ia memegang dadanya yang terasa sakit.

Tidak, tidak, tidak. Aku tidak akan menangis. Hal ini tidak menyakitkan. Hal yang paling menyakitkan adalah ketika kakek dan nenek meninggalkanku. Tak akan ada tangisan bagi orang orang yang menyakitiku. - batin Mia.

Terpopuler

Comments

Ita rahmawati

Ita rahmawati

kejem bgt si azka,,pake didepan temen² nya lg ngomongnya,,nyesek bgt pasti kan 🥺🥺

2024-04-26

1

Cherry🍒

Cherry🍒

wuah luka hati paling susah di sembuhkan

2024-04-23

0

Al Fatih

Al Fatih

azka.....,, mulutmu tu yaaa

2023-04-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!