MENJILAT LUDAH SENDIRI

"Mi!"

"Marcel!" Mia membalas sapaan Marcello, tapi tudak sedikitpun melihat ke arah Azka.

"Kamu mau kemana? buru buru?"

Mia mengangguk, "Mau balik kelas, ada yang perlu dikerjain. Bye!" Mia melambaikan tangannya pada Marcello dan langsung meninggalkan tempat itu.

Hati Azka terasa panas, tapi ia harus tenang. Jika Mia melihatnya seperti itu, gadis itu pasti akan menertawakannya. Azka segera bangkit dari duduknya, "nggak jadi makan, Az?" tanya Marcel.

"Nggak, aku mau ke perpustakaan dulu," Marcel langsung bangkit dan mengikuti Azka. Untung saja dia belum memesan apapun. Kalau tidak kan, bisa mubazir. Sementara Lucia melihat dirinya didiamkan dan ditinggalkan begitu saja, langsung membanting sendok dan garpu miliknya.

*****

"Kamu itu kenapa sih Mi?" tanya Abigail.

"Kenapa bagaimana?"

"Tiap kali diajak pergi sekarang nggak mau. Dulu aja kakak pergi kemana pun, pengennya ikut. Apalagi kalau ke rumah Amel, kamu pasti maksa ikut."

"Udah dibilang sekarang aku lagi sibuk kak. Ujian akhir sebentar lagi dan aku mesti belajar. Terus belum persiapan buat aku kuliah."

"Kamu .... bertengkar sama Azka, Mi?" mendengar hal itu, Mia langsung menoleh ke arah Abigail.

"Bertengkar? kata siapa? Aku udah nggak sekelas kak, mana bisa bertengkar."

"Kalau begitu, ikut dengan kakak ke rumah Amel ya. Kak Amel pengen ketemu kamu katanya, kangen."

Setelah perdebatan antara Abigail dan Mia, kini mereka berada di depan rumah Amelie.

"Mell!!" sapa Abigail.

"Malam Pak Kus," sapa Mia. Pak Kusnadi merasa sedikit aneh dengan sikap Mia yang tidak seperti biasanya.

Amelie menyambut kedatangan Abigail dan Mia, "Mi, apa kabar? sudah 2 bulan ini sepertinya kamu jarang kemari."

"Maaf, Kak. Mia lagi sibuk sama ujian akhir dan persiapan untuk kuliah," jawab Mia sekenanya.

"Kamu benar mau kuliah di luar negeri?" tanya Amelie lagi.

"Iya, Kak. Hitung hitung sekalian belajar hidup mandiri."

Amelie mengajak Abigail dan Mia ke ruang makan. Mereka akan makan malam bersama.

"Halo, sayang," sapa Vanessa yang sedang meletakkan sayur dan lauk ke atas meja dengan bantuan seorang pelayan.

"Sore, Aunty," balas Abigail dan Mia bersamaan.

"Mel, kamu panggil Azka ya. Kita makan sama sama," pinta Vanessa.

Amelie naik ke kamar Azka. Tokkk ... tokkk .... tokkk ...

"Masuk."

"Az, Mom memanggil untuk makan malam," ucap Amelie.

Azka saat itu sedang duduk menghadap ke arah laptopnya, "Katakan pada Mommy aku tidak lapar. Aku harus menyelesaikan tugas dulu, Kak."

"Tapi ... Az. Kita ada tamu, tidak enak kalau kamu tidak turun."

"Siapa memang tamunya?"

Dengan ragu, akhirnya Amelie mengatakannya. Sebenarnya Amelie tak ingin mengatakannya, karena hubungan antara Azka dan Mia memang terkesan kurang baik, "Ada Abigail dan Mia di bawah."

Mendengar nama Mia disebut, Azka akhirnya menutup laptopnya, "Baiklah, aku turun."

Abigail dan Mia duduk bersebelahan. Tak lama, Amelie turun bersama dengan Azka. Amelie mengambil tempat di sebelah Abigail, sementara Azka duduk di sebelah Vanessa, tepat berhadapan dengan Mia.

Mereka tidak terlalu banyak berbincang selama makan malam, karena tanpa disadari Abigail dan Mia yang biasanya penuh celotehan, kini lebih banyak diam.

"Terima kasih Aunty, Uncle, Kak untuk makan malamnya. Mia pamit dulu."

"Kok buru buru, Mi?" tanya Vanessa.

"Iya, Aunty. Ada yang harus Mia kerjakan," Mia pun mengajak Abigail pulang setelah mereka pamit. Abigail tak memaksa adiknya untuk lebih lama berada di sana karena tadi di dalam mobil ia sudah berjanji bahwa mereka akan segera pulang setelah makan malam selesai.

Sementara dari kejauhan, Azka hanya memperhatikan saja sikap Mia yang berubah padanya.

"Tumben Mia sepertinya tidak seceria biasanya," ucap Vanessa.

"Iya, Mom. Amel juga ngerasa seperti itu. Mungkin karena dia lelah. Ia harus mempersiapkan kuliahnya ke luar negeri," jawab Amelie.

Ia akan kuliah di luar? - Azka.

"Ooo, tadi Mommy tidak sempat bertanya mengenai kuliahnya. Kalau bisa, sebelum ia berangkat, ajak Mia ke sini lagi ya."

"Ok, Mom."

*****

Azka berdiam di dalam kamar tidurnya. Ia membuka kembali laptop miliknya yang tadi sempat ia tutup, tampak suatu desain yang sedang ia kerjakan.

Azka menyukai desain, terutama desain interior. Ia sudah memilih universitas di Jakarta. Ia tak ingin berada jauh dari keluarganya.

Namun, kenyataan saat ia mendengar bahwa Mia akan pergi kuliah ke luar negeri, membuat hatinya tiba tiba saja menjadi galau. Ia mengeram kesal, kemudian memukul meja, kemudian menutup kembali laptopnya. Ia berjalan ke tempat tidur dan merebahkan dirinya di sana.

Mulai lusa ujian akhir akan dilaksanakan. Ia tak ingin gagal hanya karena memikirkan Mia. Sejak ia memaki dan mempermalukan Mia, hatinya seakan kosong. Gadis itu menjauh, bahkan tak terlihat di matanya. Gadis itu pun kini menganggap dirinya tak ada. Ia bisa menyapa Marcello, tapi mengapa dirinya tidak disapa?

Arggghhh!!!

*****

Ujian sekolah berlangsung dengan lancar. Setiap hari selama 1 minggu penuh, mereka akan menghadapi mata pelajaran yang akan menjadi penilaian akhir mereka.

Seminggu ini Azka berusaha untuk menemui Mia. Ia ingin bicara dengan gadis itu dan bertanya, mengapa ia pura pura tak mengenalnya. Namun, setiap kali ia ke kelas tempat Mia melaksanakan ujian, gadis itu sudah tak ada di sana.

Oleh karena itu, hari terakhir ini Azka mengerjakan ujiannya dengan cepat. Ia ingin langsung menuju kelas Mia. Sistem ujian di sekolah tersebut, jika sudah selesai maka boleh langsung keluar.

"Kamu mau ke mana, Az?" tanya Marcello saat melihat Azka tidak searah dengannya.

"Aku ada perlu sebentar, kamu pulanglah dulu. Nanti kita ketemu di tempat basket."

"Baiklah," Marcel pun pergi meninggalkan Azka.

Azka berdiri di depan kelas Mia. Ia menghela nafasnya saat melihat gadis itu masih ada di sana. Ia melihat Mia sangat fokus mengerjakan ujiannya.

Lucia yang berada di kelas yang sama melihat Azka yang berdiri di depan kelas. Hatinya berbunga bunga, mengira Azka berada di sana untuk menunggunya. Ia dengan cepat menyelesaikan ujiannya.

"Hi Az!" Lucia langsung menyapa Azka dan Azka hanya melihatnya sekilas tanpa membalas sapaan maupun senyumannya. Ia melihat arah mata Azka.

"Kamu menunggunya? Apa sekarang kamu menyukainya?" tanya Lucia membuat Azka langsung menoleh ke arah Lucia, karena ia tidak suka dengan pertanyaannya.

"Pergilah, aku tidak akan menjawab pertanyaanmu," ucap Azka.

"Jangan katakan padaku kalau sekarang kamu mengejar sesuatu yang kamu bilang murahan itu, menjilat ludah sendiri!" sindir Lucia.

Azka langsung mencengkeram pergelangan tangan Lucia, "Jangan sampai aku berbuat kasar padamu. Apa yang kulakukan, itu urusanku sendiri, mengerti?" Azka memghempaskan tangan Lucia, membuat Lucia langsung memegang pergelangan tangannya karena sungguh terasa sakit.

Mata Azka berubah tajam saat melihat Mia sudah tak berada di kelas. Ia langsung berlari ke arah pintu gerbang dan ia menemukan Mia sedang berjalan keluar sambil membawa tas ranselnya.

Azka meraih pergelangan tangan Mia dan menariknya kasar. Ia membawa Mia ke taman, ke sebuah pohon besar yang ada di sana. Dengan nafas yang memburu ia menatap ke arah Mia yang sedang mencari cara untuk pergi.

Terpopuler

Comments

Ita rahmawati

Ita rahmawati

pake nanya knp pura² gk knal,,bkn pura² azka tp emg dia gk mau knal lg sm cwo jahat kyk kamu 😡

2024-04-26

0

Ita Sinta

Ita Sinta

azka kasar

2024-05-11

0

sherly

sherly

bukan pura2 tu Azka tp beneran pengen ngk kenal kamu yg ngk punya hati... tega bener lempar makanan yg dibuat Mia... KL dah dicuekin baru deh kyk cacing kepanasan

2024-03-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!